PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Special thanks untuk Boss Andri 37 yang banyak memberikan kontribusi berupa materil dan

11 peranan yang sangat penting untuk tanaman karet, karena bagaimanapun baik dan sesuainya iklim disuatu tempat tanpa ditunjang oleh kondisi tanah yang sesuai, maka akan mengalami banyak kegagalan dalam membudidayakan tanaman yang di inginkan. Kondisi tanah yang sesuai dengan pertumbuhan karet dalam penenlitian ini diperoleh dari Peta Tanah Eksplorasi Puslitanak dengan skala 1:1000.000. Dari klasifikasi tanah untuk satuan peta tanah SPT bisa diturunkan nama ordo jenis tanah tersebut. Dari ordo tanah itu bisa di peroleh informasi gambaran secara umum mengenai karakterisktik sifat fisik tahan yang diamati. Persyaratan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan karet adalah berdrainase cukup baik, dengan tekstur agak halus dengan lereng 8 dan bahaya erosi rendah. Kemiringan tanah lereng erat kaitannya dengan bahaya erosi, makin curam lereng tersebut semakin tinggi pula bahaya erosi yang di timbulkan. Persyaratan kondisi tanah untuk kelas kesesuaian ditunjukkan pada Lampiran 1 . Berdasarkan Gambar 4.7 kesesuaian tanah untuk tanaman karet di Sultra bervariasi. Tingkat kesesuaiannya tanah yang baik untuk tanaman karet sekitar 50 lebih. Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan kelas tanah sangat sesuai S1 adalah 25,04 atau 966.688 ha tanah, kelas sesuai S2 26,97 atau 966.682 ha, kelas sesuai bersyarat S3 23,69 atau 849.037 ha, sedangkan tanah yang tidak sesuai seluas 870.596 ha atau sekitar 24,29 dari luas kesesuaian tanah di Sultra. Tabel 4.2. Luas Potensi Pengembangan Tanaman Karet Berdasarkan Kesesuaian Tanah di Sultra. Kelas Luas S1 897.317 25,04 S2 966.682 26,97 S3 849.037 23,69 N 870.594 24,29 Total 3.583.630 Gambar 4.7. Peta Kesesuaian Tanah untuk Tanaman Karet di Sultra 4.4. Kesesuaian Agroklimat Tanaman Karet di Propinsi Sultra. Kesesuaian iklim dan tanah sangat berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam menentukan kesuburan dan produksi suatu varietas tanaman, hal ini erat kaitannya reaksi tanaman terhadap lingkungannya. Tanaman akan merespon positif lingkungan iklim dan tanah yang sesuai dengan syarat pertumbuhannya. Interaksi kedua unsur iklim dan tanah tersebut merupakan penentu, karena apabila suatu daerah yang memiliki kondisi iklim sesuai tetapi tidak dibarengi dengan kondisi tanah yang sesuai maka kondisi tersebut tidak bisa dikatakan sesuai untuk suatu tanaman Ansari,2002. Berdasarkan hasil overlay tumpang susun antara kesesuaian iklim dan kesesuaian tanah di Sultra diperoleh hasil analisis spasial yang berupa peta kesesuaian agroklimat untuk tanaman karet Gambar 4.8. 12 Gambar 4.8. Peta Kesesuaian Agroklimat untuk Tanaman Karet di Sultra Tabel 4.3. Luas Potensi Pengembangan Tanaman Karet Berdasarkan Kesesuaian Agroklimat di Sultra. Kelas Luas S1 420.09 1,18 S2 850.914 23,88 S3 1.226.489 40,52 N 1.230.584 34,42 Total 3.581.131 Informasi yang didapatkan dari hasil analisis kesesuaian agroklimat di Sultra Tabel 4.3 adalah sebagai berikut; kelas S1 sangat sesuai untuk kesesuaian agroklimat tanaman karet di Sultra adalah paling sempit, dengan luasan 42.009 ha atau 1,18. Hal ini menunjukkan bahwa Sultra merupakan bukan daerah utama untuk dijadikan sentra produksi tanaman karet. Untuk kelas S2 sesuai mempunyai luasan 850.914 ha atau 23,88 . Kelas kesesuaian bersyarat S3 adalah yang terluas dengan luas daerah mencakup 40,52 atau 1.443.751 ha. Sedangkan daerah yang tidak sesuai untuk pengembangan karet berdasarkan agroklimat seluas 1.226.489 ha atau 34,42 dari total kesesuaian agroklimat. Daerah terluas yang paling sesuai S1 berdasarkan agroklimat untuk tanaman karet di Sultra meliputi; bagian barat Kolaka dengan luas 13.470 ha, bagian tenggara Kendari 11.086 ha dan bagian barat Kolaka utara dengan luas 8.878 ha. Hal ini di karenakan daerah-daerah tersebut mempunyai bentuk lereng datar dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 200 mdpl. Suhu udara dan curah hujan yang meliputi daerah diatas juga cocok untuk pengembangan tanaman karet, dengan suhu udara rataan berkisar antara 25-27 o C dan curah hujan rata- rata 2500 mmtahun. Daerah yang tidak sesuai dalam hal ini termasuk kedalam kesesuainan kelas lahan S3 meliputi; bagian selatan Bombana dengan luas 160.505 ha, sebagian wilayah Kendari 452.342 ha dan bagian selatan Kolaka utara dengan luas 163.614 ha. Daerah-daerah ini merupakan pegunungan, lereng curam, ketinggian diatas 600 mdpl. Meskipun curah hujan di Kendari dan Kolaka utara mempunyai curah hujan yang cukup untuk syarat pertumbuhan tanaman karet, namun suhu udara masih dibawah syarat tumbuh 22 o C. Sedang di Bombana curah hujan dibawah 1500 mmtahun, suhu dibawah 25 o C.

