Sistem Pengawasan Internal Kas Pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN

SISTEM PENGAWASAN INTERNAL KAS PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh :

WEYNI W SARAGIH 112101146

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : WEYNI W SARAGIH

NIM : 112101146

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGN

JUDUL : SISTEM PENGAWASAN INTERNAL KAS PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SUMATERA UTARA

Tanggal : ... 2014 DOSEN PEMBIMBING

Frida Ramadhini, S.E, MM NIP. 197410122005012003

Tanggal : ... 2014 KETUA PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si NIP. 197411232000122001

Tanggal : ... 2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac, Ak, CA NIP. 195604071980021001


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur saya ucapkan atas segala anugerah yang telah Allah SWT limpahkan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah Sistem Pengawasan Intern Kas Pada.”Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara”. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat akademis untuk dapat menyelesaikan studi di Program Diploma III Jurusan Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti juga menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari keterlibatan dari berbagai pihak yang telah membantu peneliti dan yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu :

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSC (CTM),SpA(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si selaku Ketua Prodi Diploma III Jurusan

Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Frida Ramadhini, S.E, MM selaku Dosen Pembimbing peneliti yang

telah membantu dan memberikan arahan dan masukan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini.


(4)

5. Kedua orang tuaku tersayang sepanjang masa, Bapak Jalter Saragih dan Ibu Saprida yang telah memberikan dukungan semangat dan doanya, sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Kedua adikku tersayang Dio Pranatha Saragih dan Regyta Amalia Saragih.

7. Calon pasangan hidup (Prayogi Widodo, S.Sos) yang telah memberi

semangat serta telah setia mengantar peneliti demi keperluan penyelesaian tugas akhir.

8. Kepada Seluruh Pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Sumatera Utara yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

9. Kepada seluruh teman-teman Jurusan Keuangan Grup C Program Diploma

III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih buat semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Amin

Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi Keuangan.

Wassalam...

Medan, 9 Juni 2014 Penulis,

Weyni W Saragih


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Ringkas ... 6

B. Jenis Usaha / Kegiatan ... 9

C. Struktur Organisasi ... 12

D. Uraian tugas ... 13

E. Kinerja Usaha Terkini ... 16

F. Rencana Kegiatan Perusahaan ... 18

BAB III PEMBAHASAN A . Pengertian Sistem Pengawasan Internal Kas ... 19

B . Tujuan dan Fungsi Pengawasan Internal Kas ... 22

C . Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 26

D . Jenis-jenis Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 32


(6)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ... 43 B. SARAN ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1. Gambar 2.1 Struktur Organisasi Disnaker Sumut ... 12 3. Gambar 3.2 Prosedur Pengeluaran Kas Disnaker Sumut ... 30


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketepatan sistem dalam menjalankan sebuah perusahaan sangatlah penting, karena sistem bersifat repetitif dalam melaksanakan suatu atau sekelompok aktivitas. Sistem memiliki karakteristik berupa rangkaian langkah-langkah berirama, terkoordinasi dan berulang yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Agar ketetapan sistem yang telah ditetapkan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik, maka seorang pimpinan dalam perusahaan harus dapat melakukan pengawasan yang efektif dan efisien yang nantinya diharapkan mampu membantu manajemen dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Pengawasan menjadi salah satu fungsi manajemen yang sangat memegang peranan penting dalam aktivitas perusahaan.

Salah satu pengawasan yang perlu dilakukan adalah adalah pengawasan keuangan. Masalah keuangan sangat berkitan erat dengan sistem pengawasan dari keuangan itu sendiri. Menurut Robert J.Miockler (2001,159) Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan, untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.


(9)

Pada umumnya setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan selalu berhubungan dengan kas, baik dalam penerimaan maupun pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya perusahaan dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya. Seluruh aktivitas perusahaan akan mempengaruhi keberadaan kas baik secara langsung maupun tidak langsung. Bisa dikatakan bahwa pengawasan intern kas merupakan salah satu barometer suksesnya suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kas yang identik dengan uang merupakan alat bagi setiap kegiatan dan transakasi dalam kegiatan manusia.

Kas merupakan aktiva yang tidak produktif, oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada “idle cash” . Untuk dapat menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan selalu membutuhkan kas. Kas merupakan objek yang sering diselenggarakan karena bentuk yang kecil, sulit diidentifikasikan pemiliknya dan dapat dipindahtangankan dengan cepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kas suatu investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan yang signifikan.

Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengawasi uang kas agar tercipta suatu jumlah uang kas yang optimal. Dalam arti, keseimbangan terus menerus antara jumlah kas yang tersedia dengan kebutuhan untuk membiayai perusahaan.

Begitu pentingnya arti kas dalam berbagai kegiatan seperti yang diuraikan diatas, maka diperlukan suatu pengawasan internal kas yang memadai, bersih, efektif, sehingga nantinya pengawasan ini dapat menciptakan rasa percaya


(10)

terhadap keabsahan transaksi dan memastikan posisi yang sebenarnya bagi keperluan penyajian laporan keuangan.

Pengawasan internal kas meliputi semua bagian besar segmen organisasi serta semua metode dan ketentuan yang dikoordinir oleh suatu level manajemen yang ditunjuk oleh perusahaan untuk melindungi harta kekayaan milik perusahaan, mengecek kecermatan, keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha, dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang telah digariskan oleh perusahaan berdasarkan itikad baik dalam mencapai tujuan sebuah perusahaan.

Sistem pengawasan internal kas yang baik adalah didalam pelaksanaan itu dilakukan pemisahan tugas serta fungsinya. Ha-hal dalam pengawasan internal kas seperti penerimaan kas, pencatatan penerimaan kliring, rekonsiliasi, otorisasi penerimaan dan pengeluaran kas. Dengan pelaksanaan ini diharapkan dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat merugikan perusahaan. Didalam penerapan sistem pengawasan yang baik maka perusahaan sangat memerlukan berbagai sarana, prosedur-prosedur serta berbagai alat yang keseluruhannya dapat saling menunjang sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik

Pengawasan atas penerimaan dan pengeluaran kas merupakan salah satu unsur pokok internal perusahaan yang perlu mendapatkan perhatian serius. Hal ini dilakukan karena kas terlibat sebagian besar transaksi dan dapat dipertukarkan dengan semua asset lainnya. Manajemen kas yang baik mensyaratkan harus selalu dapat mempertahankan tersedianya sejumlah kas yang memadai secara continue dalam siklus operasi perusahaan dan juga menjaga agar sejumlah kas yang


(11)

tersedia tidak terlalu sedikit. Pengawasan internal kas dalam kegiatan perusahaan terutama karena kas mudah diselewengkan, untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Sistem Pengawasan Internal kas yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara.

B. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pengawasan internal kas pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara.

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pengawasan internal kas pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara.

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi

Penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara.

2. Bagi Peneliti

Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menganalisa pengawasan internal kas pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara. Dan penelitian ini berguna dalam menyusun tugas


(12)

akhir yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam penyelesaian studi.

3. Bagi Pihak Lain


(13)

BAB II

PROFIL INSTANSI

A. Sejarah Ringkas Instansi

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2, bahwa pembangunan ketenagakerjaan ditunjuk untuk menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha bagi setiap angkatan kerja sehingga dapat memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2003 tentang K Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian Bab II Pasal 3 bahwa Penyelenggaraan Transmigrasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigrasi dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan pembangunan daerah serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan daerah dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antar daerah dan pusat telah mengubah kewenangan yang semula lebih banyak dipusat menjadi bertumpu didaerah. Peranan pemerintah pusat kedepan berada pada puncak manajemen Planning, Organizing, Actuating, Controlling, dan kewenangan yang terbatas pada RENSTRA (Rencana Strategi), Control (Pengawasan), dan Resource Allocation. Sementara pemerintah daerah provinsi lebih ke masalah Organizing dan Controlling, sedangkan pemerintah kabupaten atau kota lebih ditekankan pada aspek Actuating.


(14)

Sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 25 Tahun 2005 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2004-2005 yang merupakan amanat GBHN 1999-2004, Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) dan RENSTRA (Tahun pelaksana 2005-2009) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memberikan arahan bahwa pembangunan daerah dibidang ketenagakerjaan dan transmigrasi yaitu dalam rangka :

1. Perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.

2. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

3. Perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja.

4. Pengembangan sistem jaminan sosial.

5. Pengentasan kemiskinan

Daerah Provinsi Sumatera Utara yang luasnya 71.680 km2 secara geografis terbagi atas Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 26.360 km2 atau 36,8% dari luas wilayah Sumatera Utara yang merupakan daerah yang subur dan Wilayah Pantai Barat seluas 45.320 km2 atau 63,2% dari luas Sumatera Utara yang sebagian besar merupakan pegunungan.

Masalah yang dihadapi dalam pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara, antara lain adalah banyaknya tenaga kerja yang menganggur dan setengah menganggur, masih rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja, dan belum memadainya perlindungan tenaga kerja diluar negeri.

Dalam RENSTRA (Rencana Strategi) Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara tahun 2004-2008 yang merupakan turunan RENSTRA Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia


(15)

tahun 2005-2009, telah ditetapkan visi yaitu “Terwujudnya Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang Sejahtera”.

Untuk mewujudkan visi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara maka ditetapkan misi dan untuk mewujudkan misi yang akan dicapai, maka dirumuskan tujuan, sasaran, kebijaksanaan, program dan kegiatan yang menjadi arah dan pedoman dari instansi ini.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara mempunyai visi dalam pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut : “Terwujudnya Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang Sejahtera” makna yang terkandung pada visi tersebut adalah :

1. Terwujudnya tenaga kerja yang kompeten dan produktif.

2. Terwujudnya penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja.

3. Terwujudnya hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan

berkeadilan.

4. Terwujudnya perlindungan tenaga kerja.

5. Kesejahteraan tenaga kerja dan purna kerja.

6. Terwujudnya penataan persebaran penduduk dengan “3S” yaitu Serasi,

Seimbang, dan Sejahtera.

7. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkompeten dilingkungan Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara.

Sedangkan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi dan produktifitas tenaga


(16)

2. Meningkatkan dan mengembangkan hubungan industrial yang harmonis dan dinamis yang berkeadilan serta kesejahteraan tenaga kerja dan purna kerja.

3. Meningkatkan perlindungan tenaga kerja.

4. Meningkatkan dan mengembangkan penataan persebaran penduduk yang

serasi, seimbang dan sejahtera.

5. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang

berkompeten dilingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara.

B. Jenis Usaha/kegiatan

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara merupakan badan atau lembaga instansi pemerintah yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dan berkedudukan penting sebagai pelaku dengan tujuan pembangunan. Tujuan tersebut berguna meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan dan peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Hal ini berguna demi mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perlindungan tenaga kerja yang dimaksud tersebut adalah untuk


(17)

menjamin hak-hak dasar pekerja atau buruh yang menjamin kesamaan kesempatan kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dengan memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu cara atau sistem pembagian tanggung jawab, wewenang serta penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi dalam pencapaian tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan dan sasaran ini hendaknya dicapai semaksimal mungkin dengan menggunakan potensi-potensi yang dimiliki perusahaan walaupun potensi yang dimiliki tersebut terbatas

Kemampuan instansi dalam hubungan dengan pencapaian tujuan dan sasaran-sasaran banyak dipengaruhi oleh struktur organisasi dari instansi tersebut. Struktur organisasi dari suatu instansi harus dapat menggambarkan kondisi tentang tugas dan tanggung jawab yang jelas dari instansi tersebut.

Dengan demikian struktur organisasi merupakan suatu alat untuk mempermudah terjadinya tujuan. Dengan adanya struktur organisasi, maka seorang pimpinan dan para anggotanya dapat menjalankan tugas, wewenang serta tanggung jawab dengan baik, sehingga seorang pimpinan dapat melakukan pengawasan terhadap semua aktivitas agar aktivitas tersebut dapat berjalan sesuai rencana.

