Penilaian Proses Penyembuhan Fraktur secara Histopatologi

Gambar 6. Tulang anyaman W dan tulang lamelar L Shapiro, 2008 Setelah 6 minggu gap telah terisi dengan tulang baru. Terlihat gambar 7 tulang anyaman berwarna ungu gelap, dikelilingi dengan tulang lamelar berwarna ungu terang dan osteoblas yang mengisi rongga kosong. Jaringan ini disebut juga woven bone atau tulang anyaman Shapiro, 2008 Gambar 7. Tulang anyaman ungu gelap, tulang lamelar ungu terang dan osteoblas Shapiro, 2008.

2.3 Open Reduction Internal Fixation ORIF

Meskipun konsep teknik internal fiksasi telah dikemukakan pada pertengahan tahun 1800 ‒an, Lister mengenalkan ORIF fraktur patella pada tahun 1860. Penggunaan plate, screw dan kawat pertama kali dilakukan pada tahun 1880 dan 1890. Awal mula dilakukan pembedahan fiksasi internal mengalami berbagai macam rintangan seperti infeksi, sedikit pengetahuan tentang implant dan tekniknya, metal allergic dan keterbatasan pengetahuan tentang proses penyembuhan fraktur secara biologis. Pada tahun 1950, Dannis dan Muller menetapkan prinsip dan teknik fiksasi internal. Setelah 40 tahun kemudian, kemajuan ilmu biologi dan mekanikal saat ini telah mempermudah teori dan teknik fiksasi Lakatos, 2014. ORIF merupakan reposisi secara operatif yang diikuti dengan fiksasi interna. Fiksasi interna yang dipakai biasanya berupa plate and screw. Keuntungan ORIF adalah tercapainya reposisi yang sempurna dan fiksasi yang kokoh sehingga pascaoperasi tidak perlu lagi dipasang gips dan mobilisasi segera bisa dilakukan. Kerugiannya adalah adanya risiko infeksi tulang Sjamsuhidajat Jong, 2010. Indikasi tindakan ORIF pada fraktur femur bagian distal antara lain fraktur terbuka, fraktur yang dihubungkan dengan neurovascular compromise, seluruh displaced fractures, fraktur ipsilateral ekstrimitas bawah, irreducible fractures, dan fraktur patologis Thomson Jonna, 2014. Prinsip umum dari fiksasi interna antara lain dengan menggunakan pin and wire, plate and screw, tension ‒band principle, intramedullary nails dan biodegradable fixation gambar 8. Pin and wires menggunakan metode Kirschner wires K ‒wires dan Steinmann pins memiliki beberapa kegunaan, mulai dari traksi skeletal hingga fiksasi fraktur yang sementara dan definitif. Metode ini juga memberikan fiksasi sementara untuk rekonstruksi dari fraktur yang melibatkan kerusakan tulang dan soft tissue yang minimal Lakatos, 2014. Bone screw adalah bagian dasar dari metode fiksasi interna modern dan dapat digunakan baik secara independen atau dengan kombinasi dengan tipe implantasi lain. Kekuatan dipengaruhi oleh pemasangan pengencangan screw. Seiring berjalannya waktu, sejumlah kekuatan kompresif menurun secara lambat saat tulang mengalami remodeling terhadap tekanan. Namun, waktu penyembuhan fraktur biasanya lebih singkat dibandingkan waktu yang dibutuhkan dari substansi yang hilang akibat kompresi dan fiksasi Lakatos, 2014. Metode lain dengan menggunakan plate memiliki berbagai macam ukuran dan bentuk untuk tulang dan lokasi yang berbeda. Dynamic compression plates DCPs tersedia dalam ukuran 3,5 mm dan 4,5 mm. Lubang screw pada DCP membentuk sudut kemiringan pada satu sisi berlawanan dari bagian tengah plate Lakatos, 2014. Pada tahun 1930 an, Küntscher memperbaiki nailing technique, sehingga intramedullary IM nails menjadi teknik fiksasi standar untuk tulang femur. IM nails memiliki keuntungan dari plate dan fiksasi eksternal karena lokasi intramedular memungkinkan penjajaran sumbu aksis dan pengurangan beban. Implantasi IM nails memberikan fiksasi yang stabil, akan tetapi penyembuhan berlangsung secara primer melalui pembentukan dari kalus periosteum Lakatos, 2014. Gambar 8. Variasi ORIF Solomon et al., 2010

2.4 Amnion Liofilisasi Steril Radiasi ALS ‒R

Amnion liofilisasi steril radiasi ALS ‒R adalah amnion yang dikeringkan dengan cara liofilisasi kemudian dilakukan sterilisasi dengan mengggunakan radiasi sinar γ. Proses pengeringan amnion di Bank Jaringan Riset Batan dilakukan dengan dua metode yaitu dengan liofilisasi dan suhu ruangan air dried, liofilisasi adalah penghilangan air melalui sublimasi yakni perubahan wujud padat es langsung menjadi wujud gas uap sehingga menghambat aktifitas mikroorganisme dan enzim secara normal dapat mendegradasi senyawa di dalam bahan biologi. Sehingga pengeringan dengan cara ini dapat mengurangi kerusakan jaringan secara minimal Suryani, 2013. Proses pengawetan jaringan agar jaringan biologi dapat disimpan dalam waktu lama, BJRB melakukan beberapa cara proses pengawetan, antara lain Abbas, 2010 :  Liofilisasi, yaitu suatu proses pengeringan dari bahan biologi dengan cara sublimasi. Bahan biologi dibekukan dan dikeringkan