Surfaktan Alkanolamida dan N,N di-2- mono etil maleat palmitamida

+ O O C C O O R 1 R 2 O C O R 3 HN CH 2 CH 2 CH 2 CH 2 OH OH 3 3HC CH 2 3 CH 2 CH CH CH 2 CH CH CH 2 4 CH 2 CH 2 CH 2 C O N CH 2 CH 2 CH 2 CH 2 OH OH + O O O 3HC CH 2 3 CH 2 CH CH CH 2 CH CH CH 2 4 CH 2 CH 2 CH 2 C O N CH 2 CH 2 CH 2 CH 2 O OH C COOH O Albizia Benth Oil dietanolamina Hidroksietil Albizia Benth Oil Amida HEABOA anhidrida maleat HCl Maleanised HEABOA Akintayo et al,2012

2.7. Surfaktan

Surfaktan atau surface active agent merupakan senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik satu rantai hidrokarbon atau lebih dan suatu ujung hidrofilik biasanya, namun tidak harus, ionik. Jumlah hidrokarbon dari suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atau lebih atom karbon agar efektif. Universitas Sumatera Utara O Ekor hidrofobik Ekor hidrofilik Gambar 2.9. Lambang Umum Surfaktan Surfaktan dapat dikelompokkan sebagai surfaktan anionik, kationik, atau netral, bergantung pada sifat dasar gugus hidrofiliknya. Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan cara mematahkan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Mereka melakukan ini dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air Fessenden dan Fessenden, 1992. Senyawa yang mengandung bagian hidrofilik dan hidrofobik, umumnya disebut sebagai zat amphiphilic. Keseimbangan hidrofilik-lipofilik HLB = hidrophilic-lipophilic balance dari suatu zat amphiphilic cukup penting dalam fenomena kelarutan dan emulsifikasi Winsor, 1956. Nilai HLB dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : HLB = 20 1 S A Dimana S adalah bilangan penyabunan dan A adalah bilangan asam Martin, 1960. Suatu skala sembarang nilai sebagai ukuran keseimbangan hidrofilik- lipofilik dari zat aktif pemukaan telah dirancang. Dengan sistem nomor ini, kemungkinan untuk membuat berbagai rentang HLB yang optimal untuk setiap kelas surfaktan dapat dilihat pada gambar berikut: Universitas Sumatera Utara 3 6 15 18 12 9 H id ro fi li k L ipof il ik Zat pelarut Detergen Zat pengemulsi ow Zat penyebar dan pembasah Zat pengemulsi wo Kebanyakan zat antibusa Skala HLB Gambar 2.10. Skala Rentang Nilai HLB untuk Beberapa Zat Aktif Permukaan Griffin, 1949 Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat

1. Neraca analitis Mettler PM 480 2. Spatula - 3. Labu leher dua 500 ml Pyrex 4. Labu leher tiga 500 ml Pyrex 5. Stopper - 6. Pipet tetes - 7. Gelas ukur 100 ml Pyrex 8. Gelas ukur 10 ml Pyrex 9. Hotplate stirrer Thermolyne 10. Kondensor bola Pyrex 11. Tabung CaCl 2 Pyrex 12. Corong penetes 50 ml Pyrex 13. Termometer 300 o C Pyrex 14. Pengaduk magnetik - 15. Gelas Beaker 250 ml Pyrex 16. Corong pisah 500 ml Pyrex 17. Statif dan klem - 18. Kertas saring biasa - 19. Corong Pyrex 20. Kaca arloji Pyrex 21. Rotarievaporator Heidolph 22. Melting point apparatus Gallenkamp Universitas Sumatera Utara 23. Alat vakum Fisons 24. Tabung gas nitrogen - 25. Gelas Erlenmeyer Pyrex 26. Buret Pyrex 27. Botol vial - 28. Teflon Onda 29. Pipa kapiler Blaubrand 30. Spektrofotometer FT-IR Shimadzu 31. Spektrofotometer 1 H-NMR Delta2-NMR500MHz

3.1.2. Bahan-bahan

1. Asam palmitat p.a E’merck 2. Metanol p.a E’merck 3. Benzena p.a E’merck 4. CaCl 2 anhidrous p.a E’merck 5. Asam sulfat p.a E’merck 6. n-Heksana p.a E’merck 7. Akuades - 8. Natrium sulfat anhidrous p.a E’merck 9. Dietanolamina p.a E’merck 10. Natrium metoksida p.a E’merck 11. Dietil eter p.a E’merck 12. Natrium klorida p.a E’merck 13. Xylena p.a E’merck 14. Aseton p.a E’merck 15. Asam klorida p.a E’merck 16. Anhidrida maleat p.a E’merck 17. Gas nitrogen - 18. Kalium hidroksida pellet p.a E’merck 19. Indikator fenolftalein - Universitas Sumatera Utara 20. Alkohol netral p.a E’merck 21. NaOH p.a E’merck 22. Plat KLT p.a E’merck

3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1. Esterifikasi asam palmitat dengan metanol

Ke dalam labu leher dua volume 250 ml dimasukkan 50 gram 0,195 mol asam palmitat kemudian ditambahkan 80 ml metanol dan 80 ml benzena diaduk dengan menggunakan pengaduk magnet. Dirangkai alat refluks yang dihubungkan dengan tabung CaCl 2 anhidrous, dalam keadaan dingin sambil diaduk diteteskan H 2 SO 4p sebanyak 2 ml melalui corong penetes. Direfluks selama 5 jam, hasil reaksi kemudian diuapkan dengan menggunakan rotarievaporator. Selanjutnya residu diekstraksi dengan 100 ml n-heksana, kemudian dicuci dengan 10 ml akuades sebanyak dua kali. Lapisan atas dikeringkan dengan CaCl 2 anhidrous dan disaring. Selanjutnya filtrat ditambahkan dengan Na 2 SO 4 anhidrous kemudian disaring. Filtrat diuapkan mengunakan rotarievaporator, residu yang diperoleh diukur volumenya kemudian di ukur titik lebur dan di analisis dengan spektroskopi FT-IR.

3.2.2. Amidasi metil palmitat dengan dietanolamina Sembiring, 2013

Ke dalam labu leher dua volume 250 ml dimasukkan 13,5 gram 0,05 mol metil palmitat kemudian ditambahkan 9 ml 0,093 mol dietanolamina diaduk dengan menggunakan pengaduk magnet. Dirangkai alat refluks yang dihubungkan dengan tabung CaCl 2 anhidrous, ditambahkan 5 gram natrium metoksida dalam 20 ml metanol melalui corong penetes. Dipanaskan pada suhu 110-120 o C selama 5 jam sambil diaduk. Hasil reaksi diuapkan menggunakan rotarievaporator. Residu yang diperoleh diekstraksi dengan menggunakan 100 ml dietil eter dan di cuci dengan Universitas Sumatera Utara 25 ml larutan NaCl jenuh sebanyak 3 kali. Lapisan atas yang diperoleh, diuapkan menggunakan rotarievaporator kemudian residu di keringkan didalam oven pada suhu 50 o C dalam keadaan vakum selanjutnya dikeringkan dalam desikator. Hasil yang diperoleh diukur titik leburnya, dilanjutkan analisis dengan spektroskopi FT-IR dan diukur nilai HLB dengan menggunakan metode titrasi.

3.2.3. Esterifikasi alkanolamida dengan anhidrida maleat Akintayo et al, 2012

Ke dalam labu leher tiga 250 ml dimasukan 2,4 gram 0,021 mol alkanolamida hasil amidasi metil palmitat dengan dietanolamina dan ditambahkan 50 ml campuran xylena:aseton 3:1 vv. Dirangkai alat refluks yang dihubungkan dengan tabung berisi CaCl 2 anhidrous, diaduk dengan pengaduk magnet pada suhu 100 o C sambil di aliri gas nitrogen. Ditambahkan 4 tetes HCl 1N melalui corong penetes. Kemudian ditambahkan 1,5 gram 0,05 mol anhidrida maleat yang dilarutkan dalam campuran xylena-aseton secara perlahan melalui corong penetes. Dilanjutkan pemanasan pada suhu 140-150 o C selama 4 jam diikuti pemantauan menggunakan analisa KLT. Hasil yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan menggunakan destilasi vakum, kemudian residu dicuci dengan metanol lalu disimpan didalam desikator. Senyawa yang diperoleh dianalisa menggunakan kromatografi lapis tipis KLT dengan beberapa pelarut organik sebagai developer selanjutnya dilakukan pemurnian menggunakan kolom kromatografi dengan adsorben silika gel 60G menggunakan eluen n-heksan : dietil eter 8:2 vv. Hasil yang diperoleh diukur titik leburnya, dianalisa dengan spektroskopi FT-IR dan 1 H-NMR kemudian diukur nilai HLB dengan menggunakan metode titrasi. Universitas Sumatera Utara

3.2.4. Analisa hasil reaksi

3.2.4.1. Analisa dengan spektrofotometer FT-IR

Untuk masing-masing cuplikan yaitu untuk metil palmitat yang berwujud cair dioleskan pada plat NaCl. Alkanolamida dan N,N di-2- mono etil maleat palmitamida yang berwujud padat dicetak hingga terbentuk plat dengan KBr kemudian diukur spektrumnya dengan alat spektrofotometer FT-IR.

3.2.4.2. Penentuan titik lebur a. Metil Palmitat

Metil palmitat dimasukkan kedalam pipa kapiler setinggi 1 cm kemudian dimasukkan kedalam freezer selama satu malam. Setelah disimpan satu malam, dikeluarkan pipa kapiler lalu diikatkan pada thermometer sehingga ujung pipa kapiler sama letaknya dengan ujung tempat air raksa dari thermometer. Bersama dengan thermometer, pipa kapiler tersebut dicelupkan kedalam gelas Beaker yang diisi campuran air dengan es. Kemudian dinaikkan suhu secara perlahan sambil diaduk dan diamati perubahan yang terjadi Ketaren,2008.

b. Alkanolamida dan N,N di-2- mono etil maleat palmitamida

Senyawa yang diperoleh, diambil sedikit mungkin dengan spatula kemudian diletakkan diatas melting point apparatus lalu dicatat perubahan titik leburnya.

3.2.4.3. Penentuan nilai Hidrophilic Lipophilic Balance HLB

Penentuan nilai HLB ini dilakukan pada senyawa N,N di-2- etanol palmitamida dan N,N di-2-mono etil maleat palmitamida. Universitas Sumatera Utara Nilai HLB = 20 1 – SA Dimana : S = Bilangan penyabunan A = Bilangan Asam

a. Penentuan Bilangan Penyabunan