Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(1)

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

CUT FAIZA SYAHRIDA 077017012/Akt

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

CUT FAIZA SYAHRIDA 077017012/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI, PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Nama Mahasiswa : Cut Faiza Syahrida

Nomor Pokok : 077017012 Program Studi : Akuntansi

Mengetahui Komisi Pembimbing

(Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah di uji Pada

Tanggal : 28 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak

Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe,M.Ec,Ac

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS., MBA., Ak 3. Fahmi Natigor, M.Ec,Ac


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul ”Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan sepengetahuan saya belum

dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juli 2009

Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Penelitian di Sektor Publik telah banyak dilakukan dalam bidang pengelolaan keuangan daerah namun penelitian tentang pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja SKPD masih sedikit diteliti. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada pengaruh pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Populasi penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Unit analisisnya adalah Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK). Pengumpulan data dilakukan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Pengujian data dilakukan dengan uji reliabilitas dan uji validitas serta uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas, sedangkan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dan Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja SKPD Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan secara parsial Pengelolaan Keuangan Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja SKPD.

Kata kunci : Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah, kinerja SKPD.


(7)

ABSTRACT

Research in the Public Sector has been made in the field of financial management areas, but research on the financial accounting system of the region's performance is still slightly SKPD examined. Goal of this research is conducted to explore whether there is empirical evidence of the influence of the financial accounting system and the financial management of local government performance SKPD in North Sumatra.

Population of this research is all organization units in North Sumatra Province. Unit of analysis is the User Budget (Budget Authorization User), the Technical Activities Executive Officers (PPTK), Financial Administrative Authority (PPK). The data were collected using questionnaire distributed directly by the researcher. Tests conducted with the test data and test reliability and test validity of classical assumptions used are multikolinieritas test, test heterokedastisitas, and normalitas test, while testing hypothesis with multiple regression analysis.

Research results indicate that simultaneously, Understanding Financial Accounting System and Local Finance Management Area in a significant effect on the performance SKPD the Provincial Government of North Sumatra. Partially, the Regional Financial Management has not significantly effect on the performance SKPD.

Keywords: understanding of the financial accounting system, financial management area, performance on SKPD.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala pujian atas kebenaran, kebaikan dan keindahan hanya untuk Allah semata. Alhamdulillah, puji syukur tiada henti kita panjatkan kepada Allah swt atas karuniaNya di dunia ini. Terutama karunia berupa selesainya tesis dengan judul “Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”. Semoga dengan ini akan menambah kebaikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Tesis ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada;

1. Bapak Prof. Chairuddin, P. Lubis, DTM&H, SP,A(k), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak, selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan arahan, bimbingan, koreksi dan memotivasi penulis dengan penuh kesabaran sampai dengan selesainya tesis ini.

4. Bapak Drs. M.Lian Dalimunthe.M.Ec,Ac selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyumbangkan pemikiran dan saran dalam proses penulisan tesis ini. 5. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS., MBA., Ak selaku Ketua Program Magister

Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembanding dan juga telah banyak memberikan masukan dan bimbingan demi penyempurnaan tesis ini.


(9)

6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si,Ak selaku Sekretaris Program Magister Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaigus sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan demi penyempurnaan tesis ini.

7. Bapak Fahmi Natigor,M.Ec,Ac selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan demi penyempurnaan tesis ini.

8. Ayahanda Drs.T. Syahran Ilhamsyah dan Ibunda Hj. Asda Juita Lubis yang selalu mendoakan, juga kepada saudara-saudaraku yang selalu setia membantu dan senantiasa mendorongku untuk menjadi lebih baik.

9. Suamiku Syahril Amri,SE dan anakku tercinta Farhatsyah Zamri, terima kasih atas energi dan spirit kebahagian yang selalu kalian berikan.

10.Semua sahabat-sahabatku di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang selalu setia membantuku.

11.Rekan-rekan seangkatan dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Akhirnya hanya Allah saja yang mampu membalas semua jasa orang-orang yang telah membantuku, mendorongku dan membimbingku. Hasil penelitian ini jauh dari kesempurnaan kemungkinan baik yang bersifat teoritis, kesalahan dalam penggunaan alat ukur variabel penelitian ini maupun kesalahan lainnya. Hal ini akibat keterbatasan penguasaan pengetahuan terutama pengetahuan tentang metode penelitian dan kurangnya pengalaman penulis dalam melakukan penelitian. Untuk itu penulis membuka diri untuk dikritik dan diberi saran agar penelitian yang akan dilakukan masa mendatang mendekati sempurna.

Medan, Juli 2009 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Cut Faiza Syahrida Tempat/tgl lahir : Medan, 15 april 1976 Agama : Islam

Instansi : Inspektorat Provinsi Sumatera Utara alamat kantor : Jl. K.H. Wahid Hasyim No.8 Medan

alamat rumah : Komp. Palem Kencana Blok XO No. 5, Muliorejo, Sunggal. Deli Serdang.

Telp. Rumah/hp : (061) 8455330 / 085261082688 pendidikan :

1. SD Negeri di Medan , Lulus Tahun 1988

2. SMP Yasporbi I Jakarta Selatan, Lulus Tahun 1991 3. SMA Negeri 6 Pekan Baru Riau, Lulus Tahun 1994


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Originalitas ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Landasan Teori ... 7

2.1.1. Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah ... 7

2.1.2. Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 9

2.1.3. Pengelolaan Keuangan Daerah ... 10

2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)... 14


(12)

3.1. Kerangka Konsep ... 18

3.2. Hipotesis ... 19

BAB IV METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Lokasi Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel ... 21

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 21

4.5. Definisi Operasional ... 22

4.6. Instrumen Penelitian ... 24

4.7. Metode Analisis Data... 25

4.7.1. Uji Kualitas Data ... 26

4.7.1.1. Uji Validitas ... ... 26

4.7.1.2. Uji Reliabilitas ... ... 26

4.7.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 27

4.7.2.1. Uji Normalitas ... 27

4.7.2.2. Uji Multikolinieritas... 28

4.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas... 28

4.7.3. Pengujian Hipotesis ... 29

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1. Deskriptif Data ... 30

5.1.1 Karakteristik Penelitian ... 31

5.1.2 Uji Response Bias ... 32

5.2 Analisis Data ... 33

5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data... 33

5.2.1.1 Uji Validitas ... 33


(13)

5.4. Pengujian Asumsi Klasik ... 36

5.4.1. Pengujian Normalitas ... 36

5.4.2. Pengujian Multikolinearitas ... 37

5.4.3. Pengujian Heterokedastisitas ... 38

5.5. Pengujian Hipotesis ... 39

5.6. Hasil Analisis Data ... 42

5.6.1. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Terhadap Kinerja SKPD ... 43

5.6.2 Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

6.1. Kesimpulan ... 47

6.2. Keterbatasan ... 48

6.3. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ...50

DAFTAR TABEL


(14)

2.1 Review Peneliti Terdahulu... 16

4.5 Definisi Operasional & Pengukuran Variabel... 23

5.1 Distribusi Kuesioner ... 30

5.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 31

5.3 Jabatan Responden ... 31

5.4 Lama Bekerja Responden ... 32

5.5 Uji Validitas Variabel ... 34

5.6 Uji Reliabilitas Variabel... 35

5.7 Deskripsi Statistik ... 35

5.8 Uji Multikolinieritas... 38

5.9 Ringkasan Pengujian Hipotesis... 40


(15)

3.1 Kerangka Konseptual ... 18 5.1 Pengujian Normalitas Data ... 37 5.2 Uji Heteroskedastisitas... 39

DAFTAR LAMPIRAN


(16)

1 Rencana Waktu Penelitian ... 53

2 Kuesioner ... 54

3 Ringkasan proses pengumpulan data ... 58

4 Data hasil Pengisian kuesioner... 63

5 Deskriptif Responden... 66

6 Uji Validitas dan Reliabilitas Data... 67

7 Deskriptif Statistik ... 69

8 Uji Asumsi Klasik ... 70

9 Pengujian Hipotesis... 73


(17)

ABSTRAK

Penelitian di Sektor Publik telah banyak dilakukan dalam bidang pengelolaan keuangan daerah namun penelitian tentang pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja SKPD masih sedikit diteliti. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada pengaruh pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Populasi penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Unit analisisnya adalah Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK). Pengumpulan data dilakukan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Pengujian data dilakukan dengan uji reliabilitas dan uji validitas serta uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas, sedangkan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dan Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja SKPD Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan secara parsial Pengelolaan Keuangan Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja SKPD.

Kata kunci : Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah, kinerja SKPD.


(18)

ABSTRACT

Research in the Public Sector has been made in the field of financial management areas, but research on the financial accounting system of the region's performance is still slightly SKPD examined. Goal of this research is conducted to explore whether there is empirical evidence of the influence of the financial accounting system and the financial management of local government performance SKPD in North Sumatra.

Population of this research is all organization units in North Sumatra Province. Unit of analysis is the User Budget (Budget Authorization User), the Technical Activities Executive Officers (PPTK), Financial Administrative Authority (PPK). The data were collected using questionnaire distributed directly by the researcher. Tests conducted with the test data and test reliability and test validity of classical assumptions used are multikolinieritas test, test heterokedastisitas, and normalitas test, while testing hypothesis with multiple regression analysis.

Research results indicate that simultaneously, Understanding Financial Accounting System and Local Finance Management Area in a significant effect on the performance SKPD the Provincial Government of North Sumatra. Partially, the Regional Financial Management has not significantly effect on the performance SKPD.

Keywords: understanding of the financial accounting system, financial management area, performance on SKPD.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah merupakan wujud dari adanya tuntutan publik terhadap akuntabilitas dan transparansi manajemen pemerintah, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan Negara maupun Daerah. Baridwan (2004:27) menegaskan tuntutan publik akan pemerintahan yang baik memerlukan adanya perubahan paradigma dan prinsip-prinsip manajemen keuangan daerah, baik pada tahap penganggaran, implementasi maupun pertanggungjawaban. Hal ini menandakan perubahan paradigma pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh pemerintah, karena perubahan tersebut mengakibatkan manajemen keuangan daerah menjadi semakin kompleks. Penekanan tersebut menunjukkan bahwa proses pengelolaan keuangan dan pemahaman mengenai sistem akuntansi keuangan daerah sangat diperlukan dalam manajemen pemerintahan.

Karakteristik yang menunjukkan perubahan mendasar dalam manajemen keuangan daerah pasca reformasi keuangan daerah adalah perubahan sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah. Inti dari perubahan tersebut adalah tuntutan dilaksanakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah oleh pemerintah, baik pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten dan kota, bukan pembukuan seperti yang dilaksanakan selama ini (Halim, 2005:5).


(20)

Tuntutan dilaksanakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah sangat beralasan karena akuntansi dapat menjadi salah satu alat kontrol yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pemerintah, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana dinyatakan oleh Neu (2000:283) bahwa tehnik akuntansi dan teknik lain-lain dapat digunakan untuk mencapai tujuan pemerintah, yaitu tujuan makro dan mikro. Tujuan makro adalah tujuan yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan mikro adalah tujuan yang mengarah pada kegiatan operasional organisasi dalam menunjang tujuan makro.

Suwardjono (2005:159) menegaskan bahwa akuntansi akan mempunyai peran yang nyata dalam kehidupan sosial ekonomi kalau informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil kebijakan ekonomi untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomi negara. Salah satu tujuan ekonomi negara adalah alokasi sumber daya ekonomi secara efisien sehingga sumber daya ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dapat dinikmati masyarakat secara optimal. Hal senada dikemukakan Hay (1997:4) bahwa secara umum tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan bagi pemerintah adalah untuk : (1) menyajikan informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan

ekonomik, politik dan sosial serta menampilkan akuntabilitas dan stewardship; (2) menyajikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja manajer dan


(21)

Uraian diatas menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dalam alokasi sumber daya ekonomi harus diperuntukkan untuk kepentingan publik dan proses alokasi sumber daya perlu dikontrol atau diawasi. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengontrol kebijakan pemerintah adalah teknik akuntansi. Sebagai alat kontrol dan alat untuk mencapai tujuan pemerintah. Akuntansi harus dapat berperan dalam mengendalikan roda pemerintahan dalam bentuk pengelolaan keuangan daerah berdasarkan aturan yang berlaku Suwardjono (2005:159). Agar akuntansi dapat dijadikan salah satu alat dalam mengendalikan roda pemerintahan, akuntansi harus dipahami secara memadai oleh pengelola dan penyaji informasi keuangan.

Salah satu media yang berperan penting dalam mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara, termasuk keuangan daerah adalah pelaporan keuangan pemerintah daerah, yang tercermin dalam APBD. Thomson (2003:18) menegaskan akuntabilitas merupakan kunci dalam mencapai good governance, sedangkan transparansi memiliki arti keterbukaan, yaitu keterbukaan pemerintah daerah dalam memberikan informasi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi yang merupakan bagian dari pelayanan publik. Pemerintah daerah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Peterson (1994:55) yang menegaskan improving budgeting di Negara berkembang sulit dilakukan karena terdapat sejumlah keterbatasan dan kuatnya proses politik yang sukar dihindari.


(22)

Kerentanan tersebut menuntut pemahaman yang memadai dalam pengelolaan keuangan daerah, termasuk penguasaan tentang teknik-teknik akuntansi keuangan daerah.

Dalam situasi tertentu akuntansi menjadi salah satu kendala teknis bagi eksekutif dalam pengelolaan keuangan daerah. Newkirk (1986:23) menegaskan bahwa dari sekian banyak problem yang ada pada pemerintah daerah salah satunya adalah tentang akuntansi. Pernyataan ini menandakan bahwa pengelola keuangan daerah pada masing-masing satuan kerja perlu dilakukan secara cermat guna dapat menyelesaikan problem akuntansi dan dapat melakukan penyajian informasi keuangan secara memadai. Mardiasmo (2002:35) menegaskan bahwa sistem pertanggungjawaban keuangan suatu institusi dapat berjalan dengan baik, bila terdapat mekanisme pengelolaan keuangan yang baik pula. Ini berarti pengelolaan keuangan daerah yang tercermin dalam APBD memiliki posisi strategis dalam mewujudkan manajemen pemerintahan yang akuntabel. Pemahaman sistem akuntansi merupakan faktor lain yang perlu dicermati, karena untuk dapat menyajikan informasi keuangan yang memadai dalam bentuk pelaporan keuangan yang dapat dipahami oleh pengguna, maka harus dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan keuangan daerah, serta harus memahami sistem akuntansi, khususnya akuntansi keuangan daerah. Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Penyusunan laporan keuangan


(23)

Sumatera Utara disebabkan karena belum terlaksananya dan pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah dengan judul “Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pemahaman sistem akuntansi daerah dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD baik secara parsial maupun simultan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman mengenai sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat yang berarti yaitu :

a. bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang ilmu keuangan khususnya pengelolaan keuangan daerah;

b. bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dalam bidang keuangan daerah; c. bagi pemerintah daerah dalam hal ini Biro Keuangan Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran di dalam implementasi pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah.

