Pembelajaran IPA TINJAUAN PUSTAKA

Keterampilan proses sains inilah yang digunakan ketika mengerjakan aktivitas-aktivitas sains dan dapat juga diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari ketika kita menemukan persoalan-persoalan keseharian dan kita harus mencari jawabannya Tawil dan Liliasari, 2014: 7. Pembelajaran sains dilaksanakan dengan harapan tercapainya tujuan pen- didikan sains yaitu meningkatkan kompetensi peserta didik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. Dengan kompeten- si itu peserta didik akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup dimasya- rakat yang saat ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan tek- nologi Toharudin, Rustaman, dan Hendrawati, 2011: 6. Berkaitan dengan tujuan pendidikan sains maka menurut Hidayat dalam Hasruddin, 2001: 40, tujuan pendidikan sains masa kini dan masa yang akan datang hendaknya ditujukan kepada pengembangan individu-individu yang melek IPA, mengerti IPA, memiliki dasar IPA yang cukup seperti fakta-fakta, konsep-konsep, kaitan antarkonsep dan keterampilan proses yang memungkinkannya mengembangkan ilmunya dan berpikir logis. Dengan demikian, setiap individu akan menghargai nilai-nilai IPA dan teknologi di msyarakat Hasruddin, 2001: 3. Selain itu, pendidikan IPA merupakan suatu upaya atau proses untuk membelajarkan siswa untuk me- mahami hakikat IPA produk, proses dan mengembangkan sikap ilmiah dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif Mariana dan Praginda, 2009: 35. Bertolak dari tujuan pendidikan sains yang dituangkan dalam kegiatan pembelajaran sains maka menurut Depdiknas 2007: 23 pembelajaran sains hendaknya: a. Dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa bahwa mereka “mampu” dalam IPA dan bahwa IPA bukanlah pelajaran yang harus ditakuti. b. Membelajarkan IPA bukan hanya membelajarkan konsep-konsepnya saja, namun juga disertai dengan pengembangan sikap dan keteram- pilan ilmiah. c. Pembelajaran IPA memberikan pengalaman belajar yang mengem- bangkan kemampuan bernalar, merencanakan dan melakukan pe- nyelidikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami gejala alam yang terjadi di sekitarnya. d. Merevitalisasi “keterampilan proses sains” bagi siswa, guru, dan calon guru sebagai misi utama PBM IPA disekolah untuk mengembangkan kemampuan observasi, merencanakan penyelidikan, menafsirkan interpretasi data dan informasi narasi, gambar, bagan, tabel serta menarik kesimpulan. Kriteria pembelajaran sains yang diharapkan di atas dapat dicapai dengan menerapkan model-model pembelajaran tertentu seperti pembelajaran ber- basis inkuiri karena model pembelajaran ini menekankan pada proses pe- nemuan dan melibatkan sikap serta proses mental siswa. Pembelajaran ber- basis inkuiri menempatkan peserta didik agar lebih banyak belajar sendiri dalam memecahkan masalah. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek belajar, dan pendidik sebagai pembimbing dan fasilitator dalam proses pembelajaran Anjasari, 2014: 184. Model pembelajaran lain yang melibatkan pembelajaran berbasis inkuiri adalah pembelajaran berbasis proyek project based learning. Menurut Asan dalam Jagantara, Adnyana, dan Widiyanti, 2014: 3, pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pendidikan yang efektif yang berfokus pada kreatifitas berpikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pe- ngetahuan baru dan dipandang mampu meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses siswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siwa, Muderawan dan Tika 2013: 7, model pembelajaran berbasis proyek mampu memberikan nilai keterampilan proses sains yang terbaik. Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri juga dapat meningkatkan literasi sains siswa selain daripada pembelajaran berbasis inkuiri. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawan dalam Haristy, Ena- wati, dan Lestari, 2012: 5 yang menyimpulkan bahwa kegiatan laborato- rium berbasis inkuiri mengajak siswa untuk merakit sendiri alat praktikum yang akan digunakan serta menggunakan bahan dalam kehidupan sehari- hari. Pertanyaan yang diberikan juga berkaitan dengan bahan yang diguna- kan maupun contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan de- ngan materi yang dibahas. Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bah- wa kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat melatih kemampuan litera- si sains siswa, sehingga dapat digunakan dalam memecahkan persoalan keseharian yang berkaitan dengan materi pelajaran Haristi, Enawati dan Lestari, 2012: 5. Pembelajaran IPA terpadu juga bisa meningkatkan literasi sains siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendriyani 2011: 4 bahwa pembelajaran IPA terpadu dapat memudahkan dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami ke- terkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam yang selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik Hendriyani, 2011: 4. Pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan STS sains, tekno- logi, dan masyarakat yang mengharuskan siswa untuk mengunakan proses-proses ilmiah dalam menerapkan konsep-konsep dan keterampilan sains guna memecahkan masalah yang terjadi dikehidupan sehari-hari dan dapat meningkatkan literasi sains siswa Hendriyani, 2011: 9. Hal ini se- suai dengan pendapat Yager dalam Hendriyani, 2011: 9, yang menyata- kan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan STS dapat meningkat- kan literasi sains dan teknologi individu. Selain pembelajaran IPA terpadu, kegiatan dengan pemanfaatan lingkung- an luar sekolah juga dapat dijadikan sumber belajar yang merupakan salah satu tuntutan dalam pembelajaran IPA. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bloch dalam Hasrudin, 2001: 41 yang menambahkan bahwa siswa yang diajar dengan memanfaatkan lingkungan luar akan lebih mudah mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi, mengembangkan literasi sains dan teknologi. Pernyataan Bloch senada dengan yang dikemukakan oleh Johnson dalam Hasrudin, 2001: 41 bahwa dengan melakukan kegiatan diluar kelas dapat membuat siswa melihat dan merasakan sendiri problem yang terdapat dilingkungan, sehingga siswa dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh untuk memecahkan masalah yang dihadapi- nya. Namun pelaksanaan pembelajaran sains belum sesuai dengan tujuan yang seharusnya tercapai karena pendidikan sains telah mengalami pergeseran yang lebih menekankan pada proses belajar mengajar dan metode peneliti- an yang menitikberatkan konsep bahwa dalam belajar seseorang mengkon- tribusi pengetahuannya. Pendidikan sains juga telah lama diusahakan agar partisipasi siswa dalam membangun pengetahuannya lebih ditekankan Tawil dan Liliasari, 2014: 3.

