3. Obesitas, asupan karbohidrat Kontrol glikemik yang buruk pada pasien diabetes merangsang
kejadian KVVR. Korelasi antara tingginya IMB indeks massa tubuh dan infeksi Candida genital telah dihubungkan dengan
peningkatan toleransi glukosa, sedangkan penelitian lain tidak menemukan adanya korelasi antara IMB dan KVVR. Namun
pengaruh obesitas pada KVVKVVR tidak dapat dieksklusikan.
2.1.4. Epidemiologi
1
Data yang dikeluarkan oleh Syarifuddin dkk 1995 menyatakan tingginya frekuensi kejadian KVV seiring meningkatnya tahun, pada tahun
1987 KVV ditemukan sebanyak 40 dari seluruh infeksi saluran kemih, meningkat menjadi 60 pada tahun 1991 dan 65 pada tahun 1995.
17
Pada tahun 1997 penelitian yang dilakukan Depkes melaporkan angka prevalensi KVV di Jakarta Utara adalah sekitar 22 di antara wanita
pengunjung klinik KB.
18
Di RSUP Haji Adam Malik data tahun 2004 sampai dengan 2008 KVV menempati urutan kedua terbanyak dari seluruh
kunjungan pasien ke poliklinik Infeksi Menular Seksual yaitu sebanyak 19,47.
19
KVVR untuk alasan yang tidak jelas telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Kontras dengan episode tunggal, KVVR sering
menimbulkan problem pada penatalaksanaannya.
1
KVV akan menginfeksi rerata 70 sampai dengan 75 wanita satu kali selama hidupnya, paling
sering pada usia reproduktif, dimana 40 sampai dengan 50 akan
Universitas Sumatera Utara
mengalami rekurensi dalam beberapa hari sampai tiga bulan kemudian.
3,6,20
Sebanyak 5 dari wanita normal akan mengalami KVVR dan seringnya tanpa faktor penyebab yang jelas.
2.1.5. Patogenesis
20
Candida adalah patogen oportunistik yang dapat menyebabkan infeksi diseminata pada tuan rumah dengan pertahanan imunitas yang
lemah. Tidak ada faktor patogenik pasti untuk Candida, namun terdapat beberapa faktor virulensi yang mempengaruhi kemampuannya dalam
menginfeksi. Kombinasi dari faktor ini akan mempengaruhi sistem pertahanan tuan rumah.
1
Dipostulasikan bahwa patogenesis dari KVVR adalah interaksi kompleks antara virulensi Candida dan faktor
imunologi.
20
1. Germ tube formation sebagai faktor virulensi Beberapa faktor virulensi untuk KVVR antara lain :
Germ tube formation GTF dianggap sebagai faktor patogenik utama dari KVVKVVR, merupakan hal yang penting dalam
perlekatan Candida ke permukaan mukosa dan kemampuannya dalam menginvasi. C.albicans mempunyai kemampuan lebih
hebat dalam berlekat dengan sel epitel dibandingkan strain non-albicans seperti C.tropicalis, C.krusei dan C.parapsilosis.
Ini dapat menjelaskan mengapa strain non-albicans jarang menyebabkan KVVR. Pada pemeriksaan mikroskop elektron
secara in vivo dan in vitro terlihat bahwa C.albicans setelah pembentukan hifa dan GTF akan berpenetrasi ke dalam lapisan
yang dalam dari stratum dan stroma sel epitel. Setelah
Universitas Sumatera Utara
organisme menginvasi mukosa, ia akan dilindungi dari terjadinya fagositosis dan dari mekanisme pertahanan imunitas
serta aktivitas agen antijamur. Pada beberapa lokasi, yeast akan membentuk tempat untuk terjadinya rekurensi.
1
Fagositosis dianggap sebagai faktor pertahanan penting dalam infeksi Candida. Uji in vitro menyatakan bahwa GTF
dapat mengubah hidrofobisitas dari sel yeast dan karenanya menurunkan atau menghambat fagositosis. Ini juga yang
menyebabkan persistensi organisme pada ekosistem genital. 2. Perlekatan pada garis mukosa
1
Permukaan blastokonidia mannoprotein mungkin
memperantarai perlekatan Candida ke sel epitel. Reseptor sitosol untuk estrogen juga terdapat pada C.albicans. Ekspresi
sel reseptor dan antigen permukaan dengan membentuk filamen dari sel Candida berkontribusi sebagai faktor virulensi.
Fibrin dapat bekerja sebagai reseptor C.albicans. Namun tidak jelas reseptor mana yang berperan untuk perlekatan Candida
dengan garis mukosa. Tidak terdapat hubungan antara ekspresi reseptor danatau aktivasinya dan manifestasi klinis pada kasus
KVVR. 3. Enzim sebagai faktor virulensi
1
Sedikitnya terdapat tiga proteinase yang berhubungan dengan kompartemen intraseluler C.albicans. pH yang optimal adalah
5 untuk intraselular dan 2.2 sampai dengan 4.5 dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
sekret, pH lebih rendah dari sekret vagina ditemukan pada kasus KVVR. Proteinase asam yang disekresikan akan inaktif
pada pH netral. Pada pH 7,5 terjadi denaturasi enzim ireversibel. Efek patogenik dari proteinase ini terbatas pada
kasus untuk inflamasi akut pada vagina, pada pasien dengan pH vagina yang meningkat dan pada glikolisis neutrofil.
Sekresi proteinase in vitro adalah bahan yang ditemukan pada C.albicans, C.tropicalis, sedangkan hanya beberapa ditemukan
pada C.parapsilosis. Untuk spesies Candida lainnya proteinase jarang atau absen. Ini dapat menjelaskan mengapa hanya tiga
spesies Candida saja yang menjadi patogen umum pada manusia. Walaupun C.albicans diisolasi dari kasus KVV
mempunyai aktivitas proteolisis yang meningkat invitro, peranan enzim ini pada KVVR masih belum jelas. Proteinase
mungkin meningkatkan kapasitas GTF pada C.albicans dan karenanya meningkatkan penetrasi pada garis mukosa.
2.1.6. Gambaran Klinis