1.5. Originalitas

Berbagai penelitian mengenai aspek yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah telah sering dilakukan oleh para peneliti sebelumnya antara lain Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah di Kabupaten Maluku Tengah.

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari peneliti sebelumnya oleh Askam Tuasikal dimana perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada daerah penelitian yaitu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan periode waktu penelitian yaitu tahun 2009.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam

kaitannya dengan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah,

pemahaman yang memadai tentang sistem akuntansi keuangan daerah

merupakan salah satu aspek penting, penyajian laporan keuangan

daerah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah

dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun

2007.

2.1.1. Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah

Kinerja merupakan suatu prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 : 477) kinerja (performance) merupakan kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, kelompok atau organisasi. Pada sektor pemerintahan, kinerja dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai oleh pegawai pemerintah atau instansi pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam suatu periode.

Kinerja manajerial merupakan kinerja para individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial, seperti perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi dan perwakilan (Mahoney, 1963).

Prawirosentono (1999:2) mengartikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan


(26)

wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Pengukuran kinerja memiliki peranan yang signifikan pengendalian internal atau manajerial, guna menjamin bahwa organisasi dapat dikelola sesuai dengan keinginan semua stakeholders. Laurensius dan Halim (2005 : 774) menegaskan pengukuran kinerja instansi pemerintah dimaksud untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, pengelolaan organisasi dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Kimisean dkk (2004 : 490) bahwa kinerja pelayanan suatu organisasi merupakan hal penting untuk dicermati supaya dapat mengukur suatu keberhasilan organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Tujuan pengukuran kinerja pemerintah daerah adalah untuk memotivasi pemerintah daerah meningkatkan kinerjanya khususnya dalam merealisasikan good governance serta memberikan pelayanan publik.

Dalam konteks organisasi pemerintah daerah, pengukuran kinerja SKPD dilakukan untuk menilai seberapa baik SKPD tersebut melakukan tugas pokok dan fungsi yang dilimpahkan kepadanya selama periode tertentu. Pengukuran kinerja SKPD merupakan wujud dari vertical accountability yaitu pengevaluasian kinerja bawahan oleh atasannya dan sebagai bahan horizontal accountability pemerintah daerah yaitu kepada masyarakat atas amanah yang diberikan kepadanya.


(27)

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah adalah sistem terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengambilan data, pembukuan dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh entitas Pemerintah Daerah.

Herbert et.al (1984:3) menegaskan pada organisasi pemerintah terdapat dua orientasi atau kepentingan yang diperankan dalam menjalankan roda pemerintahan, yaitu orientasi laba dan bukan laba. Orientasi laba pada pemerintah adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Oleh karena itu, pengelola administrasi pemerintahan perlu memahami akuntansi. Mereka juga harus memahami pelaporan akuntansi, dan juga memahami bagaimana informasi akuntansi digunakan untuk perencanaan, pembuatan keputusan dan pengendalian. Hal senada ditegaskan oleh Collier (1997 : 7) bahwa akuntansi memiliki implikasi terhadap hubungan antara pemegang kekuasaan dan lingkungan organisasi, serta sistem akuntansi manajemen merupakan suatu kekuatan yang mempengaruhi strategi. Ini menandakan bahwa untuk memediasi hubungan antara pemerintah daerah dengan stakeholder diperlukan suatu media untuk mengkomunikasikan program pemerintah. Salah satu media yang dipandang relevan dalam mengkomunikasikan dan dijadikan sebagai alat untuk mengawasi program-program pemerintah yang tercermin dalam APBD adalah sistem akuntansi daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan dinyatakan bahwa pelaporan keuangan


(28)

bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat

keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik.

Lin (1998 : 113) menegaskan pengukuran kondisi keuangan

daerah dalam bentuk pengeluaran daerah dapat menggunakan akuntansi

pemerintah daerah. Pengeluaran daerah merupakan akumulasi dari

alokasi sumber daya daerah, maka diperlukan sistem untuk

mengevaluasi proses alokasi tersebut. Bila dikaitkan dengan organisasi

sektor publik, khususnya pemerintah daerah pemahaman yang memadai

tentang sistem akuntansi keuangan daerah dapat meningkatkan kinerja

pemerintah daerah termasuk satuan kerja.

2.1.3. Pengelolaan keuangan daerah

Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur

keuangan daerah itu sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan

keuangan daerah menurut (Permendagri Nomor 13, 2006; 16-17) adalah

sebagai berikut.

a. Tertib

Keuangan Daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Taat pada peraturan perundang-undangan

Pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

c. Efektif

Pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

d. Efisien

Pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.


(29)

Pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.

f. Transparan

Prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.

g. Bertanggung jawab

Perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

h. Keadilan

Keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.

i. Kepatutan

Tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proposional. j. Manfaat untuk masyarakat

Keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab.Uraian ini menunjukkan bahwa keuangan daerah harus dikelola dengan baik agar semua hak dan


(30)

kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 pasal 4 ayat (1) menyatakan Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.

Edward (1992 :13) menyatakan manajemen keuangan daerah dapat dilakukan dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari manajemen keuangan. Hal ini menandakan bahwa bila pemerintah daerah secara jelas dapat mendefinisikan atau merumuskan tujuan pengelolaan keuangan daerah, maka kebijakan tentang alokasi sumber daya daerah untuk kepentingan publik dapat tercapai. APBD memiliki potensi penyimpangan atau penyalahgunaan yang cukup tinggi, karena berkaitan dengan pengelolaan asset daerah dalam bentuk keuangan daerah. Dikatakan memiliki potensi penyimpangan tinggi, karena struktur dan bentuk APBD saat ini jauh berbeda dengan struktur dan bentuk APBD sebelum implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 dan juga telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007. Di samping itu, anggota dewan memiliki kewenangan yang cukup luas dalam penyusunan dan penetapan APBD, sebagaimana dinyatakan dalam peraturan tersebut,


(31)

Konsekuensi dari aturan ini menunjukkan adanya kehati-hatian pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah dan menghendaki adanya bentuk pertanggungjawaban dalam penggunaan setiap rupiah selama satu periode tahun anggaran.

Anthony & Govindrajan (2003 : 17) menegaskan bahwa anggaran perlu disiapkan secara detail dan melibatkan manajer pada setiap level organisasi. Keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran khususnya dalam anggaran sektor publik diharapkan berpengaruh positif terhadap kinerja pelayanan yang diberikan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa keterlibatan setiap personel yang kompeten pada setiap level organisasi dapat mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, implementasi program pemerintah daerah yang mengkonsumsi sejumlah sumber daya tertentu dapat dievaluasi melalui kinerja yang dihasilkan oleh setiap satuan kerja.

2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)

Penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan Mahmudi dan Mardiasmo (2004) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja pemerintah daerah di Yogyakarta. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam menentukan indikator outcome, benefit dan impact. Pengukuran kinerja yang dilakukan masih berorientasi pada output bukan outcome.


(32)

Ririn dan Mardiasmo (2004) melakukan penelitian tentang kinerja agensi pemerintah daerah di Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa komitmen organisasional, struktur desentralisasi dan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajer instansi pemerintah.

Tuasikal (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh pengawasan, pemahaman sistem akuntansi terhadap pengelolaan keuangan daerah serta implementasinya terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah (studi pada Provinsi dan Kabupaten/Kota di Maluku). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan internal, eksternal dan pemahaman sistem akuntansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengawasan internal,eksternal dan pemahaman sistem akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah. Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman sistem akuntansi, pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah.

Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem akuntansi, pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja satuan kerja di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Secara simultan menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah


(33)

Haykal (2007) melakukan penelitian tentang analisis peran dan fungsi SKPD dalam pengelolaan keuangan daerah serta pengaruhnya terhadap kinerja SKPD (Studi kasus pada Pemkab Aceh Timur). Hasil penelitian tersebut bahwa perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.

Tinjauan peneliti terdahulu berupa tahun penelitian, nama penelitian, variable penelitian dan hasil penelitian dapat dilihat pada table 2.1 berikut :

Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil

1. Mahmudi dan

Mardiasmo, 2004.

Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah terhadap Era Otonomi pada Pemerintah Kabupaten Sleman.

1. Pengukuran Kinerja

Pemerintah Daerah sebagai Variabel independen

2. Era Otonomi sebagai

Variabel dependen

Pemerintah Daerah mengalami kesulitan dalam menentukan indikator outcome, benefit dan impact .

2. Ririn Dwianasari

Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Struktur

1. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Struktur

Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran


(34)

dan Mardiasmo, 2004. Desentralisasi terhadap Kinerja Manajer Instansi Pemerintah Provinsi Yogyakarta : Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening. Desentralisasi sebagai variabel independen.

2. Kinerja Manajer

Instansi sebagai variabel dependen.

3. Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening. dan Struktur Desentralisasi berpengaruh terhadap Kinerja Manajer Instansi 3. Askam Tuasikal, 2006 Pengaruh Pengawasan, Pemahaman Sistem Akuntansi terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah serta Implementasinya terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah 1. Pengawasan Internal,Ekternal dan pemahaman sistem akuntansi sebagai variabel independen. 2. Pengelolaan Keuangan

Daerah sebagai variabel dependen.

3. Kinerja Satuan kerja Pemerintah Daerah sebagai variabel intervening. 1.Pengawasan internal,eksternal dan pemahaman sistem akuntansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah 2.Pengawasan internal,eksternal dan pemahaman sistem akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah.Pengawasan internal,eksternal dan pemahaman sistem akuntansi, pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah. 4. Askam Tuasikal, 2007. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.

1. Pengaruh Pemahaman

Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai variabel independen. 2. Kinerja Satuan Kerja

Pemerintah Daerah sebagai variabel dependen.

Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah secara parsial dan simultan.

5. Haykal, 2007 Analisis peran dan

fungsi SKPD dalam pengelolaan keuangan

daerah serta pengaruhnya terhadap

kinerja SKPD (Studi

1. Perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran sebagai variabel independen. Perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap


(35)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti mengindentifikasi 2 independen variabel yaitu pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah (X1) dan pengelolaan keuangan daerah (X2), yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap kinerja SKPD (Y).

Kerangka Konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut :

Independen Variabel Dependen Variabel

Kinerja SKPD (Y)

Pengelolaan Keuangan Daerah

(X2)

Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

(X1)

Gambar 3.1 Kerangka konseptual


(36)

Keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Semakin tinggi/rendah pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, maka semakin tinggi/rendah kinerja SKPD;

b. Semakin tepat/tidak tepat pengelolaan keuangan daerah, maka semakin tinggi/rendah kinerja SKPD.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teori dan review peneliti terdahulu maka hipotesis penelitian ini yaitu Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah mempunyai pengaruh terhadap kinerja SKPD.


(37)

21

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependen secara langsung.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, rencana waktu penelitian yakni selama 19 minggu (Februari s.d Juni 2009) dengan jadwal sebagaimana tercantum pada lampiran 1. Jumlah SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 37 SKPD. Setiap SKPD disebarkan untuk Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK).

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada 2 variabel independen yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja SKPD yaitu pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat pengumpulan data dilakukan


(38)

dengan memberikan lembaran kuesioner secara langsung, instrumen dalam kuesioner berisi berbagai pertanyaan/pernyataan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 3 orang pejabat yaitu Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Pejabat Penatausahaan Keuangan di seluruh SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jumlah SKPD sebanyak 37 sehingga populasi sebanyak 111 orang dan seluruhnya dijadikan sampel.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan data primer. Untuk mendapatkan data dari responden digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang akan diantar langsung oleh penulis dengan 2 tahap yaitu tahap pertama akan dikirim sebanyak 111 kuesioner dan ditunggu selama 10 hari, jika belum terpenuhi 111 kuesioner maka akan dikirim kembali sampai cukup untuk diuji. Sebelum dilakukan pengujian statistik lebih lanjut maka kedua data responden tersebut terlebih dahulu akan dilakukan uji response bias karena ada perbedaan waktu pengumpulan data.

4.5. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi variabel operasional yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian, definisi operasional dapat dijelaskan sebagai berikut :


(39)

1. Kinerja SKPD (Y) yang merupakan variabel terikat adalah hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, investigasi, evaluasi dan staffing di setiap SKPD. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan skala 9 point yang dikembangkan oleh Mahoney et.al., (1963-1965), skala ini untuk menunjukkan tingkat kinerja manajerial.

2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah (X1), merupakan pemahaman pihak eksekutif mengenai sistem akuntansi keuangan daerah. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa sejauhmana pemahaman pihak eksekutif mengenai sistem akuntansi keuangan daerah.

3. Pengelolaan Keuangan Daerah (X2) adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan pengelolaan keuangan daerah.

Tabel 4.1. Definisi Operasional & Pengukuran Variabel Variabel

Penelitian Definisi Operasional

Pengukuran Variabel

Skala Pengukuran Dependen

Variabel

Kinerja SKPD (Y) Hasil dari proses kegiatan yang efektif mulai dari

Menggunakan skala 9 point untuk


(40)

proses perencanaan, pengorganisasian,

pengawasan, investigasi, evaluasi dan staffing SKPD

menunjukkan

tingkat kinerja manajerial dengan pengelompokan skor 1,2,3 untuk kinerja dibawah rata-rata, skor 4,5,6 untuk kinerja rata-rata, skor 7,8,9 untuk kinerja diatas rata-rata Independen Variabel Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1) Pemahaman pihak eksekutif mengenai sistem akuntansi keuangan daerah. Menggunakan skala 5 point untuk menunjukkan pemahaman sistem akuntansi

keuangan daerah yaitu memberikan nilai pada angka 1 untuk sangat tidak setuju dan sampai dengan angka 5 untuk sangat setuju Interval Pengelolaan Keuangan Daerah (X2) Keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan Menggunakan skala 5 point untuk menunjukkan pengelolaan

keuangan daerah yaitu memberikan nilai pada angka 1

Interval Lanjutan Tabel 4.1


(41)

setuju dan sampai dengan angka 5 untuk sangat setuju

4.6. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur variabel yang akan diteliti digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang berhubungan dengan indikator yaitu kuesioner Kinerja Manajerial adaptasi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Mahoney et.al.,(1963-1965), ”Development of Managerial Performance a Research Approach”, kuesioner ini menghasilkan data interval dengan skor sebagai berikut:

Angka 1,2,3 = Kinerja dibawah rata-rata Angka 4,5,6 = Kinerja rata-rata

Angka 7,8,9 = Kinerja diatas rata-rata

Kuesioner pemahaman sistem akuntansi di desain sendiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 kuesioner ini akan diuji pra test sebelum disebarkan kepada responden, kuesioner ini menghasilkan data interval dengan skor sebagai berikut :

Angka 5 = Sangat Paham Angka 4 = Paham

Angka 3 = Netral

Angka 2 = Tidak Paham

Angka 1 = Sangat Tidak Paham

Kuesioner pengelolaan keuangan daerah di desain sendiri oleh penulis berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 kuesioner ini akan diuji pra test sebelum disebarkan kepada responden, kuesioner ini menghasilkan data interval dengan skor sebagai berikut :


(42)

Angka 4 = Setuju Angka 3 = Netral Angka 2 = Tidak Setuju

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju

4.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Pengolahan data menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Sciense) versi 15.0. Model analisis regresi berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + b1x1 + b2x2 + e Dimana :

Y = Kinerja SKPD a = konstanta

b1,b2 = koefisien regresi

X1 = Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah X2 = Pengelolaan Keuangan Daerah

e = Error term 4.7.1. Uji Kualitas Data 4.7.1.1. Uji Validitas

Uji Validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur di yakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan ketentuan : jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r


(43)

4.7.1.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsisten antara hasil pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, yaitu instrumen dikatakan reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5.

