Akurasi Pemberitaan Tabel. 4.1 Obyektivitas Pemberitaan
Perbandingan dengan seluruh sample dari total sample 3 telah menyadari akan nilai kejujuran para jurnalis yang tidak hanya mengejar sebuah judul yang
bombastis agar menarik pembaca. Dengan prinsip kesesuaian antara judul berita dengan isi berita, wartawan Surya dalam menyajikan sebuah berita Konferensi
internasional Lesbian dan Gay , agar pemberitaaannya dapat dinilai berhasil, waratawan menjadi terpacu untuk mencari materi pemberitaan yang bermutu dan
memang memiliki news value. Bukannya melalui jalan pintas yang melanggar sendiri kode etik wartawan.
Kesesuaian judul yang ada pada berita Konferensi internasional Lesbian dan Gay. Telah mengacu pada aspek relevansi, yakni kalimat judul yang ada
merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau pada bagian isi terdapat penjelasan dari judul dengan inti yang sama, sebagai contoh dari judul
Kode berita 1 :
Usir gay-lesbian, massa serbu hotel oval Puluhan massa mengatas namakan Forum Persatuan Umat Islam FPUI
Jatim berbondong-bondong mendatangi Hotel Oval di jalan Diponogoro. Jumat263 Siang mereka mencoba mengusir tamu hotel yang merupakan
peserta kongres Gay dan lesbian.
Kode berita 2 :
Gay-Lesbian Kongres di Surabaya Organisasi Gay dan lesbian se-Asia akan menggelar pertemuan akbar di
Surabaya pada tanggal 26-28 maret mendatang. Kegiatan yang baru pertamakalinya digelar di Indonesia ini bakal di ikuti sedikitnya 200 orang dari
belasan Negara di asia dan didatangi peserta tamu dari benua lain.
Selain itu dalam judul atau isi berita itu, apakah terdapat penggunaan kata atau kalimat denotatif serta penggunaan tanda baca yang mengesankan makna ganda.
Ketepatan mengacu pada judul utama headline, bukan sub judul.
Pada pencantuman waktu terjadinya peristiwa, sebanyak 66,7 telah mengikuti teori obyektivitas dengan mensyaratkan pentingnya adanya pencatatan
waktu kejadian dalam berita Konferensi internasional Lesbian dan Gay yang ada surat kabar Surya. umunya berita seputar Konferensi internasional Lesbian dan
Gay. di Surya menggunakan format penunjuk waktu kejadian dengan angka “2203, 2603”
Masih terdapatnya berita-berita seputar Konferensi internasional Lesbian dan Gay. di surat kaba Surya yang tidak mencantumkan waktu ditemukan penulis
sejumlah 1 item berita dari total sample 3 berita seputar Konferensi internasional Lesbian dan Gay
Tabel 4.2 Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Pencantuman Waktu Terjadinya
Peristiwa
Pencantuman Waktu Terjadinya Peristiwa Jumlah
Akurasi Pemberitaan Dicantumkan Tidak
Dicantumkan F Akurat 2
- 2 66,7
Tidak Akurat -
1 1
33,3 Jumlah
100 Sumber: Data Primer
Pencantuman waktu kejadian adalah konsep untuk melihat akurasi fakta atau opini, yaitu apakah mencantumkan tanggal atau adanya kata-kata yang
menunjukkan waktu terjadinya peristiwa atau wawancara. Seperti pada contoh yang menggunakan Pencantuman waktu kejadian. contoh
Kode berita 2 :
Gay-Lesbian Kongres di Surabaya “ini murni pertemuan ilmiah untuk berbagi pengalaman antar organisasi”
kata Tan kepada Surya, Senin 223. Kode
berita 1 :
Usir gay-lesbian, massa serbu hotel oval “mereka menawar untuk tep tinggal di hotel hingga inggu 283. Kalau
mereka tidak menurut, kami tidak bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu” jelas choirudin. Sekitar pukul 18.30 WIB, aparat polresta Surabaya selatan berhasil
mendamaikan kedua belah pihak dalam perjanjian.
Dicantumkan waktu, yaitu apabila dalam tulisan mencantumkan tanggal, pencantuman kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya, yaitu
mencantumkan tanggal atau dengan kata-kata menunjukkan adanya tanggal kejadian dan peristiwa.
Tabel 4.3 Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Penggunaan Data Pendukung
Berita pembubaran Konferensi internasional Lesbian dan Gay
Data Pendukung Kode
Judul Berita Ada
Tdk ada 1
Gay-Lesbian kongres Di surabaya
- V 2
Usir Gay dan Lesbian Massa serbu hotel Oval
foto - 3
Sempat Kesengsem Pria Saat Gelar Demo
Menolak Konferensi Gay foto -
F 2 1
JML 66,7
33,3 Sumber: Data Primer
Penggunaan data pendukung dalam berita seputar Berita Konferensi internasional Lesbian dan Gay. di Surat Kabar Surya, juga telah menampilkan adanya bentuk
penyajian berita yang obyektif dengan 66,7 berita yang menjadi sample penelitian telah menggunakan foto dan data referensi untuk menjadi sumber
tanbahan dari berita yang disajikan. Sisa 33,3 lainnya belum menggunakan data pendukung dalam menyajikan pemberitaan Berita Konferensi internasional
Lesbian dan Gay. Mayoritas, Surya memilih menggunakan foto-foto dimana banyak terdapat Kejadian Demonstrasi yang berlangsung pada saat Penolakan
dam meminta pembubaran Kongres yang sedang berlangsung seperti pada contoh Berita kode 1
Usir Gay-Lesbian, Massa Serbu Hotel Oval Foto di Surat kabar harian Surya menggambarkan beberapa potongan
dimana potongan Foto pertama menggambarkan peserta di bombing keluar dari pintu hotel, kemudian foto selanjutnya cekcok antara pihak FPUI dengan para
peserta Konferensi
Tabel 4.4 Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Faktualitas Berita
Berita Konferensi internasional Lesbian dan Gay
Pencampuran antara fakta dan opini jurnalis
Kode Judul Berita
Ada kata-kata opinionativ
Tdk ada 1
Gay-Lesbian kongres Di surabaya
V 2
Usir Gay dan Lesbian Massa serbu hotel Oval
V 3
Sempat Kesengsem Pria Saat Gelar Demo Menolak
Konferensi Gay V
F 3
JML 100
Sumber: Data Primer
Dalam dimensi faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan dalam menulis berita seputar
Konferensi internasional Lesbian dan Gay. di Surya, indikatornya pencampuran fakta dan opini, yaitu
apabila dalam artikel berita itu terdapat kata-kata opinionative, seperti: tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya,
diperkirakan, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.
Kalimat-kalimat opinionative yang ditemukan penulis pada sample penelitian berbentuk kata-kata ”bermanuver, agaknya, mengesankan, kontroversi”.
Penggunaan kata opinionative memegang peran yang besar akan keberadaan sebuah berita. Karena syarat berita yang haruslah factual, dimana faktualitas ini
akan otomatis terpatahkan dengan adanya kata-kata opinionative yang menjadikan nilai berita yang dikandung menjadi hilang.
Perlu untuk selalu diingat, yang dapat membedakan antara berita dengan
bukan berita salah satunya adalah pada ada tidaknya opini. Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari suatu fakta sedangkan opini berangkat dari suatu
pemikiran. Berita mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide.