8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Amirin dkk., 2010:2
mengartikan pendidikan adalah penyampaian pengetahuan, nilai, dan kecakapan pendidik orang yang mendidik kepada pedidik orang yang
dididik. Sedangkan Ki Hadjar Dewantara dalam Abu Muhammad dan Nur Ukhbiyati, 1991:69 mendefinisikan pendidikan sebagai tuntunan
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka kelak menjadi manusia dan anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Syamsul Kurniawan 2013: 27-28 menyimpulkan arti pendidikan sebagai usaha menumbuhkan kepribadian
serta menanamkan rasa tanggung jawab sehingga pendidikan terhadap diri manusia adalah laksana makanan yang berfungsi memberi kekuatan,
kesehatan, dan pertumbuhan, untuk mempersiapkan generasi yang
9
menjalankan kehidupan guna memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efesien.
Sementara itu, istilah karakter yang dalam bahasa Inggris character, berasal dari istilah Yunani, character dari kata charassein yang berarti
membuat tajam atau membuat dalam. Ki Hadjar Dewantara dalam Zainal Aqib 2013: 64 mengartikan karakter atau watak sebagai paduan segala
tabiat manusia yang besifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan orang yang lainnya.
Karakter juga dapat berarti mengukir. Sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Oleh karena itu Wardani dalam
Syamsul Kurniawan 2013:28 menyatakan bahwa karakter adalah ciri khas seseorang dan karakter tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial
budaya karena karakter terbentuk dalam lingkungan sosial budaya tertentu. Jadi pembentukan karakter dapat dilakukan melalui pendidikan di sekolah.
Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa
yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
10
Pendidikan karakter juga bukan sekedar mengajarkan mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan habituation tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham kognitif tentang mana yang benar
dan mana yang salah, mampu merasakan afektif nilai yang baik dan biasa melakukannya psikomotor. Dengan kata lain, pendidikan karakter
yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik moral knowing, akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving
good moral feeling, dan perilaku yang baik moral action. Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus menerus
dipraktekkan dan dilakukan. Berdasarkan teori di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan
karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
2. Dasar Pendidikan Karakter