4.7.2. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, linieritas, mulikolinearitas, autokorelasi dan hetoroskedastisitas.

4.7.2.1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram.

Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pengujian satu sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikasi tertentu yaitu :

1. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

2. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal. Selain melihat nilai signifikansi dari uji kolmogorov-smirnof, untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat dilihat dari nilai Zskewness dan dengan melihat grafik.


(44)

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen maka akan ditemukan adanya masalah multikolinieritas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinieritas. Untuk itu diperlukan uji multikolinieritas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan :

1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh nilai Variance inflation Factor (VIF). Jika angka VIF > 5, maka variable bebas yang ada memiliki masalah multikolinieritas (Santoso, 2002).

2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinieritas yang tidak menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas.

4.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.7.3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara menyeluruh terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini menggunakan α 5 %. Dengan ketentuan, jika F-hitung > dari F-tabel maka hipotesis yang diajukan dapat diterima atau dapat dinilai berdasarkan hasil uji hipotesis yang ditunjukkan oleh


(45)

Selanjutnya dilakukan pula penilaian setiap variable bebas yang dilakukan untuk melihat variabel apa yang memberikan pengaruh paling dominan diantara variabel yang ada. Pengujian dilakukan dengan uji t atau sering disebut uji parsial.

Tingkat pengaruh yang signifikan juga didasarkan pada α 5 %. Atau melihat nilai t hitung harus lebih besar dari t tabel. Sebaliknya jika t hitung < dari t tabel maka pengaruh yang terjadi tidak signifikan.


(46)

38

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskriptif Data

Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 111 kuesioner dan dilakukan satu tahap. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, kuesioner dijemput kembali. Dari 111 kuesioner yang dikirim/dibagikan yang kembali sebanyak 70 kuesioner dan yang cacat 1 kuesioner . Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data hanya sebanyak 69 kuesioner. Jumlah sampel 69 dianggap sudah cukup mewakili populasi yang jumlahnya 111, karena jumlah sampel sudah lebih besar dari 50 % maka sampel itu cukup representatif karena sifat populasi dikatakan hampir homogen sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi Kuesioner J u m l a h

Kembali No Keterangan

Instansi Sebar

Baik Rusak tidak kembali

1 Sekretariat 2 6 6 - -

2 Badan 12 36 24 - 12

3 Dinas 19 57 33 1 23

4 Kantor 4 12 6 - 6


(47)

5.1.1. Karakteristik Penelitian

Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari: (1) Tingkat pendidikan, (2) jabatan responden, (3) pangkat dan golongan, (4) lama bekerja, dan (5) diklat yang diikuti. Tabel 5.2 sampai 5.6 menyajikan ringkasan demografi responden.

Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Responden

No Latar Belakang Pendidikan Frekuensi Persentase

1 D3 3 4,35 %

2 S1 40 57,97 %

3 S2 26 37,68 %

Total 69 100 %

Tingkat pendidikan responden relatif tinggi, hal ini dapat dilihat bahwa hanya 3 orang atau 4,35 % dari responden mempunyai tingkat pendidikan di bawah S1, sedangkan tingkat pendidikan S1 sebanyak 40 orang atau 57,97 %, dan 26 orang atau 37,68 % dari responden memiliki jenjang pendidikan S2.

Tabel 5.3. Jabatan Responden

No Jabatan Frekuensi Persentase

1 Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) 19 27,53 % 2 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 24 34,78 % 3 Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran (PA/KPA) 26 37,69 %


(48)

Hasil penelitian berdasarkan jabatan responden menunjukkan bahwa pengisian kuesioner oleh Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran) sebanyak 26 orang atau 37,69 %, dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) sebanyak 24 orang atau 34,78 %, sedangkan 27,53% selebihnya diisi oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan sebanyak 19 orang. Secara keseluruhan pengisian kuesioner telah diisi oleh responden yang kompeten.

Tabel 5.4. Lama Bekerja Responden

No Lama Bekerja Frekuensi Persentase

1 1 – 10 tahun 7 10,14 %

2 11 – 20 tahun 24 34,78 %

3 > 20 tahun 38 55,08 %

Total 69 100 %

Dari 69 orang responden diketahui bahwa sebagian besar telah memiliki masa kerja yang tinggi yaitu 38 orang atau 55,08%telah memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun, dan hanya 7 orang atau 10,14 % yang memiliki masa kerja 1-10 tahun. Sedangkan yang memiliki masa kerja antara 11-15 tahun sebanyak 24 orang atau 24,78%.

5.1.2. Uji Response Bias

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang diantar langsung oleh peneliti (personally administered). Peneliti menemui setiap responden dan memberikan kuesioner kepada mereka. Hampir seluruh kuesioner kembali pada hari yang sama yaitu 5 hari setelah kuesioner diberikan. Masa penerimaan kembali


(49)

kuesioner yang satu dan lain relatif sama, maka dalam penelitian ini tidak dilakukan pengujian response bias.

5.2. Analisis Data

5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Sebelum dilakukan pengujian data baik untuk deskripsi data penelitian maupun untuk pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji validitas dan Reliabilitas data. Uji ini perlu dilakukan karena jenis data penelitian adalah data primer.

5.2.1.1 Uji Validitas

Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan software statistik, nilai validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r-hitung > r-tabel) maka instrumen tersebut dikatakan valid. Berdasarkan hasil uji validitas dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan untuk mengukur masing-masing variabel penelitian dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa r-hitung lebih besar r-tabel, dimana nilai r-tabel untuk sampel sebanyak 69 adalah 0,233, sebagaimana dapat digambarkan pada tabel 5.7.


(50)

Tabel 5.5. Uji Validitas Variabel

Variabel Butir Instrumen r-hitung R-tabel Ket Kinerja

SKPD (Y)

a. K1 b. K2 c. K3 d. K4 e. K5 f. K6

0.914 0.858 0.905 0.818 0.873 0.869 0,233 0,233 0,233 0,233 0,233 0,233 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Pemahaman Sistem Akuntansi (X1)

a. SAKD1 b. SAKD2 c. SAKD3 d. SAKD4 e. SAKD5 f. SAKD6 0,568 0,568 0,556 0,586 0,512 0,595 0,233 0,233 0,233 0,233 0,233 0,233 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Pengelolaan Keuangan Daerah (X2)

a. PKD1 b. PKD2 c. PKD3 d. PKD4 e. PKD5 f. PKD6 g. PKD7 0,441 0,616 0,599 0,800 0,454 0,425 0,546 0,233 0,233 0,233 0,233 0,233 0,233 0,233 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Lampiran 6

5.2.1.2 Uji Reliabilitas

Dari data di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji reliabilitas menunjukkan alpha cronbach’s lebih besar dari 0,6 maka dapat dinyatakan instrumen tersebut reliabel. Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Secara umum suatu instrumen dikatakan bagus jika memiliki koefisien


(51)

pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel.

