Instrumen Angket Penggolongan Tipe Kepribadian Instrumen Tes Komunikasi Matematis

garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Moleong 2013: 191 menambahkan bahwa pertanyaan dalam wawancara tak terstruktur biasanya tidak disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden. Instrumen pedoman wawancara ini selanjutnya divalidasi oleh ahli yang terdiri atas dua orang. Yang dimaksud ahli dalam hal ini adalah dosen pendidikan matematika selaku dosen pembimbing peneliti. Dipilihnya dosen karena dosen dipandang sebagai pakar dan praktisi yang telah ahli dan berpengalaman dalam mengembangkan instrumen penelitian. Validasi instrumen pedoman wawancara diarahkan pada kejelasan butir pertanyaan dan apakah pertanyaan sudah mengungkap kemampuan komunikasi matematis peserta didik.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini ialah peneliti sendiri sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data, dibantu oleh instrumen pendukung yaitu: 1 instrumen angket penggolongan tipe kepribadian, 2 instrumen tes komunikasi matematis, dan 3 pedoman wawancara.

3.5.1 Instrumen Angket Penggolongan Tipe Kepribadian

Instrumen angket penggolongan tipe kepribadian peserta didik dalam penelitian ini untuk menggolongkan tipe kepribadian peserta didik menurut penggolongan Keirsey. Instrumen ini diambil dari buku Please Understand Me II karangan Keirsey. Karena instrumen asli dalam bahasa Inggris, maka harus diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia untuk menghindarkan salah tafsir dalam bahasa. Bahasa yang digunakan juga harus ringan dan mudah dicerna mengingat subjek adalah peserta didik kelas VII. Setelah instrumen diterjemahkan, selanjutnya divalidasi oleh ahli. Ahli dalam hal ini adalah dosen psikologi. Pemilihan dosen psikologi sebagai validator penggolongan tipe kepribadian karena penggolongan tipe kepribadian terkait dengan psikologi. Validasi instrumen penggolongan tipe kepribadian diarahkan pada kesesuaian bahasa dan isi dari pernyataan.

3.5.2 Instrumen Tes Komunikasi Matematis

Instrumen tes komunikasi matematis yang berupa tes uraian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan komunikasi matematis tertulis peserta didik. Tes dilaksanakan setelah pembelajaran matematika dengan menggunakan model 4K untuk melihat kemampuan komunikasi matematis peserta didik. Ruang lingkup tes ini berupa materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran yaitu refleksi dan translasi. Penyusunan kisi-kisi tes disesuaikan dengan Kompetensi Dasar dan kriteria kemampuan komunikasi matematis. Setelah perangkat instrumen tersusun, kemudian diujicobakan terlebih dahulu pada kelompok uji coba yaitu kelompok di luar kelompok subjek penelitian. Dengan soal yang sama dan tenggang waktu yang cukup untuk diuji apakah butir-butir soal tersebut valid dan dapat digunakan. Setelah dilakukan uji coba, dilakukan analisis terhadap validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda butir soal. Soal yang diberikan pada kelas subjek adalah soal-soal yang telah diperbaiki dengan melihat hasil uji coba sebelumnya. 1. Analisis Validitas Soal Validitas suatu instrumen menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Pada penelitian ini, validitas soal yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Validitas Isi Sebuah tes memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan Arikunto, 2009: 67. Validitas isi instrumen tes dalam penelitian ini ditetapkan menurut analisis rasional terhadap isi tes, yang penilaiannya didasarkan atas pertimbangan subjektif individual oleh seorang yang ahli di bidangnya. Yang disebut ahli dalam penelitian ini adalah guru dan dosen pembimbing. b. Validitas Butir Pada validitas butir, sebuah butir soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk mengujinya digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar Arikunto, 2009: 72, yaitu: ∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } dengan : koefisien korelasi antara variabel dan variabel , : banyaknya peserta tes, : skor uji coba, dan : jumlah skor total. Koefisien korelasi selalu terdapat pada interval Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukkan hubungan kesejajaran. Kriteria menurut Arikunto 2009: 75 adalah suatu instrumen valid jika positif dan . Karena peserta uji coba terdiri dari 29 anak, dengan taraf signifikan 5, maka digunakan . 2. Analisis Reliabilitas Soal Menurut Sugiyono 2013: 173, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan internal consistency reliability, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan metode tertentu. Dalam penelitian ini digunakan instrumen tes berbentuk uraian. Oleh sebab itu, pengujian reliabilitas yang dilakukan adalah pengujian reliabilitas untuk instrumen skor non diskrit dengan menggunakan rumus Alpha. Rumus Alpha Arikunto, 2009: 109 adalah: ∑ dimana : reliabelitas yang dicari, ∑ : jumlah varians skor tiap-tiap item, dan : varians total. Untuk mengetahui apakah instrumen reliabel atau tidak, selanjutnya adalah mengonsultasikan dengan harga kritik atau standar reliabilitas. Harga kritik untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Hal tersebut didasarkan oleh Kaplan dalam Widoyoko 2012: 165 yang mengemukakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang- kurangnya 0,7. 3. Analisis Taraf Kesukaran Nitko dalam Reynolds et al. 2009: 152 mengemukakan bahwa rumus yang digunakan untuk menghitung taraf kesukaran adalah sebagai berikut. ̅ � � dimana : indeks kesukaran, dan ̅ : rata-rata skor item. dengan pengklasifikasiannya Arikunto, 2009: 210 disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Kriteria Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Kriteria Soal sukar Soal sedang Soal mudah 4. Daya Pembeda Menurut Arikunto 2009: 211 daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang bodoh berkemampuan rendah. Adapun menurut Nitko dalam Reynolds et al. 2009: 152 rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah: ̅ � � ̅ � � � � dengan pengklasifikasiannya menurut Arikunto 2009: 218 disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Kriteria Indeks Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda Kriteria Jelek Cukup Baik Baik sekali Jelek sekali soal tidak dipakai

3.5.3 Instrumen Pedoman Wawancara

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

1 5 56

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS BERDASARKAN SELF ESTEEM SISWA KELAS VII PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING

2 33 404

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TAPPS STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VIII MATERI LINGKARAN

11 50 293

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN MELALUI PEMBELAJARAN MODEL 4K DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII

9 49 262

Pengaruh Model Pembelajaran Metaphorical Thinking terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

26 115 201

(ABSTRAK) KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP TAKHASUS AL-QUR’AN KALIBEBER WONOSOBO KELAS VII TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 0 2

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS IS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN SISWA.

0 0 18

Peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik melalui metode inkuiri model Alberta

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS ELPSA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 2 PURBOLINGGO TAHUN AJARAN 2017/2018 Skripsi - Raden Intan Repository

0 1 114