Struktur organisasi dalam suatu perusahaan tergantung dari macam perusahaan, kegiatannya dan pertimbangan-pertimbangan lain. Dalam manajemen dikenal bentuk organisasi baris, garis dan staff, organisasi fungsional dan


(18)

organisasi matriks. Sedangkan organisasi yang dipakai oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah sistem organisasi baris dimana staff karyawan akan menerima tugas dari seorang atasan sesuai dengan yang diberikan. Adapun struktur organisasi pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:


(19)

(20)

Uraian Tugas

Adapun tugas dan kedudukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Utara Nomor: 3 Tahun 2001 tentang Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Sekretariat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di bidang urusan umum, keuangan dan program. Adapun tugas dari sekretaris yaitu :

1. Menyelenggarakan penyusunan koordinasi rencana program kerja

sekretariat, bidang-bidang dan unit pelaksana teknis dinas

2. Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi perencanaan dan program

dinas

3. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program kesekretriatan

Untuk melaksanakan tugasnya, sekretariat dibantu oleh sub bagian umum, sub bagian keuangan dan sub bagian program. Adapun tugas-tugas Sub Bagian Umum yaitu :

1. Melaksanakan pembinaan pegawai pada lingkup Sub Bagian Umum

2. Melaksanakan instruksi pelaksanaan tugas lingkup Sub Bagian Umum

3. Melaksanakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk kebutuhan

pelaksanaan tugas dan fungsi sekretariat

Sub Bagian Keuangan mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembinaan pegawai pada lingkup Sub Bagian Keuangan

2. Melaksanakan instruksi pelaksanaan tugas pada lingkup Sub Bagian

Keuangan


(21)

Sub Bagian Program mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembinaan pegawai pada lingkup Sub Bagian Program

2. Melaksanakan instruksi pelaksanaan tugas pada lingkup Sub Bagian

Program

3. Melaksanakan penyusunan perencanaan/program kerja sekretariat dan Sub

Bagian Program

Bidang penempatan tenaga kerja mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengembangan perluasan kesempatan kerja. Adapun uraian tugas dari Bidang Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja yaitu :

1. Menyelenggarakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk

kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi bidang pembinaan penempatan tenaga kerja

2. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program bidang

3. Menyelenggarakan analisis penyusunan sistem dan penyebarluasan

informasi pasar kerja diwilayah Provinsi

Untuk melaksanakan tugasnya, Bidang Penempatan Tenaga Kerja dibantu oleh Seksi Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja, Seksi Penempatan Tenaga Kerja, Seksi Standarisasi Kompetensi Pemagangan. Beberapa tugas Seksi Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja yaitu :

1. Melaksanakan pembinaan pegawai pada lingkup seksi pengembangan

perluasan kesempatan kerja

2. Melaksanakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk kebutuhan


(22)

3. Melaksanakan analisis penyusunan sistem dan penyebarluasan informasi pasar kerja di wilayah provinsi

Tugas Seksi Penempatan Tenaga Kerja yaitu :

1. Melaksanakan pembinaan pegawai pada lingkup seksi penempatan tenaga

kerja

2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penempatan TKI ke luar negeri

yang berasal dari wilayah provinsi

3. Melaksanakan fasilitas pelaksanaan perjanjian kerja sama bilateral dan

multilateral penempatan TKI yang pelaksanaannya di wilayah provinsi Beberapa tugas Seksi Standarisasi Kompetensi Pemagangan yaitu :

1. Melaksanakan pelatihan dan pengukuran produktivitas skala provinsi

2. Melaksanakan program peningkatan produktivitas diwilayah provinsi

3. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan perizinan pendaftaran lembaga

pelatihan kerja serta penerbitan rekomendasi perizinan magang keluar negeri.

Bidang hubungan industrial mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Berikut beberapa tugas bidang hubungan industrial meliputi :

1. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program bidang

2. Menyelenggarakan fasilitas penyusunan serta pengesahan peraturan

perusahaan yang skala berlakunya lebih dari satu kabupaten/kota dalam satu provinsi


(23)

Bidang perlindungan dan ketenagakerjaan mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Berikut beberapa tugas Bidang perlindungan dan ketenagakerjaan yaitu :

1. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan norma

ketenagakerjaan skala provinsi

2. Menyelenggarakan penerbitan/rekomendasi (izin) terhadap objek

pengawasan ketenagakerjaan skala provinsi

3. Menyelenggarakan penanganan kasus/melakukan penyidikan terhadap

pengusaha yang melanggar norma ketenagakerjaan skala provinsi

Bidang ketransmigrasian mempunyai beberapa tugas yang membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang fasilitas penyiapan lahan, pembangunan permukiman, penempatan dan investasi. Berikut beberapa tugas bidang ketransmigrasian yaitu :

1. Menyelenggarakan pelaksanaan perbekalan, pengangkutan dan

penempatan di permukiman transmigrasi

2. Menyelenggarakan bimbingan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan

atau lapangan usaha atau fasilitas mendapatkan lahan usaha

3. Menyelenggarakan bimbingan, pengembangan, dan perlindungan

hubungan kemitraan usaha

D. Kinerja Usaha Terkini

Kinerja usaha pada dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi memuat ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja APBD menurut urusan pemerintahan daerah,


(24)

berupa gambaran realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang meliputi

1. Entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan yang menyajikan

informasi tentang organisasi yang ditetapkan sebagai entasitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah.

2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan pelaporan keuangan,

menyajikan informasi tentang penerapan kebijakan basis kas atau basis akrual untuk pengakuan pendapatan, belanja, atau pembiayaan serta penerapan kebijakan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana. Basis pengukuran yang mendasari pelaporan keuangan, menyajikan informasi tentang penerapan kebijakan basis pengukuran atas laporan-laporan keuangan daerah. Dalam bagian ini harus disajikan proses penetapan nilai setiap aset, ekuitas dana, kewajiban. Informasi pengukuran pos-pos laporan-laporan keuangan harus jelas menggambarkan nilai perolehan historis. Nilai perolehan historis yaitu aset yang harus dicatat, diukur sebesar pengeluaran kas dan setara kas dan kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tarsebut, kewajiban yang diukur sebesar nilai nominal dan ekuitas dana dicatat atau diukur sebesar selisih antara aset dengan kewajiban.

3. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada

dalam standar akuntansi pemerintah, yang menyajikan informasi tentang kebijakan akuntansi yang telah diterapkan dan kebijakan akuntansi yang belum diterapkan atas pos-pos laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah.


(25)

E. Rencana Kegiatan Perusahaan

Rencana kegiatan yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara berdasarkan penyusunan rencana reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah yang dikoordinasikan oleh Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri/Inspektorat Provinsi. Rencana reviu sebagaimana dituangkan dalam Rencana Kerja Pengawasan Tahunan dan Program Kerja Pengawasan Tahunan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Perencanaan reviu sebagaimana dimaksud sebagai berikut :

a. Pemahaman atas entitas

b. Penilaian atas sistem pengendalian intern, dan c. Penyusunan program kerja reviu

Rencana reviu sebagaimana dimaksud didasarkan atas prinsip kesesuaian, keterpaduan, menghindari tumpang tindih, efesiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya pengawasan. Pemahaman atas entitas sebagaimana dimaksud meliputi :

a. Pemahaman latar belakang dan sifat dari lingkungan operasional entitas

pelaporan


(26)

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pengawasan Internal Kas

Secara umum perusahaan atau badan instansi pemerintah pasti memerlukan data akuntansi dalam kegiatan sehari-hari terutama kegiatan pemeriksaan informasi transaksi. Maju mundurnya suatu perusahaan sangat tergantung pada cara pengelolaan manajemen yang diterapkan perusahaan. Sedangkan berhasil tidaknya manajemen dalam melaksanakan tugasnya akan tercermin dalam laporan keuangan yang disajikan. Dalam hal ini pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen dalam menyelenggarakan seluruh rencana kegiatan yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik.

Untuk itu sistem yang dijalankan perusahaan haruslah mempunyai suatu sistem yang baik yang telah ditetapkan perusahaan agar nantinya pengawasan tersebut dapat berfungsi dalam mengatasi penyelewengan yang mungkin terjadi pada aktiva perusahaan. Dan tentunya sebelum pengawasan dilakukan, terlebih dahulu pihak-pihak yang menjadi pengawas tersebut haruslah orang-orang yang jujur, profesional dan tentunya loyal dalam perusahaan.

Sistem pengawasan yang baik yang telah diuraikan diatas maksudnya adalah sistem pengawasan internal yang merupakan proses pengaturan berbagai faktor didalam perusahaan agar sesuai dengan ketetapan dalam rencana.

Suharli (2006,174) memberikan defenisi mengenai sistem pengawasan internal kas atau sering diistilahkan dengan sistem pengendalian internal kas yaitu seluruh sistem dan prosedur yang telah ditetapkan manajemen untuk menjaga


(27)

harta perusahaan dari kelalaian atau kesalahan (errors), kecurangan (frauds) ataupun kejahatan (irregularities).

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem yang menjadi alat pengawasan internal merupakan penekanan pada penggunaan, cara-cara dan prosedur-prosedur yang bertujuan untuk :

1. Melindungi harta atau aktiva perusahaaan

2. Memeriksa kecermatan dan seberapa jauh kehandalan data akuntansi yang

disajikan dapat dipercaya keabsahannya 3. Meningkatkan efisiensi kerja karyawan

4. Mendorong dipatuhinya kebijaksanaan perusahaan yang telah ditetapkan

Jadi pada dasarnya, pengawasan internal kas bertujuan untuk melindungi harta perusahaan, dan berusaha sedapat mungkin menghindari penyelewengan dan penyalahgunaan harta perusahaan. Pengawasan internal meliputi tiga hal, yaitu :

a. Pengendalian Akuntansi

Pengendalian akuntansi yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara adalah meliputi pengamanan terhadap harta kekayaan perusahaan sehingga diperlukannya catatan akuntansi berdasarkan akuntansi pemerintah. Umumnya meliputi pekerjaan pemisahan antara fungsi operasional, penyimpanan dan pencatatan sistem pengawasan fisik atas kekayaan.

b. Pengendalian Administrasi

Pengendalian yang dijalankan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara adalah pengendalian yang meliputi peningkatan efisiensi usaha dan mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan yang telah ditetapkan. Pada umumnya tidak langung berhubungan dengan catatan akuntansi


(28)

c. Pengendalian Penggunaan

Tujuan dari pengawasan ini untuk mengetahui apakah suatu barang atau inventaris sudah benar penggunaannya. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan aspek efisiensi penggunaanya. Penggunaan ini penting artinya guna menentukan nilai ekonomis aktiva tetap seperti keamanan atau keutuhan, keawetan maupun pendayagunaan barang-barang yang ada.

Dalam sehari-hari kita mengenal kas secara umum yang berarti uang yang memiliki fungsi dalam perekonomian sebagai alat pembayaran yang paling likuid. Menurut Suharli (2006,173) Kas dan setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid berjangka waktu pendek yang dengan cepat dapat dikonversi menjadi kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Kas pada khususnya, tidak mempunyai kepemilikan dan mudah dipindahtangankan. Sifat demikian itu mengakibatkan manajemen harus yakin bahwa:

1. Setiap pengeluaran kas telah sesuai dengan tujuan penggunaan

2. Kas yang seharusnya diterima memang benar-benar diterima

3. Tidak ada penyalahgunaan terhadap kas milik perusahaan

Dari sifat-sifat kas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa aspek perencanaan dan pengawasan internal terhadap kas harus mendapat perhatian yang serius oleh manajemen. Dimana setiap pengawasan internal terhadap kas harus diciptakan untuk melindungi keamanan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengguna manajemen.

Akuntansi untuk kas relatif mudah tidak seperti halnya akuntansi untuk aktiva dan elemen-elemen laporan keuangan lain. Secara garis besar, Akuntansi


(29)

untuk kas harus diarahkan kepada dua hal yaitu : administrative dan accounting controll sesuai dengan tanggung jawab manajemen terhadap kas yang secara umum terdiri dari :

1. Menyediakan kas dalam jumlah yang cukup untuk menjamin kelancaran

operasi perusahaaan.

2. Menghindarkan terjadinya kas yang menganggur

3. Meningkatkan efisiensi operasi dan mencegah terjadinya

kerugian-kerugian sebagai akibat dari adanya tindak penyelewengan kas atau penyalahgunaan wewenang.

Adanya suatu perencanaan kas mutlak diperlukan agar setiap saat diperlukan, tersedia kas yang cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan dan menghindarkan persediaan kas yang berlebihan, karena dengan demikian akan mengurangi produktifitas dan profitbilitas perusahaan dan menghindarkan persediaan kas yang berlebihan.

B. Tujuan dan Fungsi Pengawasan Internal Kas

1. Tujuan Pengawasan Internal Kas

Penetapan pengawasan internal yang baik akan dapat menunjang peningkatan efisiensi dan kualitas kegiatan operasional. Sebaliknya, kelemahan dalam pengawasan internal dapat mengekspos suatu perusahaan dari resiko perusakan, pencurian baik fisik maupun informasi, korupsi informasi maupun kekacauan sistem informasi. Adapun tujuan dari sistem pengawasan internal kas adalah sebagai berikut :


(30)

b. Memeriksa kecermatan atau seberapa jauh kehandalan data akuntansi yang disajikan dapat dipercaya keabsahannya

c. Meningkatkan efisiensi kerja karyawan

d. Mendorong dipatuhnya kebijaksanaan perusahaan yang telah ditetapkan

Jadi pada dasarnya, pengawasan internal kas bertujuan untuk melindungi harta perusahaan, dan berusaha sedapat mungkin menghindari penyelewengan dan penyalahgunaan harta perusahaan.

2. Fungsi Pengawasan Internal Kas

Terdapat tujuh macam fungsi struktur pengawasan internal kas secara rinci yang harus terpenuhi untuk mencegah setiap kesalahan yang mungkin terjadi didalam pencatatan. Struktur pengendalian internal kas tersebut harus memberikan kepastian pada :

a. Setiap transaksi yang dicatat adalah sah (Validitas)

b. Struktur pengendalian internal tidak dapat memberikan transaksi fiktif, dan yang sebenarnya tidak terjadi didalam jurnal atau catatan akuntansi lainnya c. Setiap transaksi di otorisasi dengan cepat

d. Dalam hal ini, jika suatu transaksi tidak di otorisasi, maka dapat

mengakibatkan transaksi yang curang e. Setiap transaksi yang terjadi harus dicatat

f. Hal ini diperuntukkan untuk mencegah hilangnya setiap transaksi pada

catatan tersebut


(31)

h. Pengendalian yang memadai selalui disertai dengan prosedur untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan dan pencatatan transaksi pada langkah-langkah proses pencatatan

i. Transaksi yang terjadi diklasifikasikan dengan tepat

j. Pengklasifikasian perkiraan yang tepat kedalam catatan tambahan yang

diikhtisarkan dengan benar

k. Transaksi yang dicatat pada waktu yang tepat

l. Setiap transaksi dimasukkan dengan tepat kedalam catatan tambahan yang

diikhtisarkan dengan benar

m. Untuk mendapatkan suatu pengawasan internal kas yang baik dalam

perusahaan, diperlukan adanya unsur-unsur yang dirancang dan diimplementasikan manajemen guna membentuk kepastian yang layak bahwa tujuan pengawasan internal akan tercapai.

3. Unsur-Unsur Pengawasan Internal Kas

Unsur-unsur pengawasan internal kas tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan yang kompeten dan dapat dipercaya

Didalam sistem pengawasan internal, pelaksanaan-pelaksanaan merupakan unsur yang paling penting, orang-orang jujur, bekerja secara efisien, selalu mampu bekerja dengan segala kesungguhan meskipun unsur kelima yang lainnya begitu kuat, tetapi orang-orang yang tidak berkompeten serta tidak memiliki kejujuran dalam dirinya akan mudah membuat sistem pengawasan tersebut menjadi berantakan.


(32)

b. Pembagian tugas yang jelas

Tujuan dan pembagian tugas yang jelas untuk mencegah kekeliruan yang sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu, ada empat pedoman yang dapat dilakukan yaitu :

a) Pemisahan penanganan aktiva serta akuntansinya

b) Pemisahan otorisasi transaksi dari penanganan setiap aktiva

c) Pemisahan tugas dalam fungsi akuntansi

d) Pemeriksaan tanggung jawab

c. Prosedur otorisasi yang tepat

Agar setiap pengawasan dapat berhasil dengan baik, setiap transaksi harus diotorisasi dengan semestinya. Otorisasi ini dapat berbentuk umum maupun khusus. Otorisasi umum berarti bahwa manajemen menetapkan kebijaksanaan yang dirumuskan untuk dilaksanakan dalam organisasi, sedangkan otorisasi khusus hanya berlaku pada transaksi saja.

d. Dokumen dan catatan yang memadai

Dokumen berfungsi sebagai penerus informasi dilingkungan organisasi atau di antara organisasi yang berbeda. Dokumen ini harus cukup memadai untuk memberikan jaminan bahwa aktiva telah berada dalam pengawasan yang semestinya dan setiap transaksi telah dicatat dengan benar.

e. Verifikasi internal

Verifikasi internal merupakan pemisahan tugas-tugas secara fungsional atau operasional, penerimaan dan pengeluaran kas,


(33)

akuntansi dan setiap pengawasan internal dari setiap transaksi memerlukan pertanggungjawaban dari harta perusahaan.

C. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pada Disnaker Sumut

1. Prosedur Penerimaan Kas

Adapun prosedur akuntansi penerimaan kas pada Disnaker Sumut yang dilaksanakan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) meliputi serangkaian proses pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi yang terkomputerisasi.

Adapun prosedur penerimaan kas yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara adalah meliputi :

a) Penerimaan uang/barang

b) Melampirkan dokumen bukti penerimaan uang

c) Memverifikasi dokumen pendukung penerimaan uang

d) Membuat bukti penerimaan kas dan mencetaknya

e) Meminta tanda tangan pengesahan dari pejabat yang berhak sebagai bukti

sah tanda penerimaan kas

f) Mencatat pada buku daftar kasir

g) Menyerahkan bukti penerimaan dan pendukungnya ke fungsi akuntansi


(34)

Laporan yang dihasilkan dari prosedur penerimaan kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah, terdiri atas :

a) Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan informasi

realisasi, pendapatan dan pembiayaan pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu

b) Neraca Laporan yang menyajikan informasi tentang posisi keuangan

pemerintah daerah yaitu aset, utang dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu.

c) Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk

selama suatu periode, serta posisi kas pada tanggal pelaporan.

Dokumen-dokumen yang digunakan pada prosedur penerimaan kas yang dilaksanakan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah, meliputi :

1) Surat ketetapan pajak daerah merupakan dokumen yang dibuat oleh

Pejabat Keuangan Daerah untuk menetapkan pajak daerah atas wajib pajak

2) Surat Ketetapan Retribusi (SKR) merupakan dokumen yang dibuat oleh

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah untuk menetapkan retribusi atas wajib retribusi

3) Surat Tanda Setoran (STS) merupakan dokumen yang diselenggarakan

Bendahara Penerimaan atau Pejabat Penatausahaan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk menyetor penerimaan daerah

4) Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti dari Bank yang

menunjukkan adanya transfer uang masuk ke rekening kas umum daerah

5) Nota Kredit Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang


(35)

6) Buku Jurnal Penerimaan Kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat atau mnggolongkan semua transaksi atas kejadian yang berhubungan dengan penerimaan kas

7) Buku Besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi

akuntansi untuk mencatatat peringkasan semua transaksi atau kejadian selain kas dari Jurnal Penerimaan Kas kedalam Buku Besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, belanja, pendapatan atau pembiayaan.