Tabel 5.6. Uji Reliabilitas Variabel

Variabel Alpha

Cronbach’s

Batas Reliabilitas

Keterangan Kinerja SKPD (Y)

Pemahaman Sistem Akuntansi (X1) Pengelolaan Keuangan Daerah (X2)

0,955 0,801 0,806

0,6 0,6 0,6

Reliabel Reliabel Reliabel Sumber: Lampiran 6

5.3Diskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh diskripsi data penelitian sebagai berikut :

Tabel 5.7. Deskripsi Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kinerja SKPD 69 3,67 7,67 5,9807 1,11933

Pemahaman Sistem

Akuntansi 69 2,33 4,33 3,3551 0,46346

Pengelolaan Keuangan

Daerah 69 2,71 5,00 4,0166 0,44475

Valid N (listwise) 69 Sumber: Lampiran 7

Nilai rata-rata kinerja manajerial SKPD sebesar 5,9807 yang menunjukkan bahwa kinerja manajerial di Provinsi Sumatera Utara berada di atas rata-rata. Partisipasi responden dalam pemahaman sistem akuntansi dengan nilai rata-rata sebesar 3,3551 menunjukkan bahwa responden mempunyai kemampuan yang cukup dalam pemahaman sistem akuntansi di masing-masing SKPD. Pengelolaan keuangan


(52)

daerah dengan nilai rata-rata sebesar 4,0166 menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah cukup baik.

5.4. Pengujian Asumsi Klasik

Dalam analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu apakah data tersebut bisa dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menentukan model regresi dapat diterima secara ekonometrik. Pengujian asumsi klasik ini terdiri pengujian normalitas, multikolinearitas, dan pengujian heteroskedastisitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-section. Oleh karena itu, pengujian autokorelasi tidak perlu dilakukan.

5.4.1. Pengujian Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,042 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,228 (lihat lampiran 8). Jika signifikansi nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini juga didukung dengan grafik dimana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas dapat dilihat pada pada gambar berikut ini.


(53)

Observed Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Ex

pec

te

d

Cum

Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kinerja

Gambar 5.1. Pengujian Normalitas Data 5.4.2. Pengujian Multikolinearitas

Berdasarkan hasil uji korelasi diantara variabel independen, dapat dilihat bahwa korelasi diantara variabel tersebut relatif tidak tinggi. Tidak ada korelasi yang melebihi 0,6, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas diantara variabel independen. Pengujian ini didukung dengan nilai VIF yang relatif kecil, yaitu tidak ada yang lebih besar dari 5 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1.


(54)

Tabel 5.8. Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics Model

Tolerance VIF

1 (Constant)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ,953 1,050 Pengelolaan Keuangan Daerah ,953 1,050 Sumber: Lampiran 8

Hasil pengujian korelasi dapat dilihat pada lampiran 8, sedangkan untuk melihat nilai VIF dapat dilihat pada lampiran 9.

5.4.3. Pengujian Heteroskedastisitas

Pengujian asumsi heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain terjadi kesamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut ini.


(55)

Regression Standardized Predicted Value

3 2

1 0

-1 -2

-3

Regression Studen

tized R

esidual

2

1

0

-1

-2

Scatterplot

Dependent Variable: Kinerja

Gambar 5.2. Uji Heteroskedastisitas 5.5. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model telah dapat digunakan untuk dilakukan pengujian analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD.


(56)

Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini. Tabel 5.9. Ringkasan Pengujian Hipotesis

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 2,939 1,385 2,122 ,038

SAKD ,689 ,290 ,285 2,377 ,020

1

PKD ,182 ,302 ,072 ,603 ,549

a. Dependent Variabel: KM R = 0,309 Adjusted R2 = 0,068 F = 3,484 Sig. F = 0,036 Sumber: Lampiran 9

Nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan antara independen variabel dengan dependen variabel. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai R sebesar 0,309, hal ini menunjukkan bahwa variabel pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan kinerja manajerial.

Sedangkan nilai R square (R2) atau nilai koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum R2 untuk data silang (crossection) relatif


(57)

rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi.

Jika independen variabel lebih dari satu, maka sebaiknya untuk melihat kemampuan variabel memprediksi variabel dependen, dalam penelitian ini nilai yang digunakan adalah nilai adjusted R2. Nilai adjusted R2 sebesar 0,068 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 6,8%. Dengan kata lain 6,8 % perubahan dalam kinerja manajerial mampu dijelaskan variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah sisanya sebesar 93,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung dengan tingkat signifikan 0,036. Karena probabilitas 0,036 lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD. Dari uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan maka model penelitian adalah sebagai berikut:

Kinerja = 2,939 + 0,689 SAKD + 0.182 PKD + e

Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah menunjukkan angka positif. Berarti bahwa hubungan antara variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah dengan kinerja adalah positif yaitu semakin tinggi variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah maka semakin tinggi kinerja mereka.


(58)

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap kinerja SKPD, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi t-hitung tersebut. Jika t-hitung > t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen dan nilai signifikansi dari t-hitung tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan hasil pengujian data, maka dapat dinyatakan bahwa variabel pemahaman sistem akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Hal ini dapat dilihat bahwa hitung > t-tabel (2,377 > 1,995) dengan tingkat signifikan sebesar 0,020. Sedangkan variabel pengelolaan keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja SKPD. Hal ini juga dilihat bahwa t-hitung < t-tabel (0,603 < 1,995) dengan tingkat signifikan sebesar 0,549.

5.6. Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD, sedangkan pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.

5.6.1. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Terhadap Kinerja SKPD

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.


(59)

keuangan daerah ditingkatkan maka dapat mendorong kinerja satuan kerja Pemerintah Daerah. Secara teoritis pengaruh yang relatif lemah disebabkan oleh masih rendahnya pengetahuan tentang sistem akuntansi keuangan daerah. Umumnya responden masih sulit untuk mengikuti sistem akuntansi keuangan daerah yang baru. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia, motivasi pegawai, latar pendidikan yang dimiliki dan masih ada faktor lain yang turut berpengaruh seperti teknologi informasi dan budaya. Rendahnya pemahaman tentang sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Hasil penelitian ini sependapat dengan Tuasikal (2006) bahwa pemahaman sistem akuntansi berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Daerah dan juga Tuasikal (2007) menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman sistem akuntansi berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Daerah.

Collier (1997 : 7) berpendapat bahwa akuntansi memiliki implikasi terhadap hubungan antara pemegang kekuasaan dan lingkungan organisasi, serta sistem akuntansi manajemen merupakan suatu kekuatan yang mempengaruhi strategi. Ini menandakan bahwa untuk memediasi hubungan antara pemerintah daerah dengan

stakeholder diperlukan suatu media untuk mengkomunikasikan program pemerintah. Salah satu media yang dipandang relevan dalam mengkomunikasikan dan dijadikan sebagai alat untuk mengawasi program-program pemerintah yang tercermin dalam APBD adalah sistem akuntansi daerah.

Lin (1998 : 113) menegaskan pengukuran kondisi keuangan daerah dalam bentuk pengeluaran daerah dapat menggunakan akuntansi pemerintah daerah.


(60)

Pengeluaran daerah merupakan akumulasi dari alokasi sumber daya daerah, maka diperlukan sistem untuk mengevaluasi proses alokasi tersebut. Bila dikaitkan dengan organisasi sektor publik, khususnya pemerintah daerah pemahaman yang memadai tentang sistem akuntansi keuangan daerah dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah termasuk satuan kerja.

5.6.2. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD. Kemungkinan ketidaksignifikan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD disebabkan ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu adanya kebijakan dari Kepala Daerah sehingga pengelolaan keuangan daerah tidak dikelola secara tertib, efektif, efisien dan juga kesulitan teknis dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah karena pemahaman pelaksana yang kurang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa bila pengelolaan keuangan daerah dapat dikelola berdasarkan aturan yang ditetapkan maka dapat mendorong peningkatan kinerja satuan kerja Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian Tuasikal (2006) bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Daerah dan juga Tuasikal (2007) menunjukkan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini juga tidak sependapat dengan Ririn dan Mardiasmo (2004) menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap


(61)

perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.

Mardismo (2002 : 42) menyatakan terbatasnya jumlah personel pemerintah daerah yang berlatar belakang pendidikan akuntansi menyebabkan pengelolaan keuangan daerah tidak dikelola secara tertib, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab.

Edward (1992 :13) menyatakan manajemen keuangan daerah dapat dilakukan dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari manajemen keuangan. Hal ini menandakan bahwa bila pemerintah daerah secara jelas dapat mendefinisikan atau merumuskan tujuan pengelolaan keuangan daerah, maka kebijakan tentang alokasi sumber daya daerah untuk kepentingan publik dapat tercapai. APBD memiliki potensi penyimpangan atau penyalahgunaan yang cukup tinggi, karena berkaitan dengan pengelolaan asset daerah dalam bentuk keuangan daerah. Di samping itu, anggota dewan memiliki kewenangan yang cukup luas dalam penyusunan dan penetapan APBD, sebagaimana dinyatakan dalam peraturan bahwa penyusunan maupun revisi APBD harus mendapat persetujuan dari DPRD.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 4 ayat (1) menyatakan keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah ini dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dikelola dengan baik dan


(62)

bertanggung jawab sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat. Semakin baik pengelolaan keuangan daerah maka semakin tinggi kinerja SKPD tersebut.

Melihat ketidaksignifikan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap kinerja SKPD, perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain perbaikan pertanyaan/pernyataan instrumen penelitian dan juga menambahkan variabel-variabel yang belum diteliti misalnya, memasukkan variabel komitmen organisasi, komunikasi, motivasi menjadi pegawai negeri, loyalitas pegawai, budaya organisasi dan karakteristik organisasi.


(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD. Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara simultan, pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD, dan hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian. Hasil penelitian ini sependapat dengan Tuasikal (2007) menyimpulkan bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD (Studi Kasus Kab. Maluku Tengah) dan Tuasikal (2006) bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD (Studi Kasus Kab. Maluku Tengah) .

2. Secara parsial, pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Hal ini sependapat dengan penelitian Tuasikal (2007) menyimpulkan bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD (Studi Kasus Kab. Maluku Tengah) Tuasikal


(64)

64

(2006) bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD (Studi Kasus Kab. Maluku


(65)

Tengah). Sedangkan pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD dan ini tidak sependapat dengan Tuasikal (2007) menyimpulkan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD (Studi Kasus Kab. Maluku Tengah). Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan Ririn dan Mardiasmo (2004) menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajer instansi pemerintah dan Haykal (2007) berpendapat bahwa perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.

6.2. Keterbatasan

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan:

1. Instrumen yang digunakan adalah persepsi jawaban responden, dan penelitian dilakukan melalui kuesioner yang dikirimkan. Peneliti tidak dapat mengontrol secara langsung subyek yang diteliti sehingga dimungkinkan timbul perbedaan interpretasi atas maksud dan tujuan pertanyaan.

2. Penelitian ini belum mengungkapkan seluruh variabel yang dapat mempengaruhi kinerja manjerial dan hanya memasukkan dua variabel dan sampel yang terbatas. 


(66)

6.3. Saran

Hasil penelitian ini minimal dapat memotivasi penelitian dimasa yang akan datang, untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kinerja organisasi. Dengan mempertimbangkan pada keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka penelitian yang akan datang diharapkan dapat memperbaiki keterbatasan-keterbatasan yang ada antara lain:

1. Menambah responden, tidak hanya pada Pemerintah Provinsi tetapi juga pada Pemerintah Kabupaten/Kota.

2. Seperti disebutkan dalam keterbatasan penelitian diatas, penelitian ini hanya memasukkan dua variabel penelitian yang mempengaruhi kinerja manajerial, maka penelitian yang akan datang diharapkan memasukkan variabel lain yang diduga besar pengaruhnya terhadap kinerja manajerial, seperti menambahkan variabel komitmen organisasi, pendidikan dan budaya organisasi.


(67)

52

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, N. Robert, and David W. Younget. 2003, Management Control in Nonprofit Organizations, Seven Edition. New York. McGraw-Hill Companies.

Baridwan, Zaki. 2004. Prosiding Seminar Nasional Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah. UAD Press. Yogyakarta.

Collier, M. Paul. 1997, The Power of Accounting; A Field Study of Local Financial Management in a Police Force. Aston Business Scholl Research Institute. Edwar, J. Mazur. 1992. The Vision for Improving Federal Financial Management,

The Government Accountants Journal Vol.41 No.3

Erlina, 2008, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi : 2, USU Press, Medan.

Fatma,A.Lubis; Syahputra, Adi, 2008, Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis, Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU, Medan.

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor Publik; Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Revisi, Salemba Empat. Jakarta.

Haykal, M, 2007, Analisis Peran dan Fungsi SKPD dalam Pengelolaan Keuangan Daerah serta Pengaruhnya terhadap Kinerja (Studi Kasus pada Pemkab Aceh Timur) Tesis, USU.

Hogye, Mihaly. 2002. Local Government Budgeting. Local Government and Public Service Reform Initiative.

Kimsean, Yin, Yermias dan Subarsono. 2004. Analisis Kinerja Pelayanan Publik pada Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap Kota Yogyakarta. Sosiosains. 17(3). Yogyakarta.

Lin, Wenshan, and K. K. Raman. 1998. The housing value-relevance of governmental accounting information. Journal of Accounting and Public Policy 17.

Mahmudi dan Mardiasmo. 2004. Local Government Performance Measurement In The Era Of Local Autonomy: The Case Of Sleman Regency Yogyakarta.


(68)

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. ANDI. Yogyakarta. Mahoney, Thomas A., Thomas H. Jerdee, and Stephan J. Carrol, 1963, “Development

of Managerial Performance a Research Approact,” Southwestern Publishing. Neu, Dean. 2000. Accounting and Accountability Relations: Colonization, Genocide

and Canada’s First Nations, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol.13. No.3.

Newkirk, E. Thomas. 1986. Improving Financial Information Systems in Local Government. Management Accounting.

Peterson, B. B. Stephen. 1994. Budgeting in Kenya: Praktice and Prescription, Public Budgeting & Finance. Vol.14, No.3, Fall.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuang Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Peruabahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Prawirosentono, Suryadi, 1999 Kebijakan Kinerja Karyawan Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia, BPFE, Yogyakarta.

Ririn Dwianasari dan Mardiasmo. 2004 The Effect Of Relationship Between Budgetary Participation And Decentralization Structure On Managerial Performance Of Local Government Agencies: The Role of Organizational Commitment As Intervening Variable. (Emperical Study On Municapitaly And Regencies in Yogyakarta Province). SOSIOSIAINS, 17 (4). Hal 655-674.

Stoner, James,A.F, 1996, Management, Third Edition, Prentice-Hall International,Inc., New Jersey.


