Erotisme Dalam Seksualitas Erotis

2.1.5.1 Erotisme Dalam Seksualitas

Erotisme adalah kemampuan manusia untuk mengalami dan menyadari hasrat dan dorongan seksual, orgasme dan hal-hal lain yang menyenangkan dari seks. Aktivitas seksual, misalnya berhubungan seks, ditujukkan untuk mencari erotisme. Orang menikah, berpacaran, pergi ke pelacuran dan semacamnya, didorong oleh erotisme. Ketika tertarik dengan laki-laki atau dengan perempuan adalah karena adanya erotisme itu. Mereka yang disukai, menimbulkan erotisme itu. Hal senada juga diungkapkan oleh Sunarto dalm buku TV, kekerasan dan perempuan bahwa seksualitas merupakan proses sosial. Seksualitas sexuality, menurut Humm 1995: 262-263, merupakan proses sosial yang menciptakan, mengatur, mengekspresikan dan mengarahkan hasrat. Freud mencirikan seksualitas wanita sebagai secara inheren pasif, masokistis dan narsistis. Pandangan semacam ini sering dikritik kaum feminis, misalnya Anne Koedt yang menyatakan, bahwa seksualitas wanita tidak tergantung penetrasi vaginal tetapi beragam dan menyebar. Dalam pandangan feminis tertentu radikal, kontrol pria atas seksualitas dan fertilitas wanita merupkan salah satu bentuk penindasan terhadap wanita. Sedangkan obyektifikasi seksual Seksual Objectification merupakan pemujaan fetishisation terhadap seksualitas wanita. Gerakan wanita dalam kampanye melawan kontes kecantikan dan pornografi membuat kritik feminis kontemporer pada obyektifitasi seksual muncul ke permukaan. Dalam teori film, Laura Mulvey menyatakan, keseluruhan aparatus sinematika tergantung pada konsep tatapan pria atau obyektifikasi wanita. Selain itu erotisme dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain : 1. Oto-erotisme adalah keterbangkitan erotik yang dialami seorang tanpa adanya stimulus erotik dari luar diri seseorang yang hadir secara fisik. Jadi, tanpa ada kehadiran orang lain, tetap mampu mersakan erotisme. Istilah lainnya adalah autoerastia, authophilia, monoseksual, idiosyncrasy dan onanisme. 2. Oto-Erotik yang lain adalah lamunan erotik, yakni pikiran dan fantasi erotis selama tersadar. Boleh jadi melamunkan keindahan tubuh seseorang melamunkan ciuman dengan seseorang atau yang lain. Bahkan, bisa saja erotisme itu muncul dalam situasi romantis, musik yang mengalun merdu, cahaya yang temaram, menikmati seni dan lainnya. Lamunan erotik biasanya tidak menimbulkan orgasme. Oleh karenanya, tidak heran bila pada kenyataanya praktek seksual mencakup banyak hal. Termasuk didalamnya adalah perilaku mencari erotisme saat berdua dengan pasangan pegangan tangan, saling meraba daerah sensitif, menggesekkan alat kelamin, sampai melakukan hubungan seksual, mencari erotisme dengan mendatangi pelacur tentu saja lewat hubungan seksual, mencari erotisme dengan melihat gadis-gadis seksi atau laki-laki seksi, mencari erotisme dengan masturbasi sampai mencari erotisme dengan melihat gambar atau video porno. Pornografi adalah mengungkapkan seksualitas yang bersifat pribadi ke ruang publik, misalnya membuat gambar telanjang atau seronok dan film seks ketelanjangan dan hubun seksual dianggap bersifat pribadi dan maka ketika diungkapkan ke publik menjelma menjadi pornografi. Pornogarfi sebenarnya bersifat kenyal alias sulit didefinisikan secara tegas, sebab sesuatu bersifat porno bagi satu orang mungkin bukan hal porno bagi orang lain. Goyang ngebor Inul Daratista mngkin porno bagi Rhoma Irama sehingga Inu dicekal. Namun bagi yang lain, goyang tersebut tidaklah porno. Karena kekenyalannya inilah, selalu menimbulkan perdebatan hangat Burhanbungin,2003 : hal Porno aksi gerak, porno kata dan lain-lain porno aksi adalah sebuah gerakan atau akting baik disengaja maupun tidak disengaja maupun tidak yang dilakuakan para artis atau aktor dalam tayangan acara tv. Akibatanya muncul gerakan dalam erotisme www.lib.atmajaya.ac.id.

2.1.5 Gerakan Erotis