B. Literasi Sains dan PISA

Istilah literasi sains mulai muncul pada akhir tahun 1950. Secara harfiah, literasi berarti “melek”, sedangkan sains berarti pengetahuan alam. PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk menggunakan pe- ngetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputus- an berkenaan dengan alam dan perubahannya akibat aktivitas manusia OECD, 1999: 60. Sedangkan menurut National Science Teacher Assosia- tion dalam Toharudin, Rustaman dan Hendrawati 2011: 1 mengemuka- kan bahwa. “Seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang meng- gunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia ber- hubungan dengan orang lain, lingkungannya serta memahami inter- aksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi”. Literasi sains didefinisikan juga sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan data untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia. Hal ini se- jalan dengan pendapat Deboer dalam Anjasari, 2014: 1, literasi sains di- peruntukkan bagi seluruh siswa, tidak memandang apakah nanti siswa ter- sebut akan menjadi saintis atau tidak. Berdasarkan pengertian tersebut, pe- nekanan literasi sains bukan hanya pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep dan proses sains, tetapi juga diarahkan bagaimana seseorang dapat membuat keputusan dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, budaya, dan pertumbuhan ekonomi. Konsep literasi sains menurut Toharudin, Rustaman dan Hendrawati 2011: 4 terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi kosakata dan dimensi pro- ses inkuiri. Dimensi kosakata menunjukkan istilah sains sebagai fondasi dasar dalam membaca dan memahami bahan bacaan sains sedangkan dimensi proses inkuiri menunjukkan pemahaman dan kompetensi untuk memahami dan mengikuti argumen tentang sains dan hal-hal yang ber- hubungan dengan kebijakan teknologi media. Berdasarkan konsep literasi sains tersebut, maka keinklusifan literasi sains sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecende- rungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan tekno- logis dan yang terpenting adalah siswa dapat berpikir secara ilmiah tentang bukti yang akan mereka hadapi Depdiknas, 2007: 12. Adapun dimensi literasi sains menurut Depdiknas 2007: 16 meliputi tiga dimensi sebagai berikut. 1. Content Literasi Sains Dalam dimensi konsep ilmiah scientific concepts siswa perlu me- nangkap sejumlah konsep kunci atau esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia. 2. Process Literasi Sains Program For International Student Assesment PISA mengakses ke- mampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan siswa untuk mencari menafsirkan dan memper- lakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses semacam itu, yakni mengenali pertanyaan ilmiah 1, mengidentifikasi bukti 2, menarik kesimpulan 3, mengkomunikasikan kesimpulan 4 dan menunjuk- kan pemahaman konsep ilmiah 5. 3. Context Literasi Sains Konteks literasi sains dalam PISA lebih pada kehidupan sehari-hari daripada kelas atau laboratorium. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk literasi lainnya, konteks melibatkan isu-isu yang penting dalam ke- hidupan secara umum. Berdasarkan dimensi-dimensi literasi sains di atas maka secara rinci ciri- ciri orang yang melek sains menurut Hidayat dalam Hasrudin, 2001: 38- 39 sebagai berikut: 1. Dalam membuat keputusan sehari-hari ia menggunakan konsep- konsep IPA, keterampilan proses serta nilai-nilai IPA 2. Mengerti dan memahami bagaimana masyarakat memengaruhi IPA dan teknologi dan sebaliknya 3. Menyadari baik manfaat maupun keterbatasan IPA dan teknologi dalam meningkatkan kesejahteraan manusia 4. Mengetahui serta dapat memanfaatkan konsep, hipotesis, serta teori- teori IPA 5. Menghargai IPA dan teknologi untuk merangsang kemampuan intelektual 6. Mengerti bahwa generasi IPA dan teknologi bergantung pada pe- ngembangan dan penelitian 7. Dapat membedakan antara bukti-bukti ilmiah dan pendapat pribadi 8. Mengenal asal-usul IPA dan mengerti bahwa pengetahuan ilmiah itu bersifat sementara dan akan berubah bilamana bukti-bukti yang baru mulai terkumpul 9. Mengerti akan penerapan teknologi dan keputusan yang dibuat untuk mempergunakan teknologi 10. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup sehingga dapat menghargai manfaat penelitian dan pengembangan teknologi 11. Mempunyai pandangan yag lebih luas dan dalam tentang dunia dimana ia hidup berkat pendidikan IPA yang diperolehnya 12. Mengenal sumber-sumber IPA dan teknologi yang dapat dipercaya dan menggunakannya dalam proses membuat keputusan. Salah satu program assesment yang mengukur literasi sains adalah PISA. Program For International Student Assesmen PISA adalah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan peserta didik usia 15 tahun kelas III SMP dan kelas I SMA dalam membaca rea- ding literacy, matematika mathematic literacy, dan sains scientific lite- racy. Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode yaitu pada 2000, 2003, 2006, dan 2009 Toharudin, Rustaman, dan Hendrawati, 2011: 15. PISA dalam Depdiknas, 2007: 12 menetapkan 3 dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya sebagai berikut: