Analisis kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong di kota Sukabumi

(1)

GUSTIA NUR ARIA M.

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

RINGKASAN

GUSTIA N.A.M. A54104037. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Kota Sukabumi. Di bawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan

M.D. DJAMALUDIN.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong di Kota Sukabumi. Tujuan khususnya adalah: 1) mengidentifikasi penjaja jamu gendong, 2) mengidentifikasi karakteristik konsumen jamu gendong, 3) mengidentifikasi perilaku konsumsi jamu gendong, 4) menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap jamu gendong, 4) menganalisis loyalitas konsumen, 5) menganalisis hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan jamu gendong, 6) menganalisis atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen, 7) merumuskan saran berupa strategi pemasaran berdasarkan hasil penelitian.

Disain penelitian ini cross sectional study, dengan pendekatan surveydan dilaksanakan di Kota Sukabumi pada bulan Februari hingga Maret 2008. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dan pemilihan sampel dilakukan secara snowball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah 100 orang konsumen jamu gendong dan 15 orang penjaja jamu gendong.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner. Data ini meliputi karakteristik konsumen, perilaku konsumsi, karakteristik penjaja jamu gendong, tingkat kepuasan terhadap 20 atribut, dan loyalitas konsumen. Sedangkan data sekunder adalah karakteristik lokasi yang diperoleh dari data monografi Kota Sukabumi. Data diolah menggunakan program Microsoft Excel

dan SPSS versi 13.0 for windows. Untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen digunakan traditional approach analysis, loyalitas konsumen menggunakan persentase tingkatan loyalitas yaitu switcher, habitual, likes the brand, satisfied, dan committed buyer, hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan menggunakan uji Chi square, dan atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen menggunakan analisis faktor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua penjaja jamu gendong yang menjadi responden berjenis kelamin perempuan dengan usia 21-40 tahun (66.7%) yang merupakan Suku Jawa (100%). Sebagian besar penjaja jamu (73.3%) berasal dari daerah Solo dan 100% berstatus sudah menikah. Tingkat pendidikan terakhir penjaja 60% adalah SD dan tingkat pendapatan keluarga (Rp/bulan) adalah Rp 700.001-1.000.000 (46.7%) dan tingkat pendapatan (Rp/hari) dari berjualan jamu gendong Rp 40.001-100.000 (46.6%). Sebanyak 40% penjaja jamu gendong sudah tinggal di Kota Sukabumi selama ≥ 24-49 tahun dengan alasan ikut ajakan suami (33.3%). Pada umumnya 46.7% penjaja sudah cukup lama berjualan jamu gendong yaitu ≥ 19-40 tahun. Sebagian besar penjaja (66.7%) berjualan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebanyak 86.7% penjaja jamu gendong berjualan pada pagi hari dan 100% penjaja membuat jamu gendongnya sendiri. Sebagian besar penjaja jamu gendong (93.3%) membeli bahan baku jamu di pasar. Dan hampir separuhnya (46.6%) mengeluarkan modal usaha sebesar > Rp 50.000-100.000.

Sebagian besar (95%) konsumen yang menjadi responden, berjenis kelamin perempuan. Usia (59%) 21-40 tahun dan mayoritas (95%) merupakan Suku Sunda. Status pernikahan konsumen (85%) sudah menikah, tingkat pendidikan terakhir (42%) adalah SMA dan lebih dari separuhnya (67%) adalah


(3)

ibu rumah tangga. Sebesar 53% tingkat pendapatan keluarga (Rp/bulan) adalah Rp 600.001-1.500.000.

Jenis jamu gendong yang biasa dikonsumsi adalah kunyit asem (65%) dan 63% konsumen mengkonsumsi jamu gendong dengan alasan untuk memelihara kesehatan. Sepertiga konsumen (31%) dipengaruhi orangtua saat mengkonsumsi jamu gendong. Sebesar 77% konsumen mengkonsumsi jamu gendong pada pagi hari dengan frekuensi 2-4 kali (43%). Tingkat pengeluaran (Rp/minggu) untuk mengkonsumsi jamu gendong Rp 3.001-5.000 (30%).

Lebih dari separuh konsumen (75%) merasa puas terhadap jamu gendong secara umum. Selain itu konsumen juga merasa puas terhadap berbagai atribut produk jamu gendong seperti khasiat (72%), warna (69%), aroma (78%), rasa (82%), variasi (78%), kemudahan memperoleh jamu gendong (88%), harga (83%), kebersihan gelas (63%), kebersihan bakul (71%), kebersihan botol (72%), kebersihan lap (66%), kebersihan air (68%), dan kandungan jamu gendong (78%). Dari tingkat kepuasan pada berbagai atribut produk jamu gendong tersebut terlihat bahwa persentase yang paling kecil yaitu kepuasan terhadap kebersihan gelas.

Sebagian besar konsumen juga puas terhadap berbagai atribut pelayanan penjaja jamu gendong. Tingkat kepuasan konsumen terhadap keterampilan penjaja jamu gendong sebesar 85%, kecepatan penjaja dalam melayani konsumen sebesar 82%, kecepatan penjaja dalam menangani keluhan sebesar 75%, ketepatan penjaja jamu dalam memenuhi pesanan sebesar 84%, keramahan penjaja jamu sebesar 86%, penampilan penjaja jamu sebesar 66%, kemampuan berkomunikasi 83%, dan kebersihan penjaja jamu gendong 75%. Dari berbagai atribut pelayanan ini persentase terkecil tingkat kepuasan konsumen yaitu pada penampilan penjaja jamu gendong.

Loyalitas konsumen dinilai berdasarkan tingkatan loyalitas. Konsumen yang termasuk dalam tingkatan switcher buyer sebesar 9%, tingkatan habitual buyer sebesar 65%, tingkatan satisfied sebesar 80%, tingkatan likes the brand sebesar 83%, dan yang termasuk pada tingkatan committed buyer sebesar 25%. Bisa disimpulkan bahwa konsumen sudah yang cukup loyal namun tidak sampai mempromosikan kepada orang lain. Rata-rata indeks loyalitas konsumen amu gendong adaah 23.3 (kategori loyal).

Sebagian besar konsumen (81.2%) yang merasa puas terhadap jamu gendong pada usia 21-40 tahun, tidak ada hubungan yang signifikan antara usia konsumen dengan tingkat kepuasan Pada umumnya Suku bangsa Sunda (80%) dan Luar Sunda (80%) yang merasa puas terhadap jamu gendong dan tidak ada hubungan yang signifikan antara suku bangsa dengan tingkat kepuasan terhadap jamu gendong. Sedangkan status pernikahan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat kepuasan (p<0.05), dan sebagian besar konsumen yang merasa puas mempunyai status sudah menikah (85.9%). Sebagian besar konsumen yang merasa puas mempunyai tingkat pendidikan terakhir SD (96%) dan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepuasan. Sebagian besar konsumen (81%) merasa puas terhadap jamu gendong adalah konsumen yang tidak bekerja, namun tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kepuasan. Sedangkan tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan (p<0.05), dan sebagian besar konsumen (84.7%) yang merasa puas mempunyai pendapatan keluarga (Rp/bulan) sebesar ≤ Rp 1.500.000.

Atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen terdiri dari 6 faktor utama yaitu faktor kebersihan, karkteristik produk jamu gendong, karakteristik penjaja jamu gendong, warna jamu gendong dan pelayanan penjaja


(4)

jamu gendong, keramahan dan daya tanggap penjaja jamu gendong, dan faktor yang terakhir adalah faktor bauran pemasaran.

Strategi pemasaran yang disarankan terdiri dari 4 bauran pemasaran yaitu strategi produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi produk diantaranya menjaga kebersihan jamu gendong baik produk juga penjaja, mencantumkan label nama jenis jamu gendong pada setiap botolnya menghadirkan varian rasa seperti campuran ekstrak buah-buahan asli seperti lemon, anggur, atau tambahan rasa lain untuk mengurangi rasa pahit ini, memperhatikan kualitas dari produk jamu gendong buatan tanpa menggunakan bahan kimia tambahan. strategi harga dengan mempertahankan harga yang terjangkau. Strategi promosi yaitu mengandalkan promosi word of mouth. Dan strategi distribusi dengan pemetaan lokasi yang teratur dan distribusi dengan menggunakan motor atau sepeda.


(5)

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN

JAMU GENDONG DI KOTA SUKABUMI 

GUSTIA NUR ARIA M.

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

Judul : Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Kota Sukabumi

Nama Mahasiswa : Gustia Nur Aria M. Nomor Pokok : A54104037

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc NIP. 131 578 791 NIP. 131 622 683

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(7)

PRAKATA

  Alahamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Kota Sukabumi” diajukan sebagai salah satu syarat untuk menacapai gelar Sarjana Pertanian di Program Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc dan Ir. M. D. Djamaludin, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan juga memberikan semangat spiritual sejak pembuatan proposal hingga akhir penulisan ini.

2. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar juga dosen penguji (terima kasih atas saran-sarannya yang membuat skripsi ini jauh lebih baik lagi).

3. My lovely Mom (telapak kaki surgaku) and My Dad, serta adikku Zetvin yang sudah memberikan do’a dan cinta kasih yang tak terhingga. Tiada yang bisa menggantikan kalian semua di hatiku.

4. Uci Sanusi&Zaman family (bangga sekali menjadi bagian dari keluarga ini) dan semua penjaja jamu dan ketua paguyuban di Kota Sukabumi, yang telah membantu dalam pengumpulan data.

5. Sahabat tersayang Hilda “ne”, Raditha “nyuk”, Aini A, Monik, Wieke “coy”, Fika, Ria, Yuli, Lia M, Irwan, Gandi Belammy, Ria “nenk”, my lovely Roomate Desiana, teman-teman seperjuanganku Henny, Yesa, Bagus dan semua mahasiswa GMSK angkatan 39, 40, 42, 43 and specially angkatan 41 (love you all..), semua staf pengajar dan TU GMSK (atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan selama ini), Kedawung Crews, dan Perwira 41’ers. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan balasan dari Allah S.W.T, Amien. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor Juni 2008


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1986 di Kota Sukabumi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sukardi dan Onih Rohani.

Penulis merupakan lulusan dari TK Trisula pada tahun 1991, SD Negeri Selabatu 1 tahun 1998, SMP Negeri 1 Sukabumi tahun 2001, dan SMA Negeri 3 Sukabumi tahun 2004, kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Penulis memilih Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Agriaswara, Himpunanan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai Biro Kaderisasi, Pengembangan, dan Pengawasan Organisasi, Himpunan Mahasiswa Sukabumi sebagai Biro Informasi dan Komunikasi. Penulis juga pernah mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa dalam bidang kewirausahaan dengan judul “Optimalisasi Buah Pala (Myristica fragrant Houtt) Dalam Bentuk Minuman Sari Buah Pala dan Selai Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga”.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah . ... 3

Tujuan ... 3

Kegunaan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Jamu ... 5

Jamu gendong ... 5

Perbedaan jamu dengan obat ... 7

Perilaku Konsumen ... 7

Kepribadian ... 7

Budaya ... 8

Demografi...8

Sikap Konsumen ... 9

Konsumsi ... 9

Kepuasan ... 9

Loyalitas ... 11

Dimensi Kualitas ... 14

Strategi Pemasaran ... 14

Kajian Penelitian Terdahulu ... 15

KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu ... 19

Teknik Pemilihan Responden ... 19

Jenis dan Sumber Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 21

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kota Sukabumi ... 25

Gambaran Umum Penjaja Jamu Gendong di Kota Sukabumi ... 26

Karakteristik Penjaja Jamu Gendong ... 28

Karakteristik Konsumen Jamu Gendong ... 33

Perilaku Konsumsi ... 36

Kepuasan Konsumen Jamu Gendong ... 40

Loyalitas Konsumen Jamu Gendong ... 49


(10)

Halaman

Hubungan Antara Kepuasan dengan Karakteristik Konsumen

Jamu Gendong ... 54

Atribut-atribut Yang Mendasari Tingkat Kepuasan Konsumen Jamu Gendong ... 56

Strategi Pemasaran jamu gendong ... 64

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 68

Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(11)

GUSTIA NUR ARIA M.

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(12)

RINGKASAN

GUSTIA N.A.M. A54104037. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Kota Sukabumi. Di bawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan

M.D. DJAMALUDIN.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong di Kota Sukabumi. Tujuan khususnya adalah: 1) mengidentifikasi penjaja jamu gendong, 2) mengidentifikasi karakteristik konsumen jamu gendong, 3) mengidentifikasi perilaku konsumsi jamu gendong, 4) menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap jamu gendong, 4) menganalisis loyalitas konsumen, 5) menganalisis hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan jamu gendong, 6) menganalisis atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen, 7) merumuskan saran berupa strategi pemasaran berdasarkan hasil penelitian.

Disain penelitian ini cross sectional study, dengan pendekatan surveydan dilaksanakan di Kota Sukabumi pada bulan Februari hingga Maret 2008. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dan pemilihan sampel dilakukan secara snowball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah 100 orang konsumen jamu gendong dan 15 orang penjaja jamu gendong.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner. Data ini meliputi karakteristik konsumen, perilaku konsumsi, karakteristik penjaja jamu gendong, tingkat kepuasan terhadap 20 atribut, dan loyalitas konsumen. Sedangkan data sekunder adalah karakteristik lokasi yang diperoleh dari data monografi Kota Sukabumi. Data diolah menggunakan program Microsoft Excel

dan SPSS versi 13.0 for windows. Untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen digunakan traditional approach analysis, loyalitas konsumen menggunakan persentase tingkatan loyalitas yaitu switcher, habitual, likes the brand, satisfied, dan committed buyer, hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan menggunakan uji Chi square, dan atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen menggunakan analisis faktor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua penjaja jamu gendong yang menjadi responden berjenis kelamin perempuan dengan usia 21-40 tahun (66.7%) yang merupakan Suku Jawa (100%). Sebagian besar penjaja jamu (73.3%) berasal dari daerah Solo dan 100% berstatus sudah menikah. Tingkat pendidikan terakhir penjaja 60% adalah SD dan tingkat pendapatan keluarga (Rp/bulan) adalah Rp 700.001-1.000.000 (46.7%) dan tingkat pendapatan (Rp/hari) dari berjualan jamu gendong Rp 40.001-100.000 (46.6%). Sebanyak 40% penjaja jamu gendong sudah tinggal di Kota Sukabumi selama ≥ 24-49 tahun dengan alasan ikut ajakan suami (33.3%). Pada umumnya 46.7% penjaja sudah cukup lama berjualan jamu gendong yaitu ≥ 19-40 tahun. Sebagian besar penjaja (66.7%) berjualan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebanyak 86.7% penjaja jamu gendong berjualan pada pagi hari dan 100% penjaja membuat jamu gendongnya sendiri. Sebagian besar penjaja jamu gendong (93.3%) membeli bahan baku jamu di pasar. Dan hampir separuhnya (46.6%) mengeluarkan modal usaha sebesar > Rp 50.000-100.000.

Sebagian besar (95%) konsumen yang menjadi responden, berjenis kelamin perempuan. Usia (59%) 21-40 tahun dan mayoritas (95%) merupakan Suku Sunda. Status pernikahan konsumen (85%) sudah menikah, tingkat pendidikan terakhir (42%) adalah SMA dan lebih dari separuhnya (67%) adalah


(13)

ibu rumah tangga. Sebesar 53% tingkat pendapatan keluarga (Rp/bulan) adalah Rp 600.001-1.500.000.

Jenis jamu gendong yang biasa dikonsumsi adalah kunyit asem (65%) dan 63% konsumen mengkonsumsi jamu gendong dengan alasan untuk memelihara kesehatan. Sepertiga konsumen (31%) dipengaruhi orangtua saat mengkonsumsi jamu gendong. Sebesar 77% konsumen mengkonsumsi jamu gendong pada pagi hari dengan frekuensi 2-4 kali (43%). Tingkat pengeluaran (Rp/minggu) untuk mengkonsumsi jamu gendong Rp 3.001-5.000 (30%).

Lebih dari separuh konsumen (75%) merasa puas terhadap jamu gendong secara umum. Selain itu konsumen juga merasa puas terhadap berbagai atribut produk jamu gendong seperti khasiat (72%), warna (69%), aroma (78%), rasa (82%), variasi (78%), kemudahan memperoleh jamu gendong (88%), harga (83%), kebersihan gelas (63%), kebersihan bakul (71%), kebersihan botol (72%), kebersihan lap (66%), kebersihan air (68%), dan kandungan jamu gendong (78%). Dari tingkat kepuasan pada berbagai atribut produk jamu gendong tersebut terlihat bahwa persentase yang paling kecil yaitu kepuasan terhadap kebersihan gelas.

Sebagian besar konsumen juga puas terhadap berbagai atribut pelayanan penjaja jamu gendong. Tingkat kepuasan konsumen terhadap keterampilan penjaja jamu gendong sebesar 85%, kecepatan penjaja dalam melayani konsumen sebesar 82%, kecepatan penjaja dalam menangani keluhan sebesar 75%, ketepatan penjaja jamu dalam memenuhi pesanan sebesar 84%, keramahan penjaja jamu sebesar 86%, penampilan penjaja jamu sebesar 66%, kemampuan berkomunikasi 83%, dan kebersihan penjaja jamu gendong 75%. Dari berbagai atribut pelayanan ini persentase terkecil tingkat kepuasan konsumen yaitu pada penampilan penjaja jamu gendong.

Loyalitas konsumen dinilai berdasarkan tingkatan loyalitas. Konsumen yang termasuk dalam tingkatan switcher buyer sebesar 9%, tingkatan habitual buyer sebesar 65%, tingkatan satisfied sebesar 80%, tingkatan likes the brand sebesar 83%, dan yang termasuk pada tingkatan committed buyer sebesar 25%. Bisa disimpulkan bahwa konsumen sudah yang cukup loyal namun tidak sampai mempromosikan kepada orang lain. Rata-rata indeks loyalitas konsumen amu gendong adaah 23.3 (kategori loyal).

Sebagian besar konsumen (81.2%) yang merasa puas terhadap jamu gendong pada usia 21-40 tahun, tidak ada hubungan yang signifikan antara usia konsumen dengan tingkat kepuasan Pada umumnya Suku bangsa Sunda (80%) dan Luar Sunda (80%) yang merasa puas terhadap jamu gendong dan tidak ada hubungan yang signifikan antara suku bangsa dengan tingkat kepuasan terhadap jamu gendong. Sedangkan status pernikahan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat kepuasan (p<0.05), dan sebagian besar konsumen yang merasa puas mempunyai status sudah menikah (85.9%). Sebagian besar konsumen yang merasa puas mempunyai tingkat pendidikan terakhir SD (96%) dan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepuasan. Sebagian besar konsumen (81%) merasa puas terhadap jamu gendong adalah konsumen yang tidak bekerja, namun tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kepuasan. Sedangkan tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan (p<0.05), dan sebagian besar konsumen (84.7%) yang merasa puas mempunyai pendapatan keluarga (Rp/bulan) sebesar ≤ Rp 1.500.000.

Atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen terdiri dari 6 faktor utama yaitu faktor kebersihan, karkteristik produk jamu gendong, karakteristik penjaja jamu gendong, warna jamu gendong dan pelayanan penjaja


(14)

jamu gendong, keramahan dan daya tanggap penjaja jamu gendong, dan faktor yang terakhir adalah faktor bauran pemasaran.

Strategi pemasaran yang disarankan terdiri dari 4 bauran pemasaran yaitu strategi produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi produk diantaranya menjaga kebersihan jamu gendong baik produk juga penjaja, mencantumkan label nama jenis jamu gendong pada setiap botolnya menghadirkan varian rasa seperti campuran ekstrak buah-buahan asli seperti lemon, anggur, atau tambahan rasa lain untuk mengurangi rasa pahit ini, memperhatikan kualitas dari produk jamu gendong buatan tanpa menggunakan bahan kimia tambahan. strategi harga dengan mempertahankan harga yang terjangkau. Strategi promosi yaitu mengandalkan promosi word of mouth. Dan strategi distribusi dengan pemetaan lokasi yang teratur dan distribusi dengan menggunakan motor atau sepeda.


(15)

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN

JAMU GENDONG DI KOTA SUKABUMI 

GUSTIA NUR ARIA M.

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(16)

Judul : Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Kota Sukabumi

Nama Mahasiswa : Gustia Nur Aria M. Nomor Pokok : A54104037

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc NIP. 131 578 791 NIP. 131 622 683

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(17)

PRAKATA

  Alahamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Kota Sukabumi” diajukan sebagai salah satu syarat untuk menacapai gelar Sarjana Pertanian di Program Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc dan Ir. M. D. Djamaludin, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan juga memberikan semangat spiritual sejak pembuatan proposal hingga akhir penulisan ini.

2. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar juga dosen penguji (terima kasih atas saran-sarannya yang membuat skripsi ini jauh lebih baik lagi).

3. My lovely Mom (telapak kaki surgaku) and My Dad, serta adikku Zetvin yang sudah memberikan do’a dan cinta kasih yang tak terhingga. Tiada yang bisa menggantikan kalian semua di hatiku.

4. Uci Sanusi&Zaman family (bangga sekali menjadi bagian dari keluarga ini) dan semua penjaja jamu dan ketua paguyuban di Kota Sukabumi, yang telah membantu dalam pengumpulan data.

5. Sahabat tersayang Hilda “ne”, Raditha “nyuk”, Aini A, Monik, Wieke “coy”, Fika, Ria, Yuli, Lia M, Irwan, Gandi Belammy, Ria “nenk”, my lovely Roomate Desiana, teman-teman seperjuanganku Henny, Yesa, Bagus dan semua mahasiswa GMSK angkatan 39, 40, 42, 43 and specially angkatan 41 (love you all..), semua staf pengajar dan TU GMSK (atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan selama ini), Kedawung Crews, dan Perwira 41’ers. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan balasan dari Allah S.W.T, Amien. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor Juni 2008


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1986 di Kota Sukabumi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sukardi dan Onih Rohani.

Penulis merupakan lulusan dari TK Trisula pada tahun 1991, SD Negeri Selabatu 1 tahun 1998, SMP Negeri 1 Sukabumi tahun 2001, dan SMA Negeri 3 Sukabumi tahun 2004, kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Penulis memilih Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Agriaswara, Himpunanan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai Biro Kaderisasi, Pengembangan, dan Pengawasan Organisasi, Himpunan Mahasiswa Sukabumi sebagai Biro Informasi dan Komunikasi. Penulis juga pernah mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa dalam bidang kewirausahaan dengan judul “Optimalisasi Buah Pala (Myristica fragrant Houtt) Dalam Bentuk Minuman Sari Buah Pala dan Selai Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga”.


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah . ... 3

Tujuan ... 3

Kegunaan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Jamu ... 5

Jamu gendong ... 5

Perbedaan jamu dengan obat ... 7

Perilaku Konsumen ... 7

Kepribadian ... 7

Budaya ... 8

Demografi...8

Sikap Konsumen ... 9

Konsumsi ... 9

Kepuasan ... 9

Loyalitas ... 11

Dimensi Kualitas ... 14

Strategi Pemasaran ... 14

Kajian Penelitian Terdahulu ... 15

KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu ... 19

Teknik Pemilihan Responden ... 19

Jenis dan Sumber Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 21

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kota Sukabumi ... 25

Gambaran Umum Penjaja Jamu Gendong di Kota Sukabumi ... 26

Karakteristik Penjaja Jamu Gendong ... 28

Karakteristik Konsumen Jamu Gendong ... 33

Perilaku Konsumsi ... 36

Kepuasan Konsumen Jamu Gendong ... 40

Loyalitas Konsumen Jamu Gendong ... 49


(20)

Halaman

Hubungan Antara Kepuasan dengan Karakteristik Konsumen

Jamu Gendong ... 54

Atribut-atribut Yang Mendasari Tingkat Kepuasan Konsumen Jamu Gendong ... 56

Strategi Pemasaran jamu gendong ... 64

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 68

Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1     Variabel, jenis data, dan cara pengumpulan data... 20 

2 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Sukabumi tahun 2007... 26

3 Usia penjaja jamu gendong ... 28

4 Tingkat pendidikan penjaja jamu gendong ... 29

5 Tingkat pendapatan keluarga penjaja jamu gendong ... 30

6 Tingkat pendapatan dari berjualan jamu gendong ... 30

7 Lama penjaja jamu gendong tinggal di Sukabumi ... 31

8 Alasan penjaja jamu gendong tinggal di Sukabumi ... 31

9 Lama penjaja berjualan jamu gendong ... 32

10 Waktu berjualan jamu gendong ... 32

11 Modal usaha untuk berjualn jamu gendong ... 33

12 Usia konsumen jamu gendong ... 34

13 Suku bangsa/asal daerah konsumen jamu gendong ... 34

14 Status pernikahan konsumen jamu gendong ... 35

15 Tingkat pendidikan konsumen jamu gendong ... 35

16 Pekerjaan konsumen jamu gendong ... 35

17 Tingkat pendapatan keluarga konsumen jamu gendong ... 36

18 Jenis jamu gendong yang sering dikonsumsi ... 37

19 Alasan konsumen mengkonsumsi jamu gendong ... 37

20 Kelompok acuan yang mempengaruhi konsumen mengkonsumsi jamu gendong ... 38

21 Waktu konsumsi jamu gendong ... 38

22 Frekuensi mengkonsumsi jamu gendong ... 39

23 Tingkat pengeluaran/minggu untuk mengkonsumsi jamu gendong ... 40

24 Tingkat kepuasan terhadap berbagai atribut jamu gendong ... 41

25 Tingkat kepuasan konsumen jamu gendong secara umum... 47

26 Rata-rata tingkat kepuasan konsumen jamu gendong ... 48

27 Hasil perhitungan switcher buyer ... 50

28 Perilaku responden jika jamu gendong yang dicari tidak tersedia ... 50

29 Hasil perhitungan habitual buyer ... 51


(22)

Halaman

31 Hasil perhitungan likes the brand ... 52 32 Hasil perhitungan committed buyer ... 53 33 Indeks loyalitas jamu gendong ... 54 34 Tabulasi silang tingkat kepuasan konsumen berdasarkan

karakteristik konsumen ... 56 35 Enam faktor utama hasil analisis faktor ... 57 36 Strategi pemasaran konsumen jamu gendong ... 67


(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram konsep kepuasan konsumen ... 10 2 Piramida loyalitas ... 13 3 Kerangka pemikiran... 17 4 Piramida loyalitas jamu gendong ... 54 5 Foto penjaja jamu gendong ... 102 6 Foto bakul dan botol jamu gendong ... 102 7 Foto penjaja jamu gendong laki-laki ... 102 8 Foto bakul penjaja jamu gendong yang menggunakan motor ... 102


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Jenis data, skala pengukuran, cara dan alat pengumpulan data

serta metode pengolahan data ... 73 2 Contoh kuisioner penjaja jamu gendong ... 77 3 Contoh kuisioner konsumen jamu gendong ... 79 4 Tahapan dalam análisis faktor ... 84 5 Hasil output awal análisis faktor ... 86 6 Hasil output akhir análisis faktor………. 93 7 Hasil uji reliabilitas………100 8 Peta lokasi Kota Sukabumi……….101 9 Dokumentasi ... .. 102  


(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia kaya akan hasil alam dan tanaman obatnya. Menurut data dari Departemen Kehutanan RI, dari seluruh luasan hutan hujan tropis di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 30.000 spesies tanaman yang tumbuh di dalamnya. Dari spesies tanaman yang ada tersebut lebih dari 8.000 spesies merupakan tanaman obat yang mempunyai khasiat obat dan baru 800-1.200 spesies yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat (Martha Tilaar Innovation Center 2002). Tanaman/tumbuhan obat mempunyai beberapa manfaat terutama bagi manusia yaitu sebagai obat, makanan dan minuman kesehatan, zat pewarna, rempah-rempah, kosmetika, insektisida, pakan/obat ternak dan lain-lain. Untuk mencapai manfaat-manfaat di atas maka diperlukan budidaya tanaman obat dengan cara membuat suatu produk salah satunya jamu.

Manusia sejak dahulu senantiasa mencari akal bagaimana mempertahankan kehidupan dan tetap sehat, mencari apa saja yang ditemukan di sekelilingnya dan dari situlah jamu-jamu perawatan tradisional ditemukan. Sejalan dengan kuatnya budaya pemanfaatan obat tradisional, kesadaran masyarakat yang tinggi untuk melestarikan budaya tersebut, dan harga jual jamu yang lebih terjangkau oleh golongan masyarakat menengah ke bawah bila dibandingkan dengan obat modern memungkinkan terjadinya peningkatan pengadaan dan pemanfaatan jamu secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Kesehatan juga telah mencanangkan Gerakan Hidup Sehat menuju tahun 2010 yaitu hidup sehat dengan kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan obat asli Indonesia.

Menurut World Health Organization (WHO), kira-kira 80% dari penduduk dunia tahun 2007 yang berjumlah 7.9 miliar, percaya pada manfaat tumbuh-tumbuhan untuk kesehatan dan kebugaran tubuh, dan masyarakat modern pun akhirnya lebih menyukai pemakaian bahan-bahan alam segar untuk suplemen, makanan, minuman, sarana kecantikan serta penampilan bagi pria dan wanita (Dwiyono 2007).  Melihat fakta yang ada tersebut, maka pengembangan pengobatan secara tradisional tentunya semakin dapat merambah permintaan pasar global yang ada saat ini.


(26)

Jamu adalah salah satu bentuk dari pemanfaatan dan pemasaran tanaman obat. Pada dasarnya pemanfaatan dan pemasaran bahan tanaman obat telah dilakukan di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Jamu digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu jamu gendong, jamu kemasan modern dan fitofarmaka. Menurut Syukur dan Hernani (2002), pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus menerus meningkat dikarenakan kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap kebudayaan memakai jamu. Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal untuk menambah devisa negara.