(69)

Thompson, Jocelyn. 2003. Accountability and Audit. International Journal of Government Auditing. Vol.30.No.2

Tuasikal, Askam. 2006. Pengaruh Pengawasan Internal dan Eksternal, Pemahaman Sistem Akuntansi Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Implikasinya Terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja Pemerintah Daerah. Disertasi. Universitas Padjadjaran Bandung.

Tuasikal, Askam. 2007. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah, Terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Studi pada Kabupaten Maluku Tengah), Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol.08, No.01, February 2007.


(70)

Lampiran 1. Rencana Waktu Penelitian

Feb’09 Maret’09 April’09 Mei’09 Juni’09 Juli’09 No Uraian

Kegiatan II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

1 Penyusunan

Proposal

2 Kolokium 3 Pengumpulan data

4 Pengolahan data

5

Penyusunan laporan penelitian

6 Seminar hasil

7 Perbaikan seminar hasil


(71)

Lampiran 2. Kuesioner A. Demografi Responden

Nama Instansi : ………

Nama Responden : ………

Latar Pendidikan : ………

Jabatan Responden : ………

Lama Bekerja : ………

Kursus/Diklat di bidang akuntansi dan keuangan : 1. ...

2. ... 3. ... dst.

B. Kuesioner Kinerja SKPD

Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas pernyataan-pernyataan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan cara disilang (X) atau lingkaran pada angka 1 s.d 5 di ruang yang disediakan.

1. Perencanaan

Menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadualan kerja, penganggaran, merancang prosedur dan pemprograman.

Kinerja Dibawah Rata-Rata

Kinerja Rata-Rata

Kinerja Diatas Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9


(1)

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pec ted C um Pr ob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kinerja

2. Pengujian Multikolinearitas

Coefficients a

2,939 1,385 2,122 ,038

,689 ,290 ,285 2,377 ,020 ,301 ,281 ,278 ,953 ,182 ,302 ,072 ,603 ,549 ,134 ,074 ,071 ,953 (Constant)

SAKD PKD Model

1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance

Collinearity Statistics

D

a. ependent Variable: Kinerja

Correlations 1 ,219 ,071 69 69 ,219 1 ,071 69 69 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SAKD PKD SAKD PKD


(2)

Regression Standardized Predicted Value

3 2

1 0

-1 -2

-3

Regre

ssion Studentized Re

sidual

2

1

0

-1

-2

Scatterplot

Dependent Variable: Kinerja 3. Pengujian Heterokedastisitas


(3)

Lampiran 9 Pengujian Hipotesis

Variables Entered/Removedb

PKD,a

SAKD . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requeste

a. d variables entered.

Dependent Variable: Kinerja b.

Model Summary b

,309a ,095 ,068 1,08055

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), PKD, SAKD

a.

Dependent Variable: Kinerja b.

ANOVAb

8,135 2 4,067 3,484 ,036

a

77,061 66 1,168

85,196 68

Regression

Residual

Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PKD, SAKD a.

Dependent Variable: Kinerja


(4)

Coefficientsa

2,939 1,385 2,122 ,038

,689 ,290 ,285 2,377 ,020 ,301 ,281 ,278 ,953 1,050

,182 ,302 ,072 ,603 ,549 ,134 ,074 ,071 ,953 1,050 (Constant)

SAKD PKD Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta

Standardized Coefficients

t Sig. Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance VI F Collinearity Statistics

D

a. ependent Variable: Kinerja

Collinearity Diagnosticsa

2,982 1,000 ,00 ,00 ,00

,013 15,419 ,04 ,89 ,29

,006 23,046 ,96 ,11 ,71

Dimension 1

2 3 Model 1

Eigenvalue Condition

Index (Constant) SAKD PKD

Variance Proportions

Dependent Variable: Kinerja a.


(5)

Lampiran 10: Tabel t dan r product moment dengan signifikansi 5 %

df Tabel t one tail Tabel t two tail Tabel r one tail Tabel r two tail

1 6.3138 12.7062 0.9877 0.9969

2 2.9200 4.3027 0.9000 0.9500

3 2.3534 3.1824 0.8054 0.8783

4 2.1318 2.7764 0.7293 0.8114

5 2.0150 2.5706 0.6694 0.7545

6 1.9432 2.4469 0.6215 0.7067

7 1.8946 2.3646 0.5822 0.6664

8 1.8595 2.3060 0.5494 0.6319

9 1.8331 2.2622 0.5214 0.6021

10 1.8125 2.2281 0.4973 0.5760

11 1.7959 2.2010 0.4762 0.5529

12 1.7823 2.1788 0.4575 0.5324

13 1.7709 2.1604 0.4409 0.5140

14 1.7613 2.1448 0.4259 0.4973

15 1.7531 2.1314 0.4124 0.4821

16 1.7459 2.1199 0.4000 0.4683

17 1.7396 2.1098 0.3887 0.4555

18 1.7341 2.1009 0.3783 0.4438

19 1.7291 2.0930 0.3678 0.4329

20 1.7247 2.0860 0.3598 0.4227

21 1.7207 2.0796 0.3515 0.4413

22 1.7171 2.0739 0.3438 0.4044

23 1.7139 2.0687 0.3365 0.3961

24 1.7109 2.0639 0.3297 0.3882

25 1.7081 2.0595 0.3233 0.3809

26 1.7056 2.0555 0.3172 0.3739

27 1.7033 2.0518 0.3115 0.3673

28 1.7011 2.0484 0.3061 0.3610

29 1.6991 2.0452 0.3009 0.3550

30 1.6973 2.0423 0.2960 0.3494


(6)

35 1.6896 2.0301 0.2746 0.3246

36 1.6883 2.0281 0.2709 0.3202

37 1.6871 2.0262 0.2673 0.3160

38 1.6860 2.0244 0.2638 0.3120

39 1.6849 2.0227 0.2605 0.3081

40 1.6839 2.0211 0.2573 0.3044

41 1.6829 2.0195 0.2542 0.3006

42 1.6820 2.0181 0.2512 0.2973

43 1.6811 2.0167 0.2483 0.2940

44 1.6802 2.0154 0.2455 0.2907

45 1.6794 2.0141 0.2429 0.2876

46 1.6787 2.0129 0.2403 0.2845

47 1.6779 2.0117 0.2377 0.2816

48 1.6772 2.0106 0.2353 0.2783

49 1.6766 2.0096 0.2329 0.2759

50 1.6759 2.0086 0.2306 0.2732

51 1.6753 2.0076 0.2284 0.2706

52 1.6747 2.0066 0.2262 0.2681

53 1.6741 2.0057 0.2241 0.2656

54 1.6736 2.0049 0.2221 0.2632

55 1.6730 2.0040 0.2201 0.2609

56 1.6725 2.0032 0.2181 0.2586

57 1.6720 2.0025 0.2162 0.2564

58 1.6716 2.0017 0.2144 0.2542

59 1.6711 2.0010 0.2123 0.2521

60 1.6706 2.0003 0.2108 0.2500

61 1.6702 1.9996 0.2091 0.2480

62 1.6698 1.9990 0.2075 0.2461

63 1.6694 1.9983 0.2058 0.2441

64 1.6690 1.9977 0.2042 0.2423


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

20 180 71

Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Penatausahaan Keuangan Daerah dan Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau

13 150 102

ANALISIS PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA SKPD PEMERINTAH KOTA MEDAN.

0 3 26

PENGARUH PENGAWASAN, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 1 11

PENGARUH PENGAWASAN, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 5 16

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN ASET TETAP DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA.

5 19 73

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN ACEH TENGGARA

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

0 1 10

KATA PENGANTAR - Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13