3‒1 n‒1 15 2n
‒2 15 n 8,5
sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 9 ekor n8,5 dan jumlah kelompok yang akan digunakan adalah 3 kelompok. Penambahan
sampel untuk mencegah drop out sebesar 10. Sehingga penelitian ini akan menggunakan 30 ekor tikus Sprague Dawley dari populasi yang ada.
Pada penelitian ini sampel dibagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok K, P1, dan P2. Pada kelompok kontrol K tikus akan diberikan pakan standar
dan dibuat fraktur tanpa perlakuan khusus. Pada kelompok kedua P1 tikus diberikan pakan standar, dibuat fraktur dan diberikan perlakuan khusus
dengan dilakukan ORIF tanpa ALS ‒R. Pada kelompok ketiga P2 tikus
diberikan pakan standar, dibuat fraktur dan diberikan perlakuan khusus dengan dilakukan ORIF dengan ALS
‒R.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Kandang hewan
b. Tempat pakan hewan c. Tempat minum hewan
d. Alat tulis
e. Handscoen f. Spuit
g. Gergaji kecil small saw h. Alat bedah minor
i. Mikroskop j. Object glass
3.5.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Hewan coba berupa tikus Sprague Dawley dengan berat badan 200
‒300 g, berumur
2‒3 bulan. Hewan coba diberi pakan standar dan minum secara ad libitum
b. Bahan Perlakuan i. ORIF
ii. ALS ‒R
c. Bahan untuk tindakan anasthesia berupa : i. Ketamine 75 mgkgBB
ii. Xylaxine 5 mgkgBB d. Bahan pembuatan preparat
i. Formalin 10 ii. Paraffin block
iii. Hematoxyillin Eosin
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Persiapan
Persiapan sebelum penelitian dilakukan pemilihan sampel tikus Sprague Dawley yang didapatkan dari Laboratorium Hewan Coba Pusat Biomedis
dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes. Pembuatan ALS ‒R
dilakukan di Bank Jaringan Riset Batan BRJB, Pasar Jumat, Jakarta.
3.6.2 Adaptasi Tikus
Adaptasi tikus dilakukan bertujuan untuk memgurangi stres dan kematian. Tikus sebanyak 30 ekor dibagi kedalam 3 kandang dan diadaptasi selama
3 hari sebelum perlakuan dimulai di animal house Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selama masa adaptasi tikus diberi makan berupa
pelet dan air secara ad libitum.
3.6.3 Prosedur Frakturisasi
Mengacu pada penelitian sebelumnya, proses frakturisasi tikus dengan menggunakan gergaji kecil small saw. Tikus di anastesi subkutan
dengan ketamin 75 mgkgBB dan xylazine 5 mgkgBB. Selanjutnya dilakukan fraktur transversal pada mid diafisis os femur hingga
menunjukkan garis patahan pada periosteum.
3.6.4 Pembedahan
Setelah dilakukan frakturisasi, dilakukan fiksasi interna dengan menggunakan ORIF. Pada kelompok K3 dilakukan pemasangan ALS
‒R
dengan implantasi pada bagian fraktur femur dengan ukuran 15x5 mm. Pembedahan ini dilakukan dengan alat bedah minor steril.
3.6.5 Perawatan Pasca Pembedahan
Tikus diberikan gentamicin salep
setelah pembedahan untuk
meminimalisir infeksi. Selama 5 hari pasca operasi tikus diberikan asam mefenamat dan amoksisilin peroral. Luka operasi diobati dengan
menggunakan larutan betadine.
3.6.6 Pengambilan Jaringan dan Pembuatan Preparat
Proses penyembuhan fraktur terjadi selama 28 hari, selanjutnya dilakukan euthanasia untuk diambil jaringan tulang femur. Pengambilan jaringan
dilakukan dengan menggunakan alat bedah minor steril. Jaringan kemudian dimasukkan ke dalam pot sampel yang berisi formalin 10.
Jaringan dikirimkan ke tempat pembuatan preparat di bagian Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitass Lampung.
