13
moral action tentang nilai-nilai karakter dari sekolah sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
4. Fungsi Pendidikan Karakter
Fungsi pendidikan karakter menurut Kementrian Pendidikan Nasional diantaranya adalah:
1 Untuk mengembangkan potensi dari peserta didik untuk menjadi
pribadi yang berperilaku baik. Dengan adanya pendidikan karakter, akan menciptakan generasi bangsa yang memiliki sikap dan perilaku
yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. 2
Untuk memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih
bermartabat. 3
Untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
5. Penanaman Nilai di Sekolah
Sastrapratedja Kesuma, 2007 mengemukakan bahwa pendidikan karakter harus melibatkan proyek pendidikan nilai. Dalam proses ini
pendidikan memiliki tanggung jawab agar anak didik mampu melihat implikasi etis berbagai macam perubahan dalam masyarakat yang berasal
dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, mampu mengembangkan nilai-nilai dalam dirinya, mampu mengambil keputusan berdasarkan
pemahaman yang jernih tentang nilai-nilai tersebut.
14
Pendidikan nilai menurut Mulyana 2004:119 adalah pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari kebenaran, kebaikan,
dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Pendidikan nilai dimaksudkan
untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam
kehidupan. Kosasih 2012: 16 menambahkan pendidikan nilai menghasilkan
sumber daya manusia yang utuh, menyeluruh, sehat, purnawan, dan terintegrasi. Pribadi yang dibentuk oleh pendidikan nilai tetap mampu
memenuhi tuntutan sektor ekonomi, tanpa harus kehilangan keutuhannya sebagai seorang manusia. Justru dalam masa-masa krisis multidimensional
yang sedang dialami bangsa Indonesia inilah pendidikan nilai amat berperan. Penanaman dan pengembangan nilai merupakan suatu dimensi
dari seluruh usaha pendidikan yang tidak hanya terfokus pada pengembangan ilmu, keterampilan, teknologi, tetapi juga pengembangan
aspek-aspek lainnya, seperti kepribadian, etik-moral, dan yang lain Maksudin. 2013: 143.
Antara nilai dan karakter memang memiliki kaitan erat namun keduanya dapat dibedakan. Hasan 2012: 84 mengutip dari buku Puskur
dengan judul Pedoman Pengembangan Budaya dan Karakter memaknai karakter sebagai
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan virtues yang diyakininya
15
dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral,
dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat kepada orang lain, dan sebagainya. Interaksi seseorang dengan orang
lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Sekolah pada hakekatnya mempunyai peranan yang cukup penting
dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak yang menjunjung tinggi nilai-nilai universal dalam kehidupan. Sekolah juga
mempunyai peranan yang cukup penting untuk memberikan pemahaman dan benteng pertahanan kepada anak agar terhindar dari jeratan negatif
media informasi. Oleh karena itu sebagai antisipasi terhadap dampak negatif media informasi tersebut, sekolah selain memberikan bekal ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni IPTEKS, serta ketrampilan berfikir kreatif, juga harus mampu membentuk manusia Indonesia yang
berkepribadian, bermoral, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berbekal penguasaan IPTEKS dan ketrampilan berpikir saja tidak cukup dalam menghadapi serangan negatif media informasi di era
globalisasi ini. Menurut Sukiman 2002 selain dua bekal di atas diperlukan juga suatu integritas moral yang tangguh sebagai suatu
kepribadian yang sejalan dengan tuntutan era globalisasi, yaitu orang yang memiliki rasa tanggung jawab, mempunyai harga diri, pandai bergaul, bisa
mengatur diri sendiri berdisiplin, jujur, menjunjung nilai keadilan dan kebenaran, dan sebagainya.
16
Sedang ditinjau dari pendekatan penanaman nilai, ada beberapa pendekatan penanaman nilai yang dapat digunakan guru dalam proses
pembelajaran, antara lain yaitu pendekatan: pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional, fungsional, dan keteladanan Ramayulis, 2004.
Pertama, pendekatan
pengalaman. Pendekatan
pengalaman merupakan proses penanaman nilai-nilai kepada siswa melalui pemberian
pengalaman langsung. Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman spiritual baik secara individual maupun
kelompok. Kedua, pendekatan pembiasaan. Pendekatan pembiasaan adalah
suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan
pembiasaan pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan konsep ajaran nilai-nilai universal, baik secara
individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, pendekatan emosional. Pendekatan emosional adalah upaya
untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini konsep ajaran nilai-nilai universal serta dapat merasakan mana yang baik dan
mana yang buruk. Keempat, pendekatan rasional. Pendekatan rasional merupakan suatu
pendekatan mempergunakan rasio akal dalam memahami dan menerima kebenaran nilai-nilai universal yang di ajarkan.
17
Kelima, pendekatan fungsional. Pengertian fungsional adalah usaha menanamkan nilai-nilai yang menekankan kepada segi kemanfaatan bagi
siswa dalam
kehidupan sehari-hari,
sesuai dengan
tingkatan perkembangannya.
Keenam, pendekatan keteladanan. Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan
kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan sikap dan perilaku yang
menjunjung tinggi nilai-nilai universal, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
6. Nilai dalam Pendidikan Karakter di Sekolah