Saat ini sejumlah industri jamu tradisional telah memproduksi jamu yang berfungsi untuk pengobatan. Perubahan citra pada jamu memang sangat mendukung pertumbuhan industri jamu. Indonesia memiliki 27 perusahaan jamu yang tersebar di berbagai daerah. Dari 27 perusahaan jamu tersebut, terdapat 15 perusahaan jamu yang tercatat di wilayah Jawa Tengah (BPS 1999, diacu dalam Lianawaty 2002). Selain itu, jumlah penjaja jamu gendong dari tahun ke tahun semakin tinggi. Data di Departemen Kesehatan RI menunjukkan peningkatan tersebut, yaitu 13.128 pada tahun 1989 menjadi 25.077 pada tahun 1995. Demikian pula angka untuk Jawa Timur yang menunjukkan jumlah 3.306 pada tahun 1995, yaitu menduduki urutan jumlah terbanyak ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Menurut Muchtaruddin dkk (1976), diacu dalam Pali (1994) profesi penjual jamu gendong menjadi menarik jika ditinjau dari fenomena yang terjadi saat ini, yaitu di tengah-tengah maraknya industri-industri jamu besar yang kian menjamur, jamu gendong masih tetap eksis bahkan makin meningkat jumlahnya.

Melihat jumlah yang terus meningkat tersebut, dapat diperkirakan bahwa pemanfaatan jamu gendong masih sangat tinggi. Masyarakat masih berminat untuk mengkonsumsi jamu gendong sebagai salah satu upaya untuk perawatan kesehatan. Salah satu alasan mengapa jamu gendong dalam beberapa tahun terakhir ini sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah akibat terjadinya krisis moneter yang melanda Bangsa Indonesia saat itu. Masyarakat tidak mampu membeli obat-obatan hasil produk farmasi, maka mereka berusaha mengkonsumsi jamu-jamu sebagai wujud dari paradigma sehat. Keadaan seperti inilah yang membuat pengobatan tradisional peninggalan nenek moyang tersebut dari dahulu hingga saat ini semakin mudah untuk didapatkan oleh para konsumen jamu.


(27)

Perumusan Masalah

Pasar produk jamu terus berkembang, terlihat dari semakin banyaknya industri kecil atau penjual jamu yang bergerak dalam industri ini. Keberlangsungan profesi penjual jamu gendong sampai saat ini, dikarenakan masih adanya permintaan konsumen terhadap produk minuman tradisional, khususnya minuman jamu gendong. Jumlah relatif permintaan konsumen terhadap minuman jamu gendong untuk setiap penjual yaitu kurang lebih 40-50 gelas setiap hari (Pinontoan 2005).

Pemasaran produk jamu yang baik adalah yang berorientasi pada permintaan konsumen. Kajian empirik menunjukkan bahwa terdapat berbagai alasan konsumen mengkonsumsi jamu gendong. Salah satunya karena jamu merupakan budaya, maka penggunaannya pun sudah merupakan suatu tradisi. Tradisi ini diartikan sebagai adat kebiasaan yang turun-temurun dari nenek moyang, yang masih dijalankan dalam masyarakat (Pali 1994).

Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Bagaimana karakteristik penjaja jamu gendong? 2. Bagaimana karakteristik konsumen jamu gendong? 3. Bagaimana perilaku konsumsi jamu gendong?

4. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen jamu gendong? 5. Seberapa besar loyalitas konsumen jamu gendong?

6. Bagaimana hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan terhadap jamu gendong?

7. Atribut-atribut apa saja yang mendasari tingkat kepuasan konsumen jamu gendong?

8. Bagaimana strategi pemasaran jamu gendong dilihat dari hasil penelitian?

Tujuan Tujuan Umum :

Menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong.

Tujuan Khusus:

1. Mengidentifikasi karakteristik penjaja jamu gendong 2. Mengidentifikasi karakteristik konsumen jamu gendong. 3. Mengidentifikasi perilaku konsumsi jamu gendong.

4. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap jamu gendong. 5. Menganalisis loyalitas konsumen jamu gendong.


(28)

6. Menganalisis hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan jamu gendong.

7. Menganalisis atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen jamu gendong.

8. Merumuskan saran berupa strategi pemasaran berdasarkan hasil penelitian.

Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini diantaranya untuk: 1. Pemerintah

Memberikan informasi kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dan mengawasi masalah keamanan jamu gendong.

2. Penjual/produsen

Memberikan informasi kepada penjaja jamu gendong mengenai seberapa besar konsumen jamu gendong merasakan puas dan loyal terhadap jamu gendong. Informasi yang diperoleh juga diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan produsen jamu gendong untuk melakukan strategi pemasaran yang lebih baik.

3. Konsumen

Memperoleh informasi mengenai beberapa faktor yang harus diperhatikan saat mengkonsumsi jamu gendong.

4. Peneliti/mahasiswa

Menambah wawasan dan pemahaman mengenai perilaku konsumen dan riset perilaku konsumen.


(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Jamu

Jamu adalah sebutan orang Jawa terhadap obat hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai aditif. Konotasi tradisional selalu melekat pada jamu sebab jamu memang sudah dikenal lama sejak jaman nenek moyang sebelum farmakologi modern masuk ke Indonesia. Jamu semula hanya dikenal di daerah Wonogiri-Surakarta kemudian meluas ke daerah-daerah lain yang selintas terkesan seiring dengan program transmigrasi. Penggunaan jamu yang memasyarakat ini sudah menjadi kebiasaan turun temurun secara tradisional dan diwariskan dari generasi ke generasi tanpa perubahan sedikitpun, baik mengenai bahan tanaman yang digunakan, cara meramunya maupun kepercayaan terhadap khasiatnya (Sutarno 2000).

Jamu dinilai bermanfaat bagi pemeliharaan kesehatan. Jamu merupakan ramuan yang muncul sebagai akibat adanya masalah yang dihadapi masyarakat pada jaman dulu, yaitu bagaimana merawat tubuh dan mengobati berbagai macam penyakit, dimana pada saat itu belum mengenal ilmu kedokteran modern mereka hanya mengenal adanya orang-orang ”pintar” dan ramuan-ramuan tertentu yang diperoleh menurut pengalaman dan perkiraan pribadi. Begitu pula dengan ramuan khusus wanita, yang muncul akibat adanya masalah kewanitaan seperti keputihan, ingin awet muda, mempertahankan kondisi tubuh pada saat hamil, untuk menjaga janin yang ada dalam kandungan, untuk menjaga kemesraan pasangan suami istri, dan lain-lain (Pali 1994).

Jamu Gendong

Jamu gendong merupakan salah satu warisan jamu kuno yang sampai saat ini masih digemari masyarakat Indonesia, terutama orang Jawa. Jamu ini bentuknya cair dan dimasukkan dalam botol yang disusun dalam bakul dan digendong di punggung. Lalu dijual dengan cara memanggul bakul tersebut berkeliling kampung dan ditawarkan dari rumah ke rumah. Ciri khas penjual jamu biasanya menggunakan kebaya. Pada umumnya penjaja jamu gendong adalah kaum wanita (Sutarno 2000).

Ada berbagai macam jamu dalam jamu gendong yang selalu dijajakan yaitu beras kencur, cabe puyang, pahitan, dan galian. Jamu galian sendiri


(30)

dibedakan menjadi tiga yaitu: galian puteri, galian singset, dan galian spesial untuk laki-laki. Ramuan jamu gendong tersebut adalah :

a. Beras kencur, berkhasiat untuk menghilangkan rasa lesu dan mencegah masuk angin. Bahan pokok utamanya yaitu beras (Oryza sativa L.) dan kencur (Kaempferia galanga L.).

b. Cabe puyang, berkhasiat untuk menyembuhkan sakit demam dan menghilangkan pegal linu sehabis kerja berat atau bepergian jauh. Bahan utamanya cabe (Piper retrofractum Vahl.) dan lempuyang (Zingiber aromaticum Val.).

c. Pahitan, berkhasiat untuk merangsang atau menambah nafsu makan, melancarkan peredaran darah sehingga badan terasa segar kembali. Bahan utamanya pule (Alstonia scholaris L.), jongrahab (Baeckea frutescens L.), juga bahan penyedap.

d. Jamu galian, bahan utamanya jongrahab, pulasari (Alyxia reinwardtii Bl.), mico boong (Melaleuca leucadendra (Stickm) L.).

e. Jamu galian puteri, berkhasiat menjaga bentuk tubuh dan menambah daya tahan tubuh terutama remaja puteri. Bahan utamanya seperti jamu galian ditambah delima putih (Punica granatum L.).

f. Jamu galian singset, khasiatnya menghilangkan kelebihan lemak dalam tubuh serta mengembalikan perasaan muda hanya untuk ibu-ibu. Bahan utamanya yaitu ramuan utama ditambah daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lmk.) atau kencur.

g. Jamu galian spesial laki-laki, khasiatnya untuk menambah daya atau kekuatan dan mengembalikan perasaan muda bagi kaum laki-laki. Bahan utamanya ramuan utama ditambah lada (Piper ningrum L.) (Sutarno, 2000). Menurut Suharmiati (1998), jamu yang biasa dijual di penjual jamu gendong adalah :

a. Jamu kunir asam dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'adem-ademan atau seger-segeran' yang dapat diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. Ada pula yang mengatakan bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau sariawan, serta membuat perut menjadi dingin. Seorang penjual jamu mengatakan bahwa jamu jenis ini baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil muda dan dapat menyuburkan kandungan. Ada pula penjual jamu yang menganjurkan minum jamu kunir asam untuk melancarkan haid.


(31)

b. Jamu kunci sirih dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu untuk mengobati keluhan keputihan (fluor albus). Sedangkan manfaat lain yaitu untuk merapatkan bagian intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut, serta dikatakan dapat menguatkan gigi. Bahan baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang kunci dan daun sirih. Biasanya selalu ditambahkan buah asam yang masak. Beberapa penjual jamu menambahkan bahan-bahan lain yang biasa digunakan dalam ramuan jamu keputihan atau jamu sari rapat seperti buah delima, buah pinang, kunci pepet, dan majakan.

c. Jamu uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang digunakan untuk meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang menyusui. Hanya seorang penjual jamu yang mengatakan bahwa ada khasiat lain, yaitu untuk menghilangkan bau badan yang kurang sedap, baik pada ibu maupun anak dan 'mendinginkan' perut. Bahan baku jamu uyup-uyup sangat bervariasi antar-pembuat jamu, namun pada umumnya selalu menggunakan bahan yang terdiri dari kencur, jahe, bangle, laos, kunir, temulawak, puyang, dan temugiring.

Perbedaan jamu dengan obat

Perbedaan yang paling mencolok antara jamu dengan obat modern terletak dari bahan pembuatnya. Jamu menggunakan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang langsung diambil dari alam. Sedangkan obat modern dihasilkan dari senyawa bahan-bahan kimia sintetis. Oleh karena itu, tingkat efek samping jamu relatif sangat minim dibanding dengan obat modern. Jamu merupakan obat alami yang bebas efek samping (Jamu Iboe 2007).

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan 2004).

Kepribadian

  Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri (inner psychological characteristics) manusia, perbedaan karakteristik tersebut menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu.


(32)

Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi respon individu terhadap lingkungannya secara konsisten (Sumarwan 2004).

Budaya

Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Produk dan jasa memainkan peranan yang penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk dipindahkan ke konsumen. Makna budaya atau makna simbolik yang telah melekat kepada produk akan dipindahkan kepada konsumen dalam bentuk pemilikan produk, pertukaran, dan pembuangan (Sumarwan 2004).

Kajian empirik menunjukan bahwa konsumen jamu gendong mengkonsumsi jamu karena berbagai alasan, salah satunya karena merupakan budaya, maka penggunaannya pun sudah merupakan tradisi. Tradisi di sini diartikan sebagai tingkat sebagai adat kebiasaan yang turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat (Depdikbud 1989, diacu dalam Pali 1994).

Demografi

Konsep subbudaya sangat terkait dengan demografi. Demografi akan menggambarkan karakteristik suatu penduduk. Beberapa karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami konsumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status keluarga, lokasi geografi dan kelas sosial (Sumarwan 2004).

Pendidikan. Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakterstik konsumen yang saling berhubungan. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yag dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu produk. Pendidikan juga akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang (Sumarwan 2004). Menurut Kasmir (2006), konsumen yang berpendidikan SD memiliki pola pikir yang berbeda dalam memilih produk dengan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau sarjana. Selain itu pelanggan yang memiliki pendidikan sarjana lebih bersikap kritis terhadap apa yang akan dibeli.

Pendapatan. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah.


(33)

Jumlah pendapatan akan menggambarkan banyaknya daya beli dari seseorang. Selain pendidikan, pendapatan juga dapat mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang (Sumarwan 2004).

Sikap Konsumen

Engel, Blackwell dan Miniard (1993), diacu dalam Sumarwan (2004) mengemukakan bahwa sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap atribut dan manfaat dari objek tersebut. Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya dan manfaatnya.

Konsumsi

Tahap keempat dari proses keputusan konsumen adalah konsumsi. Setelah konsumen membeli atau memperoleh produk dan jasa, biasanya akan diikuti oleh proses konsumsi. Istilah konsumsi memiliki arti yang sangat luas dan terkait dengan jenis atau kategori produk dan jasa yang dibeli atau dipakai. Misalnya untuk produk makanan atau minuman maka konsumsi diartikan dimakan dan diminum, untuk pakaian, perhiasan dan kosmetik konsumsi diartikan untuk dipakai (Sumarwan 2004).

Menurut penelitian Pali (1994), alasan konsumen mengkonsumsi jamu gendong karena adanya manfaat yang dirasakan serta merasa lebih segar dibandingkan jamu pabrik dan harganya lebih murah. Sebagian besar konsumen mengkonsumsi jamu untuk pemeliharaan kesehatan bukan pengobatan.

Kepuasan Konsumen

Konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukan atau evaluasi alternatif pascakonsumsi. Hasil dari proses evaluasi adalah konsumen puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa. Definisi kepuasan menurut Engel, Blacwell dan Miniard (1995) adalah evaluasi sesudah konsumsi dimana terdapat pemilihan alternatif antara mencukupi atau melebihi harapan. Menurut Mowen & Minor (2002), kepuasan konsumen adalah keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya.

Teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terbentuk adalah the expectancy disconfirmation model, yang


(34)

mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibelinya tersebut. Diskonfirmasi positif jika produk berfungsi lebih baik dari harapan maka konsumen merasa puas. Konfirmasi sederhana terjadi jika produk tidak memberikan kepuasan tapi juga tidak mengecewakan. Jika produk berfungsi di bawah harapan, maka terjadi diskonfirmasi negatif dan konsumen merasa tidak puas (Sumarwan 2004).

Gambar 1 Diagram konsep kepuasaan pelanggan.

Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa. Kepuasan pelanggan, selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, juga ditentukan oleh kualitas produk, harga, citra, dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi untuk sesaat (Rangkuti 2006). Menurut Kotler (2006), kepuasan juga tergantung dari kualitas produk dan kualitas pelayanan. Kualitas disini adalah keseluruhan fitur dan karakteristik dari suatu produk atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan.

Kepuasan konsumen secara umum dapat diperoleh dari pelayanan yang baik. Menurut Kasmir (2006), terdapat beberapa ciri pelayanan yang dapat memberikan kepuasan terhadap pelanggan, diantaranya yaitu:

1. Memiliki karyawan yang profesional khususnya yang berhadapan langsung dengan pelanggan.

Tujuan perusahaan

Produk

Nilai produk bagi pelanggan

Kebutuhan dan keinginan pleanggan

Harapan pelanggan terhadap prduk

Tujuan kepuasaan pelanggan


(35)

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik yang dapat menunjang kelancaran penjualan produk ke pelanggan secara cepat dan tepat waktu. 3. Tersedianya ragam produk yang diinginkan.

4. Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan dari awal hingga selesai. 5. Mampu melayani secara cepat dan tepat.

6. Mampu berkomunikasi secara jelas, menyenangkan, dan mampu menghadapi keinginan dan kebutuhan pelanggan.

7. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik tentang produk yang dijual dan pengetahuan lainnya.

8. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan sehingga pelayan merasa yakin dengan apa yang telah dilakukan perusahaan.

Loyalitas

Menurut Peter & Olson (1996), kepuasan terhadap suatu produk akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi kembali produk tersebut serta memberi tahu kepada orang lain mengenai pengalaman dalam menggunakan produk tersebut dan hal ini disebut dengan loyalitas. Menurut Assael (1992), diacu dalam Syarbaini (2004) menyatakan loyalitas terhadap merek merupakan sikap menyenangi merek yang direferensikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu. Pernyataan ini juga didukung oleh Durianto (2004) yang menyatakan bahwa loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek.

Untuk mendeskripsikan perilaku loyalitas Griffin (1995), diacu dalam Kurniawati (2006) membagi loyalitas menjadi beberapa beberapa kriteria, yaitu:

1. Suspect (tersangka), meliputi semua orang yang akan membeli tetapi belum mengetahui apapun mengenai barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan.

2. Prospect (yang diharapkan), meliputi orang-orang yang memiliki kebutuhan akan barang dan jasa tertentu dan mempunyai keyakinan untuk membelinya. Para prospect, meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan yang menawarkan barang dan jasa. Hal ini terjadi karena seseorang telah merekomendasikan barang dan jasa itu kepadanya.


(36)

3. Disqualified prospect (yang tidak berkepentingan), yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan barang dan jasa tapi tidak mempunyai kemampuan untuk membelinya.

4. First time customers (pembeli baru), yaitu konsumen yang membeli untuk pertama kali.

5. Repeat consumers (pembeli berulang-ulang), yaitu konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih.

6. Client (pelanggan tetap), yaitu konsumen yang membeli secara teratur. Hubungan perusaahan dengan konsumen tersebut sudah kuat dan berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh daya tarik produk perusahaan pesaing.

7. Advocates (pelanggan tetap pendukung), seperti client akan tetapi jenis konsumen ini juga mengajak relasi lain agar membeli barang dan jasa dari perusahaan yang bersangkutan.

Loyalitas konsumen khususnya dalam bidang jasa terkait erat dengan elemen manusia dalam hal ini karyawan. Kinerja karyawan yang baik dapat menciptakan rasa percaya akan kemampuan penyedia jasa yang pada gilirannya akan mendorong rasa puas konsumen. Meskipun konsumen yang puas tidak selalu menjadi konsumen yang loyal namun apabila dalam hubungan antara penyedia jasa dengan peran karyawan yang handal dapat mempengaruhi loyalitas melalui rasa puas dan rasa percaya konsumen yang dihasilkan dari kinerja karyawan (Ferrinawati & Djati 2004). 

Adapun tingkatan brand loyalty menurut Durianto (2004) adalah sebagai berikut:

1. Switcher (berpindah-pindah). Pembeli pada tingkatan ini dikatakan sebagai pembeli yang berada pada tingkatan paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek lain yang mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal.

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan). Pembeli pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.


(37)

3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan). Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek.

4. Likes the brand (menyukai merek). Pembeli yang masuk dalam kategori ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai produk tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli ini bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan perceived quality yang tinggi. Meskipun demikian sering kali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik.

5. Committed buyer (pembeli yang komit). Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi penting dan dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi. Pada tingkatan ini loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan merek tersebut kepada pihak lain.

Bagi merek yang mempunyai brand equity yang kuat, tingkatan dalam brand loyalty-nya diharapkan membentuk segitiga terbalik. Maksudnya makin ke atas makin melebar sehingga diperoleh jumlah committed buyer yang lebih besar daripada switcher seperti tampak di gambar berikut:

Gambar 2 Piramida loyalitas.

Committed buyer Liking the brand

Satisfied buyer Habitual buyer


(38)

Dimensi Kualitas

Menurut Djunaidi & Setiawan (2006), kualitas suatu produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Beberapa pakar pemasaran seperti Parasuraman, Zeithaml dan Berry melakukan beberapa penelitian khusus terhadap beberapa jenis jasa dan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kualitas jasa yang biasa disebut sebagai dimensi kualitas. Dalam perkembangannya, dimensi kualitas yang semula berjumlah sepuluh dirangkum menjadi lima dimensi pokok, sebagai berikut:

1. Tangible (bukti langsung), meliputi penampilan fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.

2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan para staf untuk membentuk para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Assurance (jaminan), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari bahaya, resiko, atau keraguan.

5. Emphaty (empati), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan.

Strategi pemasaran

Strategi pemasaran atau yang dikenal sebagai bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya dipasar sasaran (Kotler 2005).

McCarthy dalam Kotler (2006), mengklasifikasikan alat-alat bauran pemasaran kedalam empat kelompok atau yang lebih dikenal dengan 4P, yaitu:

1. Product (produk). Produk adalah kumpulan seluruh produk (barang, jasa, dan kombinasinya) yang ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli. Konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan ciri paling bermutu, berkinerja, inovatif. Variabel-variabel pemasaran produk diantaranya yaitu keragaman produk, kualitas, design, ciri, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan, imbalan dsb.

2. Price (harga). Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan suatu barang. Harga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Variabel-variabel


(39)

pemasaran harga diantaranya yaitu daftar harga, potongan harga khusus, periode pembayaran, dsb.

3. Place (tempat). Tempat dimana terdapat produk untuk digunakan konsumen yang terdiri dari saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokkan, lokasi, persediaan transportasi, dsb.

4. Promotion (promosi). Promosi merupakan kegiatan mengkomunikasikan manfaat dari suatu produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Terdiri dari variabel-variabel pemasaran promosi diantaranya yaitu penjualan, periklanan, tenaga penjualan, kehumasan (public relation), pemasaran langsung, dsb.

Kajian penelitian terdahulu

Penelitian tentang perilaku konsumen terhadap berbagai produk obat-obatan tradisional khususnya jamu, belum banyak dilakukan sebelumnya. Kebanyakan penelitian mengenai jamu yang merupakan produk suatu industri berskala besar. Sebelumnya terdapat penelitian mengenai jamu gendong yang dilakukan oleh Pinontoan (2005) dimana penelitian tersebut dilakukan untuk melihat preferensi konsumen jamu gendong. Dari penelitian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong.

Penelitian mengenai kepuasan dan loyalitas pun banyak digunakan dalam penelitian di bidang konsumen. Penelitian-penelitian tersebut menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian ini terutama dalam penggunaan alat analisis dan penetapan atribut produk.

Adapun atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari penelitian terdahulu seperti Uluum (2005) karena beberapa atribut dalam penelitian tersebut dinilai identik dengan atribut suatu produk. Selain itu, atribut-atribut yang digunakan juga mengacu pada lima dimensi jasa menurut Parasuraman diacu dalam Djunaidi (2004).

Penelitian tentang jamu gendong

Pinontoan (2005) menganalis tentang faktor-faktor preferensi konsumen terhadap pembelian minuman jamu gendong. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Faktor dan Multiatribut Angka Ideal.

Melalui pengolahan data dengan Analisis Faktor dihasilkan tujuh faktor utama yang dipertimbangkan dalam pembelian minuman jamu gendong yaitu


(40)

faktor pertama pengetahuan konsumen, faktor kedua bauran pemasaran produk, faktor ketiga lingkungan sosial konsumen, faktor keempat eksternal, faktor kelima kualitas produk, faktor keenam ekonomi, dan faktor ketujuh pribadi konsumen.

Adapun atribut-atribut yang diteliti adalah khasiat, higienis, kuantitas, ketersediaan, kandungan bahan alami, keamanan mengkonsumsi, citra rasa, harga, rasa manis, dan prestise. Berdasarkan hasil Multiatribut Angka Ideal, diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan atribut minuman jamu gendong dipersepsikan baik dimata konsumen dan tingkat kepuasan paling rendah adalah ketersedian produk (6,49), kebersihan/higienis (5,06), dan citra rasa (4,85).

Penelitian mengenai kepuasan dan loyalitas

Kurniawati (2006) Menganalisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Roti Unyil Venus di Kota Bogor. Metode analisis data yang dilakukan yaitu analisis deskriptif dan teknik yang digunakan untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan adalah Importance-Performance Analysis sedangkan uji chi-square digunakan untuk hubungan antara konsumen dan loyalitas.

Hasil penelitian menyatakan bahwa konsumen merasa cukup puas terhadap produk dan pelayanan roti unyil Venus yang mempunyai nilai skor antara 130-169, dan konsumen roti unyil Venus termasuk konsumen yang loyal. Hal ini terihat dari banyaknya konsumen yang termasuk kriteria clients

(pelanggan tetap).

Uluum (2007) meneliti tentang Analisis Perilaku dan Tingkat Kepuasan Konsumen di Restoran Khas Sunda Cibiuk, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis faktor, Importance Performance Analysis, dan Customer Satisfaction Index.

Hasilnya adalah karakteristik konsumen Cibiuk digolongkan ke dalam masyarakat modern perkotaan, termasuk golongan ekonomi menengah ke atas, berasal dari berbagai suku di Indonesia. Faktor terjadinya keputusan pembelian adalah tempat dan pelayanan, pengaruh lingkungan, pendapatan dan promosi, dan motivasi diri konsumen. Tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja yang diberikan Cibiuk pada tingkatan ”cukup puas”. Variabel yang kinerjanya harus diprioritaskan adalah variabel kebersihan dan kecepatan.


(41)

KERANGKA PEMIKIRAN

Sekarang ini kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik sudah semakin tinggi. Gaya hidup Back To Nature

menjadi pilihan masyarakat untuk menjaga kesehatan, salah satunya dengan memanfaatkan obat asli Indonesia yaitu jamu.

Jamu merupakan minuman tradisional Indonesia yang sudah dikonsumsi dari zaman dahulu. Sampai saat ini konsumen jamu masih cukup banyak, terlihat dari permintaan akan jamu yang semakin tinggi dan jumlah penjaja jamu gendong yang meningkat. Ada berbagai alasan mengapa masyarakat masih mengkonsumsi jamu gendong sampai saat ini diantaranya yaitu harga jamu gendong sangat terjangkau dibandingkan obat-obat farmasi, adanya kebiasaan dan budaya yang masih dipertahankan sampai sekarang.

Konsumsi jamu gendong ini dipengaruhi oleh karakteristik dari konsumen jamu yaitu jenis kelamin, usia, status pernikahan, suku bangsa, pendidikan dan tingkat pendapatan. Selain itu, terdapat beberapa perbedaan perilaku konsumsi pada berbagai karakteristik konsumen dalam mengkonsumsi jamu gendong yang dijual penjaja jamu.

Berbagai evaluasi dibuat oleh konsumen setelah mengkonsumsi jamu gendong. Berbagai atribut akan mempengaruhi evaluasi pascakonsumsi jamu gendong baik atribut yang berasal dari produk itu sendiri atau akibat pelayanan penjaja jamu gendong. Hal ini akan menghasilkan kepuasan atau ketidakpuasan dari konsumen. Konsumen akan merasa puas apabila hasil yang dirasakan sesuai dengan apa yang mereka harapkan sebelum mengkonsumsi jamu gendong.

Kepuasan konsumen akan memberikan dampak pada konsumen untuk terus mengkonsumsi jamu gendong tersebut sehingga terjadi loyalitas konsumen. Analisis loyalitas inilah yang dijadikan para pemasar untuk melakukan strategi pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong. Penjelasan selengkapnya bisa dilihat di Gambar 3.


(42)

Gambar 3 Kerangka pemikiran konseptual analisis kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong di Kota Sukabumi.

Minuman jamu gendong

Karakteristik Responden

- Jenis kelamin - Usia - Suku - Status pernikahan - Tingkat pendidikan - Pekerjaan - Tingkat pendapatan Perilaku konsumsi

- Jenis jamu gendong - Alasan konsumsi - Kelompok acuan - Waktu konsumsi - Frekuensi - Pengeluaran/ hari

- Jenis kelamin - Usia

- Suku - Status

pernikahan

- Tingkat

Pendidikan

- Tingkat

Pendapatan

- Lama domisili - Alasan domisili - Lama berjualan - Alasan berualan - Waktu berjualan - Bahan baku jamu

gendong

- Modal usaha

Evaluasi Pascapembelian

Kepuasan

Loyalitas


(43)

METODE PENELITIAN

Disain, Tempat dan Waktu

Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dimana data dikumpulkan hanya pada satu periode waktu saja. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan tempat dan konsumen dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan kemudahan akses lokasi dan informasi serta kemudahan memperoleh responden. Luasnya cakupan lokasi penelitian ini diambil dengan pertimbangan jumlah penjaja jamu gendong yang tersebar dan mempunyai mobilitas yang cukup tinggi. Adapun waktu pelaksanaannya mulai dari bulan Februari sampai dengan Maret 2008.

Teknik Pemilihan Responden

Populasi penelitian ini adalah konsumen dan produsen jamu gendong yang tersebar di Kota Sukabumi. Pengambilan data dilakukan dengan metode snowball sampling, dimana sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian orang-orang yang menjadi sampel ini memilih responden lain untuk dijadikan sampel lain sehingga jumlah sampel menjadi lebih banyak. Adapun jumlah responden yang diambil adalah 100 orang konsumen dan 15 penjaja jamu gendong.

Jenis dan Sumber Data

Data penelitian terbagi atas dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari objek penelitian, yang dikumpulkan menggunakan kuisioner yang diberikan secara langsung kepada responden untuk memperoleh informasi. Sedangkan, data sekunder yaitu data keadaan geografi dan peta Kota Sukabumi, serta data tentang jumlah penjaja jamu pada setiap paguyuban. Sumber data sekunder adalah berasal dari penelusuran pustaka berupa buku penunjang dan searching internet.

Pengumpulan data dikumpulkan dengan metode survey dengan maksud melakukan penjelasan (confirmatory). Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner yang ditanyakan kepada responden melalui wawancara.


(44)

Tabel 1 Variabel, jenis data, dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara pengumpulan

data 1. Karakteristik penjaja jamu gendong

Jenis kelamin, usia, suku bangsa, asal daerah, status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama domisili, alasan domisili, lama berjualan, alasan berjualan,waktu berjualan, bahan baku, dan modal usaha.

Primer Wawancara (kuisioner)

2. Perilaku konsumsi

Jenis jamu, alasan konsumsi, kelompok acuan, frekuensi, waktu konsumsi, dan tingkat pengeluaran/minggu untuk jamu gendong.

Primer Wawancara (kuisioner)

3. Karaktersitik konsumen

Jenis kelamin, usia, suku bangsa, status

pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga/bulan.

Primer Wawancara (kuisioner)

4. Tingkat kepuasan konsumen

(X1) Khasiat jamu gendong; (X2) Warna jamu gendong; (X3) Aroma jamu gendong; (X4) Rasa jamu gendong; (X5) Keragaman/variasi jamu gendong; (X6) Kemudahan memperoleh jamu gendong; (X7) Harga jamu gendong; (X8) Kebersihan gelas; (X9) Kebersihan bakul; (X10) Kebersihan botol; (X11) Kebersihan lap; (X12) Kebersihan air; (X13) Kandungan bahan-bahan alami; (X14) Keterampilan penjaja jamu gendong; (X15) Kecepatan penjaja jamu gendong dalam melayani konsumen; (X16) Kecepatan penjaja jamu gendong dalam menanggapi keluhan konsumen; (X17) Kesesuaian pesanan; (X18) Keramahan dan kesopanan penjaja jamu gendong; (X19) Penampilan penjaja jamu gendong; (X20) Kemampuan berkomunikasi penjaja jamu gendong; (X21) Kebersihan penjaja jamu gendong.

Primer Wawancara (kuisioner)

5. Loyalitas

Switcer buyer, habitual buyer, satisfied buyer, likes the brand, dan commited buyer.

Primer Wawancara (kuisioner)

6. Data wilayah

Data monografi dan peta lokasi Kota Sukabumi. Sekunder

Data monografi dan Buku ”Sukabumi

Dalam Angka Tahun 2007”


(45)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, koding, skoring, entry

data ke komputer, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis dengan metode deskriptif dan metode inferensia. Proses pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS versi 13.0 for windows.

Untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen dan penjaja jamu gendong digunakan analisis deskriptif. Statistik dasar yang digunakan adalah nilai rata-rata, standar deviasi, quartil, maksimum dan minimum yang digunakan untuk semua data kuantitatif sedangkan data kualitatif menggunakan proporsi. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi.

Untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen jamu gendong digunakan teknik traditional approach analysis dimana konsumen diminta memberikan penilaian atas masing-masing atribut jamu gendong dengan menggunakan skala likert. Untuk menganalisis atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen digunakan analisis faktor (Principal Component Analysis). Menurut Simamora 2005, analisis faktor adalah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan antar sejumlah peubah-peubah yang saling independent antara satu dengan yang lainnya sehingga bisa dibuat satu atau lebih kumpulan peubah yang lebih sedikit dari jumlah peubah awal. Analisis faktor juga digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah. Dalam penelitian ini masalah yang ingin diamati adalah kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi jamu gendong.

Model analisis komponen utama menurut Malhotra (2005), diacu dalam Uluum (2007) adalah:

Fi =Wi1 X1 +Wi2 X2+ …+ Wi16 X16

Keterangan:

Fi = Skor faktor ke-i, dengan i= 1,2,…,n

Wi= Bobot atau koefisien skor ke-i (diperoleh dari bagian component score coefficient matrix)

X = Variabel yang telah distandardisasi, meliputi 21 atribut

Langkah-langkah dalam analisis faktor yaitu:

1. Menentukan variabel yang diteliti. Variabel-variabel yang diteliti ditentukan sebanyak 21 variabel. Sampel yang digunakan adalah 100 responden. 2. Data hasil penelitian diuji kelayakannya dengan menggunakan Barlett’s dan


(46)

dilakukan karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel. Oleh karena itu, seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Selanjutnya untuk melihat variabel-variabel yang layak untuk dibuat analisis faktor maka indikatornya adalah besaran MSA variabel. Nilai MSA dapat dilihat pada tabel Anti Image Matrix yaitu angka-angka yang diberi tanda ‘a’ yang membentuk garis diagonal. Satu variabel yang layak dianalisis jika mempunyai nilai MSA ≥ 0.5 dan variabel yang mempunyai nilai MSA ≤ 0.5 akan dikeluarkan. Jika masih ada variabel yang mempunyai nilai MSA ≤ 0.5 maka analisis diulangi lagi. Jika semua vaiabel sudah mempunyai nilai MSA ≥ 0.5 maka prosedur dapat dilanjutkan. Melalui analisis faktor akan diperoleh nilai communalities. Semakin tinggi nilai communalities suatu variabel semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk dan semakin besar pula keragaman variabel tersebut yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.

3. Menetapkan metode analisis faktor. Metode analisis faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komponen utama (principal component analysis). Metode ini mentransformasikan sebuah himpunan variabel ke dalam sebuah himpunan baru yang berisi variabel majemuk

4. Menentukan jumlah faktor dengan ekstraksi. Ekstraksi merupakan metode untuk mereduksi data dari beberapa variabel menjadi beberapa faktor yang lebih sedikit. Penentuan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili kedua puluh satu variabel yang akan dianalisis didasarkan pada besarnya

eiganvalue serta persentase total variannya. Faktor yang memiliki nilai

eiganvalue sama atau lebih dari satu yang dipertahankan.

5. Melakukan factoring rotation terhadap faktor yang telah terbentuk. Hasil dari ekstraksi faktor dari matriks faktor mengidentifikasikan hubungan antar faktor dan variabel individual, namun dalam faktor-faktor tersebut banyak variabel yang berkorelasi sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Untuk mentransformasikan ke dalam matriks yang lebih sederhana sehingga mudah diinterpretasikan maka digunakan rotasi matriks faktor dengan metode Varimax.

6. Menginterpretasikan faktor. Hasil dari proses rotasi ini disajikan pada tabel


(47)

pada tabel tersebut, suatu variabel asal dikelompokkan ke dalam suatu komponen utama. Interpertasi faktor dilakukan dengan mengklasifikasikan variabel yang mempunyai loading terbesar terhadap salah satu faktor.

7. Validasi hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah stabil dan bisa untuk menggeneralisasi populasinya. Sampel awal dibagi menjadi dua sama besar. Apabila sampel ganjil, maka satu sampel dihilangkan atau dimasukkan dalam dua bagian sampel tersebut. Kemudian sampel yang sudah dibagi dua dianalisis satu per satu. Apabila hasilnya tidak banyak perbedaan, faktor yang terbentuk dinyatakan baik.

Untuk mengkaji hubungan antara karakteristik responden dengan tingkat kepuasan digunakan uji Chi square, sedangkan untuk analisis loyalitas digunakan analisis deskriptif dengan menggambarkan kategori persentase dari

switcher buyer, habitual buyer, likes the brand, satisfied buyer, dan committed buyer. Adapun interval rentang skala yang digunakan untuk memetakan nilai rata-rata untuk kelima tingkatan loyalitas adalah:

Rentang skala yang dihasilkan:

1.00-1.80 = Sangat buruk 3.50-4.20 = Baik 1.90-2.60 = Buruk 4.30-5.00 = Sangat baik 2.70-3.40 = Cukup baik

Sedangkan interval skala untuk indeks loyalitas adalah:

Rentang skala yang dihasilkan: 7-11.8 = Sangat tidak loyal 11.9-16.6 = Tidak loyal 16.7-21.4 = Cukup loyal 21.5-26.2 = Loyal 26.3-31 = Sangat loyal


(48)

Definisi Operasional

Jamu adalah minuman yang terbuat dari akar, batang, daun, rimpang tanaman obat yang mempunyai manfaat untuk kesehatan.

Jamu gendong adalah jamu yang dijajakan dengan cara di gendong dan dibuat sendiri oleh penjaja jamu gendong.

Budaya merupakan segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap kepercayaan dan kebiasaan konsumen jamu gendong.

Pembelian adalah suatu keputusan konsumen memilih jamu gendong yang akan dikonsumsinya.

Konsumsi adalah kegiatan memakai atau menggunakan jamu gendong.

Pendapatan adalah imbalan dari pekerjaan yang dilakukan konsumen jamu gendong.

Pendidikan adalah ukuran tinggi rendahnya tingkat pendidikan konsumen jamu gendong yang dinilai melalui lamanya seseorang menempuh pendidikan formal, yang dikelompokkan menjadi SD, SMP, SMA, Akademi, dan Sarjana.

Khasiat adalah manfaat yang didapatkan dari jamu gendong.

Harga adalah biaya yang dikeluarkan konsumen yang membeli jamu gendong.

Keandalan adalah kemampuan penjaja jamu gendong dalam memberikan pelayanan yang memuaskan dan akurat terhadap konsumen.

Ketanggapan adalah daya tanggap penjaja jamu gendong dalam melayani konsumen dengan baik.

Empati adalah kemudahan penjaja jamu gendong dalam membina hubungan dan rasa peduli terhadap konsumen.

Kepuasan adalah penilaian konsumen terhadap apa yang diharapkan dengan membeli dan mengkonsumsi jamu gendong. Skala pengukuran kepuasan yang dilakukan adalah skala likert (diukur dalam 5 point skala sangat tidak puas=1 dan sangat puas=5).

Loyalitas adalah sikap positif dari konsumen jamu yang memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang produk jamu pada saat sekarang atau masa yang akan datang.


(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran umum Kota Sukabumi

Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan Provinsi Jawa Barat pada koordinat 1060 45’ 50” Bujur Timur dan 1060 45’ 10” Bujur Timur, 60 49’ 29” Lintang Selatan dan 60 50’ 44” Lintang Selatan. Terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 54 m di atas permukaan laut, dengan suhu maksimum 290 C yang berjarak 120 km dari Ibukota Negara yaitu Jakarta.

Luas wilayah Kota Sukabumi 4.800,231 ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Cisaat dan Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi

Sebelah Selatan : Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi Sebelah Barat : Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.

Kota Sukabumi terbagi menjadi tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Warudoyong, Kecamatan Cikole, Kecamatan Gunung Puyuh, Kecamatan Baros, Kecamatan Cibeureum, Kecamatan Lembursitu dan Kecamatan Citamiang. Berdasarkan data BPS (2006), Kota Sukabumi memiliki penduduk sebanyak 263.479 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 50 jiwa/km2 yang tersebar. Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 132.665 jiwa sedangkan laki-laki sebanyak 130.814 jiwa. Maka terlihat bahwa perempuan lebih banyak sebesar 1.851 jiwa dibandingkan penduduk berjenis kelamin laki-laki.

Penduduk Kota Sukabumi mempunyai mata pencaharian yang cukup beragam. Berdasarkan mata pencaharian tersebut tercatat bahwa 12.476 jiwa bermata pencaharian petani, 8.841 jiwa pegawai negeri, 13.619 jiwa pegawai swasta, 1.315 jiwa TNI+POLRI, 4.153 jiwa pensiunan, 24.233 jiwa pedagang, 38.486 jiwa buruh, 61.246 jiwa pelajar/mahasiswa, dan 99.110 jiwa lainnya (Tabel 2). Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pedagang merupakan jumlah terbanyak keempat setelah buruh.


(50)

Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Sukabumi tahun 2006

Mata pencaharian Jumlah (jiwa)

Petani 12.476

Pegawai negeri 8.841

Pegawai swasta 13.619

TNI+POLRI 1.315

Pensiunan 4.153

Pedagang 24.233

Buruh 38.486 Pelajar/mahasiswa 61.246

Lainnya 99.110 Total 263.479

Kondisi sosial ekonomi Kota Sukabumi sudah relatif maju terlihat dari berbagai sarana yang tersedia yaitu sarana kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Indeks Kesehatan pada tahun 2006 yaitu 78. Indeks kesehatan ini juga didukung oleh kebiasaan masyarakat Kota Sukabumi yang masih gemar mengkonsumsi jamu. Hal ini terlihat dari jumlah penjaja jamu gendong di Jawa Barat yang berada pada urutan ke-3 terbanyak setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Gambaran umum penjaja jamu gendong di Kota Sukabumi

Profesi penjaja jamu gendong adalah profesi yang termasuk dalam sektor informal dengan skala mikro/kecil. Kegiatan di sektor informal tidak membutuhkan persyaratan yang ketat seperti keahlian, tingkat pendidikan, sejumlah modal tertentu serta segala macam prosedur perizinan formal. Persyaratan yang dibutuhkan yaitu cukup memiliki kemauan, memiliki sedikit pengetahuan, keterampilan praktis dan peralatan yang sederhana serta keuletan dalam berusaha. Hal ini berarti bahwa untuk memasuki sektor informal termasuk pedagang jamu gendong cukup dengan keterampilan praktis, misalnya keterampilan dalam membuat jamu gendong.

Cara penjaja jamu gendong dalam menjual jamu gendong mempunyai ciri khas tersendiri, dimana penjaja jamu menggendong jamu-jamu yang sebelumnya sudah dimasukkan dalam botol-botol kemudian berjalan kaki dari rumah ke rumah untuk menjajakan jamunya. Kebanyakan penjual jamu gendong berjenis kelamin perempuan yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Pada saat berjualan biasanya mereka menggunakan kebaya dan kain samping.


(51)

Pada umumnya penjaja jamu gendong merupakan Suku Jawa, hal ini berkaitan dengan asal jamu itu sendiri yang berasal dari Keraton-keraton Jawa.

Usaha jamu gendong ini merupakan usaha yang relatif mudah dilakukan, karena tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi, dan keterampilan dalam membuat jamu gendong didapat dengan mudah dari keluarga, teman atau lingkungan sekitarnya.

Penjaja jamu gendong berperan sebagai pembuat sekaligus penjual sehingga mempunyai kekuasan yang penuh akan usahanya itu. Pada umumnya penjaja jamu gendong di Kota Sukabumi tidak tercatat dalam data statistik kelurahan, mereka hanya tercatat pada RT tempat mereka tinggal. Dengan skala usaha yang mikro dan mobilitasnya yang cukup tinggi maka tidak diketahui secara pasti berapa jumlah penjaja jamu gendong tersebut.

Berdasarkan data primer, diperoleh pendekatan data mengenai jumlah penjaja jamu gendong berdasarkan paguyuban-paguyuban Masyarakat Jawa di Kota Sukabumi. Anggota di paguyuban tersebut berprofesi sebagai penjaja jamu gendong dan penjual bakso (suami istri). Di Kota Sukabumi, paguyuban Masyarakat Jawa terbagi dalam tiga paguyuban (tidak termasuk paguyuban-paguyuban kecil yang tidak terlacak) yaitu Paguyuban Sinarbaja, Paguyuban Saka, dan Paguyuban Gebyar Rukun Handayani.

Paguyuban Sinarbaja merupakan paguyuban yang mempunyai anggota paling banyak, dimana anggota yang berprofesi sebagai penjaja jamu gendong berjumlah 42 orang. Pada Paguyuban Saka, anggota yang berprofesi sebagai penjaja jamu gendong sebanyak 30 orang, sedangkan pada Paguyuban Gebyar Rukun Handayani sebanyak 38 orang. Jumlah seluruh penjaja jamu gendong yang tercatat sebagai anggota paguyuban di Kota Sukabumi yaitu 110 orang. Sebagian besar penjaja jamu gendong ini berasal dari Kota Sukoharjo dan Solo.

Karakteristik responden

Karakterstik responden ini terdiri dari karakteristik penjaja dan konsumen jamu gendong yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Adapun responden yang diteliti adalah 100 orang konsumen jamu gendong dan 15 penjaja jamu gendong.


(1)

Total Variance Explained

7.061 35.303 35.303 7.061 35.303 35.303 4.746 23.730 23.730

2.150 10.751 46.053 2.150 10.751 46.053 2.230 11.150 34.880

1.714 8.568 54.621 1.714 8.568 54.621 2.177 10.887 45.767

1.362 6.810 61.432 1.362 6.810 61.432 1.883 9.415 55.181

1.121 5.606 67.038 1.121 5.606 67.038 1.755 8.774 63.955

1.045 5.224 72.262 1.045 5.224 72.262 1.661 8.307 72.262

.956 4.779 77.041

.699 3.493 80.534

.637 3.185 83.719

.570 2.850 86.569

.517 2.585 89.155

.436 2.182 91.336

.338 1.690 93.026

.330 1.648 94.675

.242 1.212 95.886

.215 1.077 96.963

.196 .978 97.941

.178 .888 98.829

.148 .741 99.570

.086 .430 100.000

Component 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings


(2)

Component Matrixa

.547 -.132 .400 -.183 .308 .227

.436 .218 -.051 -.505 .013 -.327

.378 .281 .569 -.033 .457 -.132

.487 -.081 .535 -.438 -.075 .047

.485 .210 -.244 .340 .250 -.406

.391 .140 .260 .732 .078 -.035

.787 -.256 -.112 -.086 -.122 -.248

.748 -.043 -.022 .152 -.202 -.154

.791 -.303 .082 .098 -.296 -.027

.786 -.362 -.055 .136 -.207 .045

.789 -.260 -.108 -.008 -.266 -.055

.596 -.349 .389 .137 .221 .094

.465 .569 .152 .181 -.050 .145

.313 .763 -.057 -.100 -.150 -.254

.656 .259 -.334 -.093 .205 .027

.705 .042 -.303 -.286 .234 -.028

.290 -.298 -.588 -.006 .461 .304

.371 .371 .047 -.106 -.318 .475

.438 .503 -.194 .085 -.038 .427

.865 -.055 -.115 .003 .036 .117

X1 X2 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21

1 2 3 4 5 6

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. 6 components extracted.

a.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(3)

Rotated Component Matrixa

.268 .732 .124 .013 .181 -.031

.218 .173 .059 .714 .041 -.096

-.071 .744 .088 .256 -.080 .366

.354 .650 .115 .220 -.207 -.278

.257 -.046 .006 .335 .236 .667

.252 .185 .209 -.270 -.113 .746

.794 .140 -.035 .310 .164 .083

.708 .097 .183 .183 .021 .266

.873 .197 .120 .008 -.001 .077

.863 .145 .105 -.053 .172 .085

.846 .087 .123 .141 .129 .023

.488 .619 -.046 -.184 .119 .181

.105 .193 .637 .172 -.085 .356

-.020 -.079 .493 .645 -.194 .277

.301 .095 .351 .417 .471 .204

.410 .202 .170 .470 .519 .030

.160 -.033 -.028 -.090 .888 -.016

.186 .087 .737 .029 -.043 -.166

.094 .006 .758 .090 .248 .140

.660 .266 .309 .172 .358 .145

X1 X2 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21

1 2 3 4 5 6

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Rotation converged in 10 iterations. a.

Component Transformation Matrix

.758 .359 .324 .281 .247 .227

-.454 -.076 .668 .460 -.184 .312

-.071 .740 -.028 -.185 -.641 .033

.094 -.232 .052 -.576 -.075 .773

-.440 .487 -.271 .066 .620 .327

-.112 .162 .610 -.582 .322 -.382

Component 1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6


(4)

Reliability Statistics

.791 .793 21

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

Item-Total Statistics

75.75 32.934 .341 .783

76.05 30.471 .515 .770

75.55 36.471 -.136 .808

75.65 33.292 .325 .784

75.65 31.924 .539 .772

75.95 35.313 -.016 .809

75.50 35.000 .192 .790

76.05 28.997 .693 .756

75.85 31.924 .458 .776

75.80 32.379 .405 .779

76.10 29.989 .525 .769

76.00 31.474 .359 .783

75.60 31.832 .498 .773

75.60 31.411 .560 .770

75.60 31.937 .418 .778

75.80 35.011 .075 .796

75.55 33.524 .474 .780

75.35 33.397 .390 .781

75.75 33.250 .297 .785

75.30 34.642 .214 .789

75.55 34.682 .217 .789

KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13 KP14 KP15 KP16 KP17 KP18 KP19 KP20 KP21

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item


(5)

(6)

Gambar 5 Penjaja jamu gendong. Gambar 6 Bakul & botol jamu

gendong.

Gambar 7 Penjaja jamu gendong laki-laki Gambar 8 Bakul yang digunakan

yang menggunakan motor.

penjaja jamu gendong