3.6.7 Pembuatan Preparat
Pembuatan preparat dilakukan dengan menggunakan paraffin block selanjutnya dilakukan pewarnaan Hematoxyillin Eosin. Pembuatan
preparat dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3.6.8 Pengamatan Preparat
Pengamatan preparat dilakukan dengan melihat jaringan tulang, fibrosis, kalus, kartilago tulang dan bone union. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x dan 400x di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
3.6.9 Penilaian Histopatologi
Berdasarkan Salked score penilaian histopatologi proses penyembuhan tulang yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Penilaian Salked score pada fraktur healing yang telah dimodifikasi
Kualitas dari penyatuan union Skor
Tidak ada tanda ‒tanda fibrosis atau penyatuan lainnya
Penyatuan fibosis 1
Fibrokartilaginosa atau penyatuan kartilago 25 2
Fibrokartilaginosa atau penyatuan kartilago 26 ‒50
3 Fibrokartilaginosa atau penyatuan kartilago 51
‒75 4
Fibrokartilaginosa atau penyatuan kartilago 75 5
Kartilago termineralisasi dan penyatuan tulang 6
Woven bone tulang anyaman 7
Tulang matur 8
Sumber: Winanto et al., 2013
3.7 Alur Penelitian
Fraktur Femur dengan gergaji kecil pada mid
diafisis os femur Fraktur Femur dengan
gergaji kecil pada mid diafisis os femur
Dilakukan ORIF dengan intramedullary
nails Dilakukan ORIF
dengan intramedullary nails dan diberikan
ALS‒R
Pengambilan jaringan dan pembuatan preparat
Pengamatan dan penilaian secara histopatologi Pada minggu keempat, tikus dieuthanasia menggunakan katemine 75
‒100 mgkgBB xylazine 25‒50 mgkgBB secara intraperitoneal dan terminasi
Fraktur Femur dengan gergaji kecil pada mid
diafisis os femur Kelompok K
Kelompok P1 Kelompok P2
Adaptasi tikus selama 3 hari
Pengelompokkan tikus menjadi 3 kelompok, masing
‒masing berisi 10 tikus Pengajuan izin ke komisi etik
penelitian hewan coba
3.8 Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik dengan program komputer. Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro
‒Wilk dan uji homogenitas dilakukan dengan uji levene. Selanjutnya dilakukan, uji analisis non
‒parametrik Kruskal
‒Wallis dan post hoc Mann‒Whitney.
3.9 Etika Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan kaji etik dan disetujui oleh komite etik penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas
Lampung dengan
nomor 2476UN268DT2015.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh positif ORIF P1 terhadap penyembuhan fraktur femur K pada tikus Sprague Dawley secara histopatologi.
2. Terdapat pengaruh positif ORIF dan diberikan penambahan ALS- R P2 terhadap penyembuhan fraktur femur K pada tikus
Sprague Dawley secara histopatologi. 3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara
penyembuhan fraktur femur yang dilakukan ORIF dan diberikan penambahan ALS-R P2 dibandingkan dengan kelompok yang
dilakukan ORIF P1 pada tikus Sprague Dawley secara histopatologi. Namun rata-rata skor histopatologi P2 lebih tinggi
dibandingkan dengan P1.
5.2 Saran
1. Peneliti lain perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh perbandingan luas permukaan ALS-R terhadap proses
penyembuhan tulang.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ALS-R terhadap penambahan sel tulang yang ditinjau secara in vitro.
3. Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut
mengenai efek antiangiogenesis dan reaksi inflamasi yang ditimbulkan oleh ALS-
R.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas B. 2010. Bank jaringan riset batan: Batan Research. Jakarta: Pusat Diseminasi Iptek Nuklir.
Angle SR, Sena K, Sumner DR, Virkus WW, Virdi AS. 2012. Healing of rat femoral segmental defect with bone morphogenetic protein-
2 : A dose response study. J Musculoskelet Neuronal Interact. 121:28
–37. Beamer B, Hettrich C, Lane J. 2009
. Vascular endothelial growth factor : an essential component of angiogenesis and fracture healing. HSS J. 61:85
–94. Dimitriou R, Tsiridis E, Giannoudis PV. 2005. Current concepts of molecular
aspects of bone healing. Injury Journal. 3612:1392 –404.
Grzywocz Z, Pius-sadowska E, Klos P, Gryzik M, Wasilewska D, Aleksandrowicz B, et al. 2014. Growth factors and their receptors derived
from human amniotic cells in vitro. Folia Histochem Cytobiol. 523:163 –70.
Lakatos R. 2014. General principles of internal fixation. Diakses pada tanggal 13 Agustus
2015. Tersedia
dari: http:emedicine.medscape.comarticle1269987-overviewaw2aab6b2
Lappas M, Permezel M, Georgiou HM, Rice GE. 2002. Nuclear Factor Kappa B Regulation of Proinflammatory Cytokines in Human Gestational Tissues In
Vitro 1. Biol Reprod. 672:668 –73.
Lieberman JR, Daluiski A, Einhorn TA. 2002. The role of growth factors in the repair of bone. J Bone Joint Surg. 846:1032
–43. Liu P, Guo L, Zhao D, Zhang Z, Kang K, Zhu R. 2014. Study of human acellular
amniotic membrane loading bone marrow mesenchymal stem cells in repair of articular cartilage defect in rabbits. Genet Mol Res. 133:7992
–8001. Mescher AL. 2013.
Junqueira’s Basic Histology: Text Atlas 13th ed. New York: Mc Graw Hill.
Morshed S. 2014. Current options for determining fracture union. Adv Med. 20142014:1
–12.