4.5. Potensi Pengembangan Tanaman Karet di Propinsi Sultra.

Pemetaan Potensi pengembangan agroklimat iklim dan tanah harus di tunjang oleh keadaan aktual penutupanpenggunaan lahan pada daerah yang di kaji,nilai potensi pengembangan yang telah di perhitungkan cocoksesuai pada kondisi aktual pengguanaan lahan, sehingga bisa diterapkan hasil tersbut di lapang. Pengetahuan penggunaan lahan bertujuan agar mendapatkan nilai ekonomis untuk usaha ekstensifikasi. Lahan-lahan yang bernilai ekonomis untuk dijadikan wilayah ekstensifikasi, yaitu; hutan primer, pertanian, hutan daratan rendah, dan perkebunan. Sedangkan lahan kering, tambak, sawah, gambut, hutan lindung dan waduk tidak bisa dikonvesi untuk ekstensifikasi lahan. Berdasarkan data pada Lampiran 2 dan Gambar 4.9, penutupan lahan Sultra dominan oleh Hutan Primer 58,24 dari total penutupan dan Semak Belukar 17,83 dari total penutupan. Dari data tersebut Sultra bisa sesuaicocok dijadikan tempat ekstensifikasi tanaman karet yang bernilai ekonomis. Daerah di Sultra yang berpotensi besar untuk usaha ekstensifikasi perkebunan karet yang baik dari faktor agroklimat dan penggunaan lahannya adalah sebagian daerah Buton dengan luas 119.762 ha, sebagian daerah Kendari 307.177 ha, sebagian daerah Kolaka 122.063 ha, dan sebagian daerah Muna 183.518 ha. Dengan luas potensi yang berkategori baik untuk pengembangan ekstentifikasi tanaman karet seluas 812.489 ha atau 23,11. Daerah yang kurang potensial untuk dijadikan usaha ekstensifikasi tanaman

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 64 58

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola Berk & Curt.) di Lapangan

0 34 64

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Intersepsi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) (Studi Kasus Di Desa Huta II Tumorang, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

2 56 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 65 57