1. Dalam membuat keputusan sehari-hari ia menggunakan konsep- konsep IPA, keterampilan proses serta nilai-nilai IPA
2. Mengerti dan memahami bagaimana masyarakat memengaruhi IPA dan teknologi dan sebaliknya
3. Menyadari baik manfaat maupun keterbatasan IPA dan teknologi dalam meningkatkan kesejahteraan manusia
4. Mengetahui serta dapat memanfaatkan konsep, hipotesis, serta teori- teori IPA
5. Menghargai IPA dan teknologi untuk merangsang kemampuan intelektual
6. Mengerti bahwa generasi IPA dan teknologi bergantung pada pe- ngembangan dan penelitian
7. Dapat membedakan antara bukti-bukti ilmiah dan pendapat pribadi 8. Mengenal asal-usul IPA dan mengerti bahwa pengetahuan ilmiah itu
bersifat sementara dan akan berubah bilamana bukti-bukti yang baru mulai terkumpul
9. Mengerti akan penerapan teknologi dan keputusan yang dibuat untuk mempergunakan teknologi
10. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup sehingga dapat menghargai manfaat penelitian dan pengembangan teknologi
11. Mempunyai pandangan yag lebih luas dan dalam tentang dunia dimana ia hidup berkat pendidikan IPA yang diperolehnya
12. Mengenal sumber-sumber IPA dan teknologi yang dapat dipercaya dan menggunakannya dalam proses membuat keputusan.
Salah satu program assesment yang mengukur literasi sains adalah PISA. Program For International Student Assesmen PISA adalah studi literasi
yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan peserta didik usia 15 tahun kelas III SMP dan kelas I SMA dalam membaca rea-
ding literacy, matematika mathematic literacy, dan sains scientific lite- racy. Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode yaitu pada
2000, 2003, 2006, dan 2009 Toharudin, Rustaman, dan Hendrawati, 2011: 15.
PISA dalam Depdiknas, 2007: 12 menetapkan 3 dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya sebagai berikut:
1. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika men- jawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, mengidentifikasi
dan menginterpretasikan bukti serta menerangkan kesimpulan. 2. Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang diperlukan un-
tuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terha- dap alam melalui aktifitas manusia.
3. Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains. Da-
lam kaitan ini PISA membagi bidang aplikasi sains kedalam 3 kelom- pok yakni kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan, serta
teknologi.
Berdasarkan PISA terbaru yaitu PISA tahun 2015 dalam OECD, 2015: 4- 5 menyebutkan ada tiga kompetensi yang diuji yaitu:
1. Menjelaskan fenomena ilmiah terdiri dari kemampuan untuk meng- ingat kembali dan mengaplikasikan pengetahuan ilmiah dengan tepat,
mengidentifikasi, menggunakan, dan menghasilkan model penjelasan, prediksi dan hipotesis.
2. Mengevaluasi dan mendesain inquiri ilmiah terdiri dari mengidentifi- kasi, membedakan, mengevaluasi atas pertanyaan yang dibahas dalam
sebuah penelitian ilmiah, serta memastikan keandalan data dan objek- tivitas serta penjelasan secara umum.
3. Kemampuan untuk, mengubah data dari satu representasi kerepresen- tasi lainnya, menganalisa, menginterpretasikan, dan mengidentifikasi
data dan dugaan serta memberi kesimpulan dengan tepat, fakta-fakta dan alasan dalam tes ilmiah yang berkaitan, mengevaluasi argumen
dan fakta-fakta yang bersifat ilmiah dari sumber lain misalkan dari koran, internet dan jurnal.
Kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan kompetensi yang telah di- uraikan sebelumnya tergantung pada tipe kemampuan ilmiah yaitu terdiri
dari isi pengetahuan, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan epistemis. Isi pengetahuan merupakan pengetahuan dari sains itu sendiri. Pengetahu-
an prosedural merupakan pengetahuan perbedaan metode dan praktek yang digunakan untuk membangun pengetahuan ilmiah yang baik sesuai dengan
standar prosedur. Pengetahuan epistemik merupakan pengetahuan bagai-
mana keyakinan kita terhadap sains dalam membenarkan hasil dari praktek yang bersifat sains OECD, 2015: 5.
C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Literasi Sains Siswa
Selain daripada model pembelajaran yang dapat mendukung terciptanya literasi sains siswa, ada beberapa faktor-faktor yang terlibat dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa pun menjadi baik dan literasi sains dapat tercapai. Salah satu faktor tersebut adalah motivasi belajar
siswa. Pernyataan ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamdu dan Agustina 2011: 85, terdapat pengaruh yang signifikan antara
motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti jika siswa memiliki motivasi belajar yang baik maka prestasi belajarnya pun akan
baik. Sebaliknya jika siswa memiliki motivasi yang buruk dalam belajar maka prestasi belajar pun akan rendah.
Berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi literasi sains siswa, menurut Slameto 2013: 54, ada beberapa hal yang memengaruhi se-
orang anak untuk belajar sehingga memengaruhi tingkat literasi sains meliputi faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor intern meliputi minat, motif, dan kesiapan anak untuk belajar. a. Minat merupakan kecenderungan untuk memperhatikan dan me-
ngenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tersebut tidak akan belajar dengan baik karena tidak ada daya tarik baginya.
b. Motif erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. c. Kesiapan siswa untuk belajar akan timbul dari dalam diri siswa itu
sendiri dan juga berhubungan dengan kesiapan dan kesediaan un- tuk memberikan respon karena jika dalam siswa belajar sudah ada
kesiapan dalam dirinya maka hasil belajarnya pun akan baik.
2. Faktor ekstern meliputi metode mengajar dan kurikulum. a. Metode mengajar guru yang kurang baik akan memengaruhi pro-
ses belajar siswa menjadi kurang baik pula. b. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik terha-
dap belajar siswa. Kurikulum yang tidak baik misalkan kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan
bakat, minat dan perhatian siswa akan menyebabkan anak menjadi malas untuk belajar.
c. Tugas rumah. Guru diharapkan tidak terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah sehingga siswa tidak mem-
punyai waktu untuk mengerjakan kegiatan yang lain.
Faktor yang selanjutnya dapat memengaruhi pencapaian literasi sains ada- lah profesionalisme guru. Menurut Hasrudin 2001: 37-38 guru IPA saat
ini masih banyak yang belum memenuhi persyaratan sebagai guru profe- sional. Meskipun sudah berusaha ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan
pengembangan profesionalisme, namun karena status sebagai guru kurang mendapat perhatian dan penghargaan dari masyarakat membuat guru
banyak yang kurang bergairah untuk melakukan tugasnya secara
inovatif dan kreatif sehingga berpengaruh terhadap guru IPA dalam meningkatkan profesionalitasnya. Maka dari itu, guru diharapkan tidak
hanya sebatas melakukan profesinya saja melainkan harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dan melakukan perbaikan
dari segi kualitas, in-telektual maupun kompetensi lainnya demi mencapai prestasi belajar yang baik.
Berkaitan dengan peran guru dalam pembelajaran IPA, Hudson dalam Mariana dan Praginda, 2009: 9 menyatakan bahwa tidak hanya sekedar
untuk mengaktifkan peserta didik saja tetapi guru juga menjadi obat muja- rab panacea untuk mengobati semua masalah pendidikan. Guru sains
masa depan harus mampu menyiapkan peserta didik untuk menjadi ang- gota masyarakat masa depan yang melek sains, anggota masyarakat yang
mampu berpikir tingkat tinggi, memiliki semangat belajar yang lebih lan- jut, dan menjadi pekerja profesional Jufri, 2013: 157.
Kebiasaan belajar siswa juga dapat menjadi faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa selain daripada profesionalisme guru. Pernyataan ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Slameto dalam Siagian, 2012: 127 kebiasaan belajar akan memengaruhi belajar itu sendiri, yang bertujuan
untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, di- antaranya, pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat
catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas.
Bimbingan orang tua saat siswa belajar di rumah juga dapat memengaruhi tingkat prestasi belajar siswa termasuk literasi sains siswa. Menurut
Sujanto, Lubis, dan Hadi dalam Astuti, 2005: 24, pendidikan dan bim- bingan orang tua terhadap anak, dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari berupa kasih sayang, perhatian, kesadaran, penerimaan, penger- tian, tanggung jawab, perlindungan, dan pemberian tugas. Hal ini didu-
kung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Kharisma 2015: 9 bahwa bimbingan belajar dari orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.
Fasilitas belajar yang tersedia di sekolah maupun di rumah siswa juga dapat memengaruhi hasil belajar siswa karena selain bimbingan orang tua
dan faktor lain yang telah disebutkan, fasilitas belajar menjadi hal yang penting yang harus dipenuhi saat siswa sedang belajar. Hal ini sesuai de-
ngan pendapat Hadi dalam Nurdin, 2011: 91 yang mengatakan fasilitas belajar sebagai salah satu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadi- nya proses belajar pada diri siswa. Semakin lengkap fasilitas belajar itu
maka semakin tidak terganggunya proses pembelajaran siswa tersebut.
Berkaitan dengan fasilitas belajar maka fasilitas belajar harus dipenuhi oleh sekolah antara lain gedung sekolah tempat, laboratorium atau ruang
praktek, ruang baca atau perpustakaan, papan tulis dan perlengkapannya, media yang mendukung proses pembelajaran. Fasilitas belajar yang harus
ada dirumah antara lain buku-buku pelajaran, pulpen, mistar atau peng- garis, pensil, penghapus, alat peruncing, kertas tulis, ruang belajar, meja