B u k u S i s w a Ke l a s X M A
6 dengan Dzat dan Sifat Allah Swt. yang harus iman kepada-Nya, iman kepada
Rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan dan siksa, serta iman kepada qadar baik
dan buruk. Ilmu tauhid ini dinamakan juga Ilmu Akidah atau Ilmu Kalam.
Kedua, Ilmu Akhlak yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang menga-
rah pada perlindungan keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang berdusta
dan berkhianat. Contoh jual beli, pernikahan, peradilan, dan lain-lain.
Ketiga, Ilmu Fikih yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan ma-
nusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh
mengandung dua bagian: pertama, ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang hu-
kum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya. Contoh ibadah adalah shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, muamalah, yaitu bagian yang menjelaskan tentang
hukum-hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya.
A. Konsep Fikih dalam Islam
Kata ¿kih adalah bentukan dari kata ¿qhun yang secara bahasa berarti
pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengerahan potensi akal. Ilmu
¿kih merupakan salah satu bidang keilmuan dalam syariah Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum atau aturan yang terkait dengan berb-
agai aspek kehidupan manusia, baik menyangkut individu, masyarakat, maupun hubungan manusia dengan Penciptanya.
De ¿nisi ¿kih secara istilah mengalami perkembangan dari masa ke masa, se-
hingga tidak pernah bisa kita temukan satu de ¿nisi yang tunggal. Pada setiap
masa itu para ahli merumuskan pengertiannya sendiri. Sebagai misal, Abu Hani- fah mengemukakan bahwa
¿kih adalah pengetahuan manusia tentang hak dan kewajibannya. Dengan demikian,
¿kih bisa dikatakan meliputi seluruh aspek ke- hidupan manusia dalam berislam, yang bisa masuk pada wilayah akidah, syariah,
ibadah dan akhlak. Pada perkembangan selanjutnya, kita jumpai de ¿nisi yang
paling populer, yakni de ¿nisi yang dikemukakan oleh al-Amidi yang mengatakan
bahwa ¿kih sebagai ilmu tetang hukum syara’ yang bersifat praktis yang diper-
oleh melalui dalil yang terperinci. Sekarang mari kita lihat beberapa de
¿nisi ¿kih yang dikemukakan oleh ulama ushul
¿kih berikut: 1. Ilmu yang mempunyai tema pokok dengan kaidah dan prinsip tertentu. De
¿nisi ini muncul dikarenakan kajian
¿kih yang dilakukan oleh fuqaha’ menggunakan
Buku Fikih Kurikulum 2013
7 metode-metode tertentu, seperti qiyas, istihsan, istish
ʑâb, istislâhʑ dan sadduz zari’ah.
2. Ilmu tentang hukum syar’iyyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia, baik dalam bentuk perintah wajib, larangan haram, pilihan mubah,
anjuran untuk melakukan sunnah, maupun anjuran agar menghindarinya makruh yang didasarkan pada sumber-sumber syari’ah, bukan akal atau
perasaan. 3. Ilmu tentang hukum syar’iyyah yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah.
Dari sini bisa dimengerti kalau ¿kih merupakan hukun syariah yang lebih
bersifat praktis yang diperoleh dari istid ʑlâl atau istinbâtʑ penyimpulan dari
sumber-sumber syariah Al-Qur’an dan Hadis. 4. Fikih diperoleh melalui dalil yang terperinci tafs
ʑîlî, yakni Al-Qur’an dan al- Sunnah, Qiyas dan Ijma’ melalui proses Istidlal, istinbât
ʑ atau nazʑar analisis. Oleh karena itu tidak disebut
¿kih manakala proses analisis untuk menentukan suatu hukum tidak melalui istidlal atau istinbath terhadap salah satu sumber
hukum tersebut. Ulama
¿kih sendiri mende¿nisikan ¿kih sebagai sekumpulan hukum amaliyah yang akan dikerjakan yang disyariatkan dalam Islam. Dalam hal ini
kalangan fuqaha membaginya menjadi dua pengertian, yakni: pertama, memeli- hara hukum furu’ hukum keagamaan yang tidak pokok secara mutlak seluruh-
nya atau sebagiannya. Kedua, materi hukum itu sendiri, baik yang bersifat qat ʑ’î
maupun yang bersifat z ʑannî.
B. Ruang Lingkup Fikih