Erotisme dalam Karya Visual

1. Secara Umum : gerak merupakan suatu perubahan dalam arti klasik, gerak kinesis , mencakup semua bentuk perubahan seperti perubahan dalam kualitas, kuantitas, posisi, bentuk dan potensi. 2. Secara Khusus : perubahan lokasi spasial dari benda-benda yang berhubungan dengan satu sama lain, proses tindakan atau keadaan perubahan tempat posisi . Seks bagian dari hidup manusia. Ia tidak dapat ditekan. Apabila revolusi seks sudah meletus, maka erotisme dapat pula. Disatu pihak seks harus ditutupi, di lain pihak seks pun mulai dibuka secara terang-terangan. Semua tahu hal itu, menurut normay yang berlaku, erotisme dikutuk. Namun diam-diam erotisme dijadiakan lamba kebebasan. Inilah pemujaan terhadap kenikmatan. Masyarakat diminta untuk memaklumi, bahwa pengertian transparan sudah memasuki ranah yag dianggap sau, tabu, tidak senonoh. Gejala apakah ini ? mungkin masyarakat telah menjadi bisionistik. Suka pamer, pamer pusar, paha dada, atas dan sebagainya. Keindahan adalah sesuatu yang dapat dinikmati secara lebih terbuka dan enak ditonton. Subroto,2005; 17

2.1.6 Erotisme dalam Karya Visual

Erotika adalah gairah seksual yang dibangkitkan dengan stimulus internal dan eksternal. Sedangkan erotika melalui media massa adalah stimulus eksternal. Menurut Griffit, pengaruh stimulus eksternal melalui erotika bersifat subjektif dan relatif, yang tergantung kepada pengalaman masing-masing individu. Walaupun demikian menurut Baron dan Byrne, tetap ada yang bersifat universal, yaitu stimulus eksternal yang dapat membangkitkan fantasi erotika dalam diri setiap orang. Dalam hal ini media elektronika seperti sinema, TV, video, dan disk bukanlah stimulus netral, karena dapat membangkitkan gairah dan fantasi seksual pemirsanya. Dalam karya-karya seni dan hiburan, karya-karya seks visual melalui film atau fotografi paling banyak mendapatkan kritik. Hal ini dikarenakan semakin dekatnya karya tersebut dengan makna seks yang sebenarnya. Karya-karya visual selalu menghadirkan objek seks dalam bentuk-bentuk yang sebenarnya. Dan juga sifat visual yang lebih “berkesan” dari verbal, maka visualitas seksual ini lebih banyak diperdebatkan. Film dan fotografi, umpamanya selalu menyuguhkan objek-objek manusia sebagai sasaran langsung dalam karya-karya seni yang berhubungan dengan seks Bungin, Burhan, 2003 : 66 . Lebih khusus lagi, permasalahan seksual dalam video klip sebenarnya telah diatur oleh KPI dalm Pasal 44, diantaranya bahwa 1 lembaga penyiaran dilarang menyiarkan lagu dan video klip berisikan lirik bermuatan seks, baik secara eksplisit maupun implisit 2 lembaga penyiaran dilarang menyiarkan adegan tarian dan atau lirik lagu yang dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks, membangkitakan hasrat seksual, atau memberi kesan hubungan seks 3 lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program, adegan dan atau lirik yang dapat dipandang merendahkan perempuan menjadi sekedar objek seks 4 lembaga penyiaran dilarang menampilkan tayangan yang menjadi anak-anak dan remaja sebagai objek seks, termasuk didalamnya adalah adegan yang menampilkan anak-anak dan remaja berpakaian minim, bergaya dengan menonjolkan bagian tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan dengan daya tarik seksual Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia .

2.1.7 Teori S-O-R