Letak dan Luas Topografi

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kawasan

Hutan Hujan Pegunungan Gunung Gede Pangrango telah dikukuhkan sebagai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGP sejak tahun 1982 berdasarkan SK Menteri No. 73636MenteriX82, yang memiliki luas kawasan sekitar 15.196 ha. Saat ini sesua i SK Menhut No 174Kpts-IItanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 ha. Hutan Gunung Gede Pangrango ini menjadi salah satu wakil dari ekosistem hutan hujan pegunungan yang ada di Indonesia yang memiliki struktur dan komposisi yang spesifik bagi ekosistem tersebut. Taman nasional ini termasuk salah satu Cagar Biosfer yang ditetapkan UNESCO sejak tahun 1977 dengan nama Cagar Biosfer Taman Nasional Gunung Gunung Gede Pangrango Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede P angrango, 1995. Pada tanggal 6 Maret 1980, Menteri Pertanian menetapkan kawasan, meliputi Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango, Taman Wisata Situgunung dan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

B. Letak dan Luas

TNGP yang luasnya 21.975 ha, secara geografis terletak antara 106 o 50´-106°56´ BT dan 6°32´-6°34´LS, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi Jawa Barat. Kawasan ini dibatasi oleh hutan lindung atau hutan produksi, perkebunan dan tanah milik dan permukiman. Secara administratif kawasan TNGP berbatasan dengan : Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur dan Wilayah Kabupaten DATI II Bogor. Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi. Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi dan Wilayah Kabupaten DATI II Bogor. Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur.

C. Topografi

Gunung Gede dan Pangrango dihubungkan oleh bukit yang bertemu di daerah kandang badak pada ketinggian tempat sekitar 2.400 m dpl. Wilayahnya sangat curam dan banyak terdapat punggung bukit yang dibentuk oleh celah-celah aliran sungai yang mengalir ke arah Bogor, Sukabumi dan Cianjur Direktorat Aneka Usaha Kehutanan dan Fakultas Kehutanan IPB, 2000 TNGP merupakan dataran tinggi yang terdiri dari rangkaian gunung berapi terutama yaitu Gunung Gede ±2.958 m dpl dan gunung Pangrango ±3.019 m dpl, serta beberapa gunung lainnya. Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini dihubungkan oleh punggung bukit sepanjang ± 2.500 m dengan sisinya membentuk lereng curam berlembah kearah bawah menuju ke dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Bentuk lapangan berbukit- bukit dan bergunung-gunung dengan kelerengan lapangan antara 25 - 45, serta variasi ketinggian tempat antara 1.000 - 3.019 m dpl. D. Iklim TNGP merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan rata-rata antara 3.000-4.200 mmtahun. Musim hujan berlangsung dari Oktober -Mei dan antara Desember-Maret curah hujannya melebihi 400 mmbulan. Seringkali puncak dan punggung gunung diselimuti awan dan kabut tebal. Suhu kawasan ini berkisar antara 10-18°C, semakin keatas suhu makin menurun hingga mencapai kurang dari 10°C di puncak Gunung Pangrango dengan kelembaban udara antara 80- 90. Kecepatan angin yang cukup tinggi di puncak gunung menyebabkan suhu bertambah rendah. Pada musim penghujan berhembus angin muson barat daya. Pada bulan Februari- Maret, angin berhembus cukup luas dan sering mengakibatkan robohnya pohon-pohon. Pada musim kemarau berhembus angin muson timur laut dengan kecepatan rendah. E. Potensi Flora dan Fauna 1 . Flora Di kawasan TNGP terdapat dua buah alun-alun padang rumput. Di sepanjang tepi alun-alun tersebut didominir oleh tumbuhan bunga Edelweiss Anaphalis javanica, yang sering disebut bunga abadi karena tidak pernah layu. Di kawasan air terjun Cibeureum terdapat anggrek Liparis muconatus yaitu anggrek asli dari Gunung Gede dan bersifat endemik tidak ditemukan di daerah lain. Terdapat tiga jenis flora yang termasuk unggulan di TNGP, yaitu edelweis Anaphalis javanica, kantong semar Nepenthes gymnamphora, dan raflesia Raflesia rochusseni Rencana Pengelolaan Taman Naional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede Pangrango, 1995. 2 . Fauna Terdapat tiga jenis satwa yang termasuk unggulan di TNGP, yaitu; Spizaetus bartelsii elang jawa, Hylobates moloch owa jawa, Panthera pardus macan tutul Rencana Pengelolaan Taman Naional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede Pangrango, 1995. Jenis lainnya adalah Kera Macaca fascicularis dan Lutung Presbytis cristata; sedangkan satwa lainnya adalah anjing hutan, babi hutan dan golongan mamalia kecil serta sejumlah jenis burung.

F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar