meningkat akan meningkatkan penggunaan glukosa, sehingga secara tidak langsung akan menurunkan pelepasan glukosa ke plasma darah. Insulin akan
menurunkan aktivitas enzim glukosa-6-fosfatase yang ditemukan di hati dan berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat. Apabila terjadi
penumpukan glukosa-6-fosfat pada sel, maka akan menmicu DM King, 2007. Insulin akan merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan dan
memecahnya menjadi energi, menyimpan dalam bentuk glikogen, dan mengubah menjadi lemak. Dengan proses tersebut, kadar gula darah akan menurun dan
kembali normal selama 2 – 2,5 jam setelah makan Hutagalung, 2004.
C. Glibenklamida
Gambar 2. Struktur Kimia Glibenklamida ChemNet, 2015
Glibenklamida Gambar 2 merupakan obat golongan Obat Hipoglikemik Oral OHO dan digunakan di dalam pengobatan DM. Glibenklamida sendiri
merupakan sulfonilurea generasi kedua yang paling poten. Efek glibenklamida akan menstimulasi pelepasan insulin dengan cara meningkatkan fungsi sel islet
pada beta pankreas, dan menyebabkan degranulasi sel beta pada pankreas Dollery, 1999. Glibenklamida larut sebagian di dalam metilen klorida, eter, dan
diklorometan, serta akan larut secara perlahan di dalam alkohol dan metanol USP, 2012.
Glibenklamida umumnya diberikan 1 kaplet sehari setelah makan pagi selama tujuh hari, dan kemudian ditingkatkan hingga menjadi 0,5 - 1 kaplet sehari
sampai mencapai kontrol metabolit yang optimal. Dosis awal yang diberikan untuk orang tua adalah 2,5 mghari, sedangkan dosis tertinggi adalah 15 mg per
hari dalam dosis yang terbagi Dechacare, 2016. Mekanisme kerja glibenklamida dengan merangsang sekresi insulin yang
terjadi pada sel beta pankreas. Kemudian akan dimetabolisme di dalam hati menjadi produk dengan aktivitas yang rendah, dimana 25 metabolitnya akan
diekskresi melalui urin dan sisanya akan diekskresi melalui empedu dan tinja Handoko dan Suharto, 1995.
D. Metode Uji Efek Antidiabetes
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji efek antidiabetes, yakni metode uji toleransi glukosa oral dan metode uji diabetes aloksan.
1. Metode Uji Toleransi Glukosa Oral
Metode ini dilakukan dengan hewan uji yang telah dipuasakan sebelumnya selama 20
– 24 jam, kemudian diberikan larutan glukosa per oral 30 menit setelah pemberian sediaan obat yang akan diuji. Cuplikan darah vena dari
setiap hewan uji diambil dan digunakan sebagai kadar glukosa darah awal sebelum dilakukan pemberian obat. Pengambilan cuplikan darah diulangi setelah
perlakuan di menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, dan 240 Etuk, 2010. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Metode Uji Diabetes Aloksan
Metode ini dilakukan dengan memberikan aloksan secara parenteral. Dengan dosis yang digunakan merupakan dosis tunggal, yakni 140
– 180 mgkg, dan dapat digunakan untuk semua hewan uji. Aloksan diberikan di dalam larutan
dengan konsentrasi 5 bv dan diinjeksikan secara intravena untuk kelinci, atau secara intraperitonial untuk tikus dan mencit. Perkembangan hiperglikemia
diperiksa setiap hari. Tanaman obat yang akan diuji diberikan pada hari ke- delapan setelah pemberian aloksan. Pemberian obat antidiabetik oral akan
menurunkan kadar glukosa darah, apabila dibandingkan terhadap hewan uji normal Etuk, 2010.
E. Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat ditentukan dengan tiga macam metode, yakni metode oksidasi reduksi, metode enzimatik, dan metode
kondensasi.
1. Metode Oksidasi Reduksi
Metode oksidasi reduksi mrupakan metode pengukuran glukosa berdasarkan pada sifat glukosa, yakni sebagai zat pereduksi dalam larutan alkali
panas. Namun metode ini kurang spesifik, karena terdapat zat non glukosa lainnya yang juga bersifat mereduksi Widijanti, 2009.
2. Metode Enzimatik GOD
– PAP
Kadar gula darah dapat diukur menggunakan metode GOD – PAP.
Prinsip dari metode ini adalah terjadinya oksidasi glukosa yang dilakukan oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
glukooksidase GOD menjadi asam glukonat dan H
2
O
2
. H
2
O
2
sendiri kemudian akan direaksikan dengan 4-aminoantipirin dan fenol sehingga menghasilkan
quinonimine yang memiliki warna kemerahan dan H
2
O. Reaksi ini kemudian akan dikatalisis oleh enzim peroksidase POD. Quinonimine yang terbentuk memiliki
sifat ekuivalen dengan glukosa dan membuat warnanya sebanding dengan kadar glukosa Hendayana, 1994.
