sekret, pH lebih rendah dari sekret vagina ditemukan pada kasus KVVR. Proteinase asam yang disekresikan akan inaktif
pada pH netral. Pada pH 7,5 terjadi denaturasi enzim ireversibel. Efek patogenik dari proteinase ini terbatas pada
kasus untuk inflamasi akut pada vagina, pada pasien dengan pH vagina yang meningkat dan pada glikolisis neutrofil.
Sekresi proteinase in vitro adalah bahan yang ditemukan pada C.albicans, C.tropicalis, sedangkan hanya beberapa ditemukan
pada C.parapsilosis. Untuk spesies Candida lainnya proteinase jarang atau absen. Ini dapat menjelaskan mengapa hanya tiga
spesies Candida saja yang menjadi patogen umum pada manusia. Walaupun C.albicans diisolasi dari kasus KVV
mempunyai aktivitas proteolisis yang meningkat invitro, peranan enzim ini pada KVVR masih belum jelas. Proteinase
mungkin meningkatkan kapasitas GTF pada C.albicans dan karenanya meningkatkan penetrasi pada garis mukosa.
2.1.6. Gambaran Klinis
1
Gejala yang berhubungan dengan infeksi genital Candida dapat berbeda dari kasus ke kasus. Gejala tidak nyaman pada vagina berupa
pruritus akut dan sekret vagina merupakan gambaran yang biasa ditemukan. Sekret digambarkan seperti susu, dapat bervariasi dari basah
sampai sekret tebal yang homogen. Nyeri pada vagina, iritasi, perasaan tebakar pada vulva, dispareuni, dan disuria eksternal biasanya ditemukan.
Odor jika ditemukan biasanya minimal dan tidak ofensif. Dari
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan akan ditemukan vulva dan labia mayora yang bengkak dan eritem, seringnya dengan lesi diskret pustulopapular perifer. Yang khas,
gejala biasanya timbul seminggu setelah masa haid.
1,16,21,22
Rasa frustasi pada wanita karena seringnya gejala berulang karena anggapan pengobatan
yang tidak efektif juga merupakan gejala yang khas.
22
Gejala tidak selalu berhubungan dengan kultur Candida yang positif pada KVV maupun
KVVR.
2.1.7. Gambaran Imunologis
1
Data yang tersedia mengenai imunopatologi dari KVVR adalah sangat kompleks. Adanya tipe strain C.albicans yang sama dan waktu
rekurensi yang berturut-turut menyatakan bahwa KVVR adalah suatu kejadian relaps dibandingkan reinfeksi. Wanita dengan KVVR akan
mengalami relaps vaginitis akibat perubahan mekanisme pertahanan tuan rumah pada mukosa vagina. Disfungsi lokal ini berhubungan dengan
imunitas yang diperantarai sel CMI spesifik Candida dibandingkan imunitas humoral ataupun bawaan. Data yang ada menunjukkan bahwa
terganggunya CMI lokal danatau hipersensitivitas langsung menjadi predisposisi untuk gejala alergi mungkin juga sebagai kombinasi dengan
hormon reproduksi yang meningkatkan kemungkinan untuk episode rekurensi.
Pada KVVR secara in vitro terdapat gangguan proliferasi limfosit sebagai respon terhadap Candida. Ini menyatakan bahwa pada KVVR
terjadi defek pada sistem imunitas selular yang spesifik Candida. Ketika Candida masuk ke dalam tubuh, makrofag akan bekerja untuk
23
Universitas Sumatera Utara
memfagositosis dan mempresentasikan Ag Candida pada permukaan selnya dengan MHC kelas 2. Kemudian sel limfosit T akan mengenali Ag
Candida. Kompleks MHC kelas 2 dan Ag Candida akan mengaktifkan produksi IFN
ᶌ. IFNᶌ kemudian akan merangsang makrofag untuk semakin memfagositosis Candida secara efisien dan melepaskan IL1. IL 1 ini akan
merangsang sel T helper untuk melepaskan IL 2, suatu stimulus utama untuk proliferasi sel T.
7
Kejadian ini akan berulang-ulang sehingga kadar sel T semakin meningkat dan kerja makrofag semakin meningkat. Pada
kasus KVVR IFN ᶌ akan menurun akibat kurangnya stimulus sel T akan
mempengaruhi fagositosis Candida oleh makrofag. Sehingga populasi Candida akan semakin meningkat dan kemudian Candida akan
menginvasi mukosa dengan meningkatkan GTF. GTF merupakan salah satu faktor virulensi dari masuknya Candida ke tubuh.
2.1.8. Diagnosis