8) Buku Besar Pembantu merupakan catatan yang diselnggarakan oleh fungsi

akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

2. Prosedur Pengeluaran Kas

Untuk mengetahui apakah pengawasan internal kas telah terlaksana dengan baik maka harus dilihat prosedur-prosedur yang telah ditetapkan pimpinan. Prosedur-prosedur yang sesuai untuk pengawasan internal kas antara satu instansi dengan instansi lainnya berbeda. Hal ini tergantung pada besarnya kecilnya suatu instansi tersebut, banyaknya pegawai yang dipekerjakan, sumber-sumber kas dan sebagainya.

Prosedur pengeluaran kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah meliputi serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan, penggolongan, peringkasan, transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).


(36)

Adapun prosedur-prosedur pengeluaran kas secara terperinci yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara yaitu:

a) Menerima berkas tagihan pembayaran

b) Melampirkan dokumen pendukung pengeluaran uang

c) Memverifikasi dokumen pendukung pengeluaran kas

d) Membuat bukti pengeluaran kas dan mencetaknya

e) Memaraf/meminta tanda tangan pejabat yang berwenang terkait

pengesahan persetujuan pembayaran di bukti pengeluaran kas f) Untuk pembayaran melalui bank, dibuatkan cek atau giro

g) Meminta tanda tangan pejabat berwenang untuk tanda persetujuan

pembayaran pada cek/giro

h) Mencatat pada buku klad kas atau buku harian bank

i) Menyerahkan bukti pengeluaran dan dokumen pendukung ke fungsi

akuntansi

Adapun prosedur pengeluaran kas pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini :


(37)

Gambar 3.1 Prosedur Pengeluaran Kas

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara

Dokumen-dokumen yang digunakan pada prosedur akuntansi pengeluaran kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah, terdiri atas :

Menerima berkas tagihan pembayaran

Melampirkan dokumen pendukung

Memverifikasi dokumen pendukung pengeluaran

Membuat bukti pengeluaran kas dan mencetaknya

Memaraf/ meminta tanda tangan pejabat yang berwenang terkait pengesahan persetujuan pembayaran pada bukti

pengeluaran kas Untuk pembayaran

melalui bank, dibuatkan cek atau giro

Meminta tanda tangan pejabat berwenang untuk tanda persetujuan pembayaran cek/giro

Mencatat pada buku klad kas atau buku harian bank

Menyerahkan bukti pengeluaran dan dokumen pendukung ke fungsi akuntansi


(38)

1) Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap.

2) Surat Perintah Membayar (SPM) merupakan dokumen yang dibuat oleh

pengguna anggaran untuk mengajukan surat perintah pencairan dana yang akan diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah

3) Kuitansi pembayaran dan bukti penerimaan lainnya merupakan dokumen

sebagai tanda bukti pembayaran

4) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang

diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) untuk mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk.

5) Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran

daerah

6) Nota Debet Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang

menunjukkan adanya transfer uang keluar dari rekening kas umum daerah

7) Buku Jurnal Pengeluaran Kas merupakan catatan yang diselenggarakan

oleh fungsi akuntansi untuk mencatat atau menggolongkan semua transaksi atas kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas

8) Buku Besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi

akuntansi untuk mencatat peringkasan semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal pengeluaran kas kedalam Buku Besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, belanja, pendataan atau pembiayaan


(39)

9) Buku Besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu. Laporan yang dihasilkan dari prosedur pengeluaran kas pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah, terdiri atas :

a) Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan informasi

realisasi, pendapatan dan pembiayaan pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu

b) Neraca Laporan yang menyajikan informasi tentang posisi keuangan

pemerintah daerah yaitu aset, utang dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu.

c) Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk

selama suatu periode, serta posisi kas pada tanggal pelaporan.

D. Jenis-Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara

1. Jenis-Jenis Penerimaan Kas

Penerimaan-penerimaan kas diperoleh dari pendapatan nasional yang dikelompokkan atas :

A. Pendapatan Asli Daerah

Menurut jenisnya, Pendapatan Asli Daerah dibagi atas :


(40)

Pajak daerah merupakan perlihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya dipergunakan untuk public investment

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa. c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Menurut Halim (2004:68) hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan kekayaan daerah.

d. Lain-lain pendapatan asli daerah

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lainnya yang sah seperti penjualan alat berat, bunga simpanan giro dan bank serta penerimaan dari denda kontraktor.

B. Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk menandai kebutuhan daerah dalam negeri dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 Tahun 2005)


(41)

C. Pendapatan lain-lain yang sah

Pendapatan lain-lain yang sah mencakup, yaitu : 1. Hibah berasal dari pemerintah

2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan

korban bencana alam

3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota

4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan

pemerintah

5. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah

lainnya.

Penerimaan kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan pemerintah daerah yaitu :

a. Potongan Taspen

Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1977, Pegawai negeri wajib mengikuti iuran sebesar 10% dari penghasilan setiap bulan. Besaran dana ini yang nantinya akan dicairkan saat memasuki masa pensiun. Menurut peraturan pemerintah, akumulasi iuran pensiun dan tabungan hari tua dipungut dan disetor kembali kepada peserta taspen. Iuran ini merupakan dana milik pegawai negeri secara kolektif yang dikuasai oleh pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan pensiun pegawai negeri, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dengan peraturan menteri keungan.


(42)

b. Potongan Askes

Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana didasarkan pada UU No.3 Tahun 1992, pada prinsipnya potongan askes merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja beserta keluarganya.

c. Potongan PPh

Potongan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Pajak penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada kepastian hukum, penetuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi penting.

d. Potongan PPN

Potongan PPN merupakan potongan yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen kepada konsumen

2. Jenis-Jenis Pengeluaran Kas Pengeluaran kas digunakan untuk :

a. Belanja pegawai

Belanja pegawai merupakan kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah yang bertugas didalam maupun luar negeri sebagai imbalan atas


(43)

pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal dan atau kegiatan yang mempunyai output dalam kategori belanja barang.

Belanja pegawai dipergunakan untuk :

1. Belanja gaji dan tunjangan yang melekat pada pembayaran gaji pegawai negeri meliputi PNS dan TNI/POLRI

2. Belanja gaji dokter pegawai tidak tetap

3. Belanja uang makan PNS

4. Belanja uang lembur PNS

5. Pembayaran tunjangan sosial bagi pegawai negeri melalui unit organisasi/lembaga/badan tertentu

6. Pembayaran uang duka yang besarnya ditetapkan berdsarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Belanja barang

Belanja barang merupakan pengeluaran untuk pembelian barang atau jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan atau jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat diluar kriteria belanja bantuan sosial serta belanja perjalanan

Belanja barang dipergunakan untuk :

1. Belanja barang operasional merupakan pembelian barang atau

jasa yang habis pakai yang dipergunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan suatu satuan kerja dan umumnya


(44)

pelayanan yang bersifat internal. Jenis-jenis pengeluaran ini yaitu :

a. Belanja keperluan perkantoran

b. Belanja pengadaan bahan makanan

c. Belanja pengiriman surat dinas d. Belanja biaya pemeliharaan gedung

2. Belanja barang non operasional merupakan pembelian

barang/jaasa yang habis pakai dikaitkan dengan strategi pencapaian target kinerja suatu satuan kerja dan umumnya pelayanan yang bersifat eksternal. Jenis-jenis pengeluaran ini, terdiri atas :

a. Honor yang terkait dengan output kegiatan b. Belanja jasa konsultan

c. Belanja sewa yang dikaitkan dengan strategi pencapaian

target kinerja d. Belanja jasa profesi e. Belanja perjalanan

f. Belanja barang fisik lain tugas pembantuan

g. Belanja barang penunjang kegiatan tugas pembantuan

h. Belanja barang badan pelayanan umum

c. Belanja modal

Belanja modal merupakan pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset dan atau untuk menambah nilai aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi


(45)

batas minimal kapitalisasi aset tetap/lainnya yang telah ditetapkan pemerintah.

Belanja modal dipergunakan untuk 1. Belanja modal tanah

2. Belanja modal peralatan dan mesin

3. Belanja modal gedung dan bangunan

4. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan

d. Belanja bunga

Belanja bunga merupakan pembayaran kewajiban atas penggunaan pokok utang, baik diluar maupun dalam negeri yang dihitung berdasarkan ketentuan persyaratan dari utang yang sudah ada.

e. Belanja subsidi

Belanja subsidi merupakan alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga untuk memproduksi, menjual atau mengekspor barang atau jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja subsidi terdiri atas :

1. Energi

Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan bahan bakar minyak jenis tertentu


(46)

2. Non Energi

Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan barang publik yang bersifat non energi.

f. Belanja hibah

Belanja hibah merupakan belanja pemerintah pusat dalam bentuk transfer uang/barang kepeda pemerintah daerah lain secara sukarela, tidak wajib, tidak dilakukan secara terus menerus serta tidak ada perjanjian antara pemberi dan penerima hibah.

g. Belanja bantuan sosial

Belanja bantuan sosial merupakan transfer uang atau barang yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Resiko sosial adalah kejadian yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu maupun keluarga.

h. Belanja tidak terduga

Belanja tidak terduga merupakan pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak masuk dalam kategori belanja pegawai, belanja modal, belanja hibah dan lain-lain serta bersifat mendesak dan tidak apat diprediksi sebelumnya.

Pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran, pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah daerah, meliputi :


(47)

a. Penyetoran Taspen

Penyetoran taspen merupakan setoran hasil pemotongan dari gaji pegawai yang disetorkan kepada bank yang dapat dicairkan oleh peserta pada saat memasuki masa pensiun.

b. Penyetoran Askes

Penyetoran askes merupakan penyetoran pihak instansi berdasarkan pemotongan gaji pegawai guna memenuhi jaminan kesehatan pegawai.

c. Penyetoran PPh

Penyetoran PPh dipungut oleh instansi terhadap pengasilan pegawainya dan menyetorkannya kepada instansi yang berwenang.

d. Penyetoran PPN

Penyetoran PPN atas pajak pertambahan nilai dapat dilakukan berdasarkan pemungutan terhadap barang/jasa yang dikenakan pajak pertambahan nilai.

E. Sistem Pengawasan Internal Kas Pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara

Sistem pengendalian internal kas yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhdap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan


(48)

Penilaian atas sistem pengendalian internal kas sebagaimana dilakukan dengan cara, yaitu :

1. Penilaian berdasarkan pengendalian akuntansi

a. Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi pada

sebuah kesimpulan tentang kemungkinan terjadinya salah saji material dalam laporan keuangan

b. Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi pada

sebuah kesimpulan tentang langkah-langkah pelaksanaan reviu 2. Penilaian berdasarkan pengendalian administrasi

a. Memahami sistem dan prosedur pengeloaan keuangan daerah

b. Melakukan observasi atau wawancara dengan pihak terkait disetiap

prosedur yang ada

c. Memahami dan mematuhi kebijakan pimpinan yang telah

ditetapkan.

3. Penilaian berdasarkan pengendalian penggunaan

a. Memperhatikan atas inventaris yg sesuai penggunaannya pada

instansi

b. Menentukan nilai ekonomis aktiva tetap seperti keamanan atau

keutuhan pendayagunaan barang-barang yang ada.

Pada hakikatnya, pengawasan internal kas bertujuan untuk melindungi harta kekayaan atau aktiva perusahaan, memeriksa kecermatan atau seberapa jauh kehandalan data akuntansi yang disajikan dapat dipercaya keabsahannya, meningkatkan efisiensi kerja karyawan dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan perusahaan yang telah ditetapkan. Dan berdasarkan penelitian, tujuan tersebut


(49)

dapat dicapai oleh Dinas Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi Provinsi Sumatera Utara sebagaimana tertuang dalam laporan kegiatan instansi

Hal-hal yang dapat menunjang tercapainya tujuan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara merupakan kesesuaian atas fungsi dan unsur-unsur berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(50)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa terhadap sistem pengawasan internal kas pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur peneriman kas dan pengeluaran kas pada Dinas Tenga Kerja

dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara sudah baik dengan adanya bukti-bukti outentik dimana digunakan pencatatan langsung dari penerimaan dan pengeluaran kas

2. Sistem pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara sudah terbukti baik karena telah tercapainya tujuan instansi tersebut

3. Perencanaan kas yang telah terstruktur pada Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara terbukti menghindarkan dari praktek penggelapan, pencurian maupun penyelewengan kas

4. Dengan adanya sistem pengawasan internal kas yang baik pada Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi membuktikan bahwa instansi tersebut mampu menjalankan aktivitasnya sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999


(51)

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran dan masukan yang membangun terhadap permasalahan tersebut. Adapun saran-saran yang yang peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya kebiasaan yang baik yang dilaksanakan instansi dapat

dipertahankan dan di berlakukan agar dapat dijadikan pedoman oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan instansi.