3. Metode Kondensasi
Prinsip dari metode kondensasi ini adalah aldosa dikondensasikan dengan orto toluidin dalam suasana asam dan akan menghasilkan larutan
berwarna hijau setelah dipanaskan. Kadar glukosa darah ditentukan sesuai dengan intensitas warna yang terjadi, diukur secara spektrofotometri Widowati,
Dzulkarnain, dan Sa’roni, 1997. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Daun Pandan Wangi Pandanus amaryllifoliusRoxb.
Gambar 3. Tanaman Daun Pandan Wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. Bibitbunga, 2015
1. Uraian Tanaman
Tanaman pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. Gambar 3 memiliki tinggi 1
–2 meter, batang yang bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunggang keluar di sekitar pangkal batang dan cabang.
Berdaun tunggal, duduk dengan pangkal yang memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral,berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata,
bertulang sejajar, panjang 40 –80 cm, lebar 3–5 cm, berduri tempel pada ibu tulang
daun permukaan bawah bagian ujungnya, dan berwarna hijau. Memiliki bunga majemuk, berbentuk bongkol, dan berwarna putih. Daun pandan wangi Pandanus
amaryllifolius Roxb. memiliki berbagai macam kandungan kimia, seperti
alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, polifenol, dan zat warna. Terdapat pula beberapa senyawa
– senyawa aktif di dalam daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius
Roxb., yaitu 3-heksanol, 4-metilpentanol, 3-heksanon, 2-heksanon, pandamarin, pandamarilakton, pirolidin 1 dan 2, dan lain-lain Agromedia, 2008.
Tanaman pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. memiliki berbagai manfaat yang dapat digunakan sebagai bahan aroma, pewarna makanan, kosmetik,
tanaman hias, bahan kerajinan tangan, bahkan obat. Dalam pengobatan tradisional, umumnya tanaman pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb.
digunakan untuk
mengobati rambut
rontok, menghitamkan
rambut, menghilangkan ketombe, lemah saraf atau nerastenis, menambah nafsu makan,
rematik, pegal linu, sakit yang disertai gelisah, sebagai sedatif atau penenang, dan
bahkan dapat digunakan untuk penyakit DM Hidayat, Sri, dan Sofia, 2008. 2.
Taksonomi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Species : Pandanus amaryllifolius Roxb.
Van Steenis, 2008.
3. Kandungan Daun Pandan WangiPandanus amaryllifolius Roxb.
Daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. memiliki kandungan alkaloid, saponin, dan flavonoid Dalimartha, 2009. Tanin memacu
metabolisme glukosa dan lemak, digunakan mencegah timbunan glukosa dan lemak di darah Dalimartha, 2005. Alkaloid meningkatkan sekresi hormon
pertumbuhan, menurunkan glukoneogenesis, mengakibatkan kebutuhan insulin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan kadar glukosa darah turun Bunting dkk., 2006. Flavonoid akan menghambat GLUT 2 mukosa usus yang menyebabkan kadar glukosa darah akan turun Song
et al ., 2002.
G. Landasan Teori
Menurut WHO 2016, DM merupakan penyakit yang disebabkan oleh genetik danatau adanya defisiensi dalam produksi insulin yang dilakukan oleh
pankreas, atau ketidakaktifan insulin yang diproduksi. Penurunan kadar gula darah dapat menggunakan tablet dan suntik insulin. Obat modern ini harus
dikenali oleh setiap pasien, baik dosis, aturan minum, efek samping, serta terjangkau tidaknya harga obat tersebut. Obat tradisional dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif metode pengobatan selain obat modern. Salah satu tanaman yang umumnya digunakan untuk pengobatan penyakit DM adalah tanaman
pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb.. Menurut Bunting dkk. 2006, daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. memiliki kandungan
alkaloid dan flavonoid, dimana alkaloid meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan, menurunkan glukoneogenesis, mengakibatkan kebutuhan insulin
dan kadar glukosa darah turun; dan flavonoid akan menghambat GLUT 2 mukosa usus yang menyebabkan kadar glukosa darah akan turun.
Penelitian yang dilakukan oleh Prameswari dan Widjanarko 2014, menunjukkan ekstrak air daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb.
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki kerusakan jaringan pankreas. Dalam penelitian ini digunakan bentuk air rebusan daun pandan wangi
Pandanus amaryllifolius Roxb. karena daun pandan wangi Pandanus amaryllifolius
Roxb. pada masyarakat digunakan dengan cara direbus dan belum ditemukan adanya penelitian yang menggunakan air rebusan daun pandan wangi
Pandanus amaryllifolius Roxb..
H. Hipotesis