13
karet di Sultra seluas 140.457 ha 39,96. Sedangkan untuk daerah yang tidak bisa
dijadikan usaha ekstensifikasi tanaman karet di Sultra berdasarkan potensi pengembangannya
seluas 1.298.327 ha atau 36,93. Daerah ini meliputi; Sebagian besar daerah Kendari
dengan luas 493.162 ha, sebagian daerah kolaka 323.964 ha, sebagian Kolaka utara
166.038 ha dan sebagian Bombana dengan luas 162.747 ha.
Berdasarkan hasil
penelitian, kecenderungan pengembangan tanaman karet
di daerah Sultra sangat kecil, tetapi berdasarkan data kesesuaian iklim suhu udara
dan curah hujan dan kesesuian tanah drainase, lereng dan bahaya erosi yang di hubungkan
dengan faktor kegunaanpenutupan lahan maka daerah Sultra mempunyai potensi untuk
dijadikan
daerah ekstensifikasi
pembudidayaan.
Gambar 4.9. Peta PenutupanPenggunaan Lahan di Sultra
Tabel 4.5. Luas Potensi Pengembangan Tanaman Karet Berdasarkan Kesesuaian Agroklimat
dan PenutupanPenggunaan Lahan di Sultra.
Kelas Luas ha S1
42.009 1,18 S2
850.914 23,88 S3
1.226.489 40,52 N
1.230.584 34,42 Total
3.581.131
Gambar 4.10. Peta Potensi Pengembangan Tanaman Karet di Sultra
14
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan
Pengembangan wilayah potensi tanaman karet harus memiliki kesesuaian iklim dengan
curah hujan 2500 mmtahun, suhu rata-rata 25- 28
o
C dan kesesuaian tanah dengan drainase baik, tekstur halus dan bentuk lereng yang
datar. Berdasarkan data kesesuaian iklim dan
kesesuian tanah
agroklimat yang
di hubungkan dengan faktor kegunaanpenutupan
lahan maka daerah Sulawesi
Tenggara mempunyai potensi yang sangat kecil untuk
dijadikan daerah
ekstensifikasi pembudidayaan.
Berdasarkan hasil
analisis spasial
wilayah. Sulawesi Tenggara memiliki sedikit potensi pengembangan tanaman karet, dengan
luas daerah yang bisa dijadikan usaha ekstensifikasi sebesar 812.489 ha atau 23,11
dari luas wilayah Sulawesi Tenggara. Daerah ini meliputi; sebagian daerah Buton, Kendari,
Kolaka, dan Muna. Daerah yang kurang potensial untuk dijadikan usaha ekstensifikasi
tanaman karet di Sulawesi Tenggara seluas 140.457 ha atau 39,96. Daerah ini meliputi;
sebagian daerah Kolaka, Kolaka Utara, Kendari dan Muna dan hampir seluruh
wilayan Bombana. Sedangkan daerah yang tidak bisa dijadikan ekstentifikasi tanaman
karet, meliputi; sebagian daerah Kendari, sebagian daerah Kolaka, sebagian daerah
Kolaka Utara dan sebagian Bombana dengan luas potensi sebesar 1.298.327 ha atau 36,93.
Luasan wilayah yang didapat masih berupa luasan potensial, bukanlah aktual.
Luasan sebenarnya di lapang bisa menjadi sangat sedikit, karena wilayah tersebut sudah
digunakan untuk sektor lain seperti sawah, pemukiman, perkebunan, dan lain sebagainya,
sehingga lahan tersebut sulit untuk dikonversi menjadi lahan penanaman karet.
5. 2. Saran
Dalam penelitian ini perlu dikaji ulang
dan memperhatikan faktor-faktor lain, seperti: nilai ekonomi, sosial, politik, budaya dan
kebijakan pemerintah, agar pengembangan tanaman karet bisa diterapkan pada daerah
yang berpotensial.
Dalam menganalisis
kesesuaian agroklimat untuk tanaman karet ini sebaiknya
menggunakan faktor pembatas yang lebih banyak dan variatif, sehingga hasil analisanya
pun akan lebih akurat. Penelitian
mengenai pewilayahan
kesesuaian tanaman
karet masih
bisa dilanjutkan ke daerah-daerah yang lebih
potensial dengan karakteristik agroklimat yang cocok atau sesuai untuk dikembangkan
tanaman karet. Pemerintah dan pihak swasta sangat
diharapkan bekerjasama
dengan masyarakat khususnya petani dalam hal pola
tanam seperti pada komoditi lainnya sehingga dapat meningkatkan produksi nasional.