2. Perlunya secara berkala dilakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap

jalannya prosedur penerimaan dan pengeluaran kas.

3. Kebijaksanaan yang telah digariskan atas sistem pengawasan penerimaan

dan pengeluaran kas yang telah dilakukan hendaknya dijadikan pedoman dan pengalaman dimasa mendatang serta memperhatikan prinsip akuntansi pemerintah yang berlaku umum, dan juga memperhatikan apakah ada kemungkinan pembaharuan atau renovasi terhadap sistem tersebut melihat perkembangan ekonomi saat ini.

4. Bagaimanapun baiknya pengwasan internal yang dilakukan instansi

tergantung pada pribadi pegawai tersebut. Oleh sebab itu dilakukan pembinaan mental yang baik, rohani, maupun jasmani. Ini perlu dilakukan terutama untuk menghindari terjadinya penyelewengan yang dilakukan oleh beberapa orang yang menurut kebiasaan sulit untuk di temukan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Suharli, Michell, 2006 : Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Perdagangan, edisi pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anthony, Robert, 2005 : Management Control System, edisi pertama, PT

Salemba Empat, Jakarta.

Udaya, Jusuf, 2001 : Pengantar Ilmu Manajemen, edisi pertama, PT Prenhallindo, Jakarta


(1)

a. Penyetoran Taspen

Penyetoran taspen merupakan setoran hasil pemotongan dari gaji pegawai yang disetorkan kepada bank yang dapat dicairkan oleh peserta pada saat memasuki masa pensiun.

b. Penyetoran Askes

Penyetoran askes merupakan penyetoran pihak instansi berdasarkan pemotongan gaji pegawai guna memenuhi jaminan kesehatan pegawai.

c. Penyetoran PPh

Penyetoran PPh dipungut oleh instansi terhadap pengasilan pegawainya dan menyetorkannya kepada instansi yang berwenang.

d. Penyetoran PPN

Penyetoran PPN atas pajak pertambahan nilai dapat dilakukan berdasarkan pemungutan terhadap barang/jasa yang dikenakan pajak pertambahan nilai.

E. Sistem Pengawasan Internal Kas Pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara

Sistem pengendalian internal kas yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhdap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan


(2)

Penilaian atas sistem pengendalian internal kas sebagaimana dilakukan dengan cara, yaitu :

1. Penilaian berdasarkan pengendalian akuntansi

a. Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi pada sebuah kesimpulan tentang kemungkinan terjadinya salah saji material dalam laporan keuangan

b. Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi pada sebuah kesimpulan tentang langkah-langkah pelaksanaan reviu 2. Penilaian berdasarkan pengendalian administrasi

a. Memahami sistem dan prosedur pengeloaan keuangan daerah b. Melakukan observasi atau wawancara dengan pihak terkait disetiap

prosedur yang ada

c. Memahami dan mematuhi kebijakan pimpinan yang telah ditetapkan.

3. Penilaian berdasarkan pengendalian penggunaan

a. Memperhatikan atas inventaris yg sesuai penggunaannya pada instansi

b. Menentukan nilai ekonomis aktiva tetap seperti keamanan atau keutuhan pendayagunaan barang-barang yang ada.

Pada hakikatnya, pengawasan internal kas bertujuan untuk melindungi harta kekayaan atau aktiva perusahaan, memeriksa kecermatan atau seberapa jauh kehandalan data akuntansi yang disajikan dapat dipercaya keabsahannya, meningkatkan efisiensi kerja karyawan dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan


(3)

dapat dicapai oleh Dinas Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi Provinsi Sumatera Utara sebagaimana tertuang dalam laporan kegiatan instansi

Hal-hal yang dapat menunjang tercapainya tujuan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara merupakan kesesuaian atas fungsi dan unsur-unsur berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa terhadap sistem pengawasan internal kas pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur peneriman kas dan pengeluaran kas pada Dinas Tenga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara sudah baik dengan adanya bukti-bukti outentik dimana digunakan pencatatan langsung dari penerimaan dan pengeluaran kas

2. Sistem pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara sudah terbukti baik karena telah tercapainya tujuan instansi tersebut

3. Perencanaan kas yang telah terstruktur pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara terbukti menghindarkan dari praktek penggelapan, pencurian maupun penyelewengan kas

4. Dengan adanya sistem pengawasan internal kas yang baik pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi membuktikan bahwa instansi tersebut mampu menjalankan aktivitasnya sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999


(5)

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran dan masukan yang membangun terhadap permasalahan tersebut. Adapun saran-saran yang yang peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya kebiasaan yang baik yang dilaksanakan instansi dapat dipertahankan dan di berlakukan agar dapat dijadikan pedoman oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan instansi.

2. Perlunya secara berkala dilakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap jalannya prosedur penerimaan dan pengeluaran kas.

3. Kebijaksanaan yang telah digariskan atas sistem pengawasan penerimaan dan pengeluaran kas yang telah dilakukan hendaknya dijadikan pedoman dan pengalaman dimasa mendatang serta memperhatikan prinsip akuntansi pemerintah yang berlaku umum, dan juga memperhatikan apakah ada kemungkinan pembaharuan atau renovasi terhadap sistem tersebut melihat perkembangan ekonomi saat ini.

4. Bagaimanapun baiknya pengwasan internal yang dilakukan instansi tergantung pada pribadi pegawai tersebut. Oleh sebab itu dilakukan pembinaan mental yang baik, rohani, maupun jasmani. Ini perlu dilakukan terutama untuk menghindari terjadinya penyelewengan yang dilakukan oleh beberapa orang yang menurut kebiasaan sulit untuk di temukan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Suharli, Michell, 2006 : Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Perdagangan, edisi pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anthony, Robert, 2005 : Management Control System, edisi pertama, PT Salemba Empat, Jakarta.

Udaya, Jusuf, 2001 : Pengantar Ilmu Manajemen, edisi pertama, PT Prenhallindo, Jakarta