Open Reduction Internal Fixation ORIF

Gambar 8. Variasi ORIF Solomon et al., 2010

2.4 Amnion Liofilisasi Steril Radiasi ALS ‒R

Amnion liofilisasi steril radiasi ALS ‒R adalah amnion yang dikeringkan dengan cara liofilisasi kemudian dilakukan sterilisasi dengan mengggunakan radiasi sinar γ. Proses pengeringan amnion di Bank Jaringan Riset Batan dilakukan dengan dua metode yaitu dengan liofilisasi dan suhu ruangan air dried, liofilisasi adalah penghilangan air melalui sublimasi yakni perubahan wujud padat es langsung menjadi wujud gas uap sehingga menghambat aktifitas mikroorganisme dan enzim secara normal dapat mendegradasi senyawa di dalam bahan biologi. Sehingga pengeringan dengan cara ini dapat mengurangi kerusakan jaringan secara minimal Suryani, 2013. Proses pengawetan jaringan agar jaringan biologi dapat disimpan dalam waktu lama, BJRB melakukan beberapa cara proses pengawetan, antara lain Abbas, 2010 :  Liofilisasi, yaitu suatu proses pengeringan dari bahan biologi dengan cara sublimasi. Bahan biologi dibekukan dan dikeringkan tanpa melalui fase cair. Dengan cara ini tidak mengalami perubahan kimia dan fisika.  Pembekuan pada suhu ‒80°C, dilakukan untuk menjaga keamanan dari jaringan alograf agar tetap awet sebelum diproses. Disamping itu juga digunakan untuk menyimpan jaringan autograf untuk dipakai kembali oleh pasien yang sama di kemudian hari. Penyimpanan jaringan pada suhu ‒80°C dapat digunakan sebelum 5 tahun.  Sterilisasi Radiasi, untuk menjaga keamanan dari jaringan biologi, jaringan disterilkan dengan cara radiasi dengan sinar γ atau partikel elektron. Sterilisasi radiasi sangat cocok untuk jaringan biologi, karena prosesnya dingin sehingga tidak mengubah struktur jaringan, tidak meninggalkan residu beracun, sangat ampuh membunuh mikroorganisme dan juga virus sampai batas tertentu, sehingga aman digunakan untuk implantasi pada manusia. Jaringan yang telah diproses dengan cara liofilisasi hingga kadar air 5 ‒7, dikemas dalam kantung plastik poli etilen, dan diiradiasi dengan dosis 25kG γ. Jaringan tersebut dapat disimpan pada suhu 4 ‒10°C dan terhindar dari cahaya matahari langsung. Cara penyimpanan ini direkomendasikan hanya untuk 2 ‒5 tahun, tergantung dari jenis jaringannya. Untuk menjaga kualitas dan sterilitas jaringan, kemasan yang rusak atau terbuka akibat pemakaian jaringan sisa tidak boleh digunakan lagi Abbas, 2010. Proses liofilisasi tetap menjaga morfologi membran amnion seperti struktur epitel yang terlihat kuboid selapis, beberapa lapisan stratifikasi dan stroma edematosa yang diamati secara makroskopis. Perwarnaan dengan PAS mengindikasikan terdapat membran dasar yang terlihat seperti pembatas dibawah stroma pada membran amnion terliofilisasi Rodriguez et al., 2009. Kolagen IV terlihat pada membran amnion terliofilisasi membentuk selapis tipis yang memmanjang pada membran dasar yang ditunjukkan secara imunohistokimia. Selain kandungan kolagen, membran amnion terliofilisasi tetap menjaga kandungan growth factor yang berperan dalam bone healing antara lain transforming growth factor ‒ 1 TGF‒ 1, fibroblast growth factor basic bFGF Rodriguez et al., 2009. Penelitian Grzywocz et al. 2014, menunjukkan beberapa growth factor dari membran sel amnion manusia, seperti FGF ‒6, VEGF‒R3, M‒SCF‒R, IGFBP‒4, IGFBP‒6 dan PDGF‒AB Grzywocz et al., 2014. Membran sel amnion mengekspresikan bone morphogenetic protein BMP ‒2 dan ‒4 dan juga kolagen tipe 2 yang memiliki potensi terapeutik sebagai terapi dari kerusakan atau penyakit kartilago Toda et al., 2007. Growth factor adalah protein yang disekresikan oleh sel yang aktif pada sel target atau sel yang memiliki aksi yang spesifik. Growth factor memiliki kegunaan klinis yang potensial dalam meningkatkan perbaikan tulang, termasuk mempercepat penyembuhan tulang, tatalaksana kejadian nonunion, dan juga sebagai salah satu elemen dari strategi tissue ‒engineering yang komprehensif yang termasuk dalam terapi gen untuk tatalaksana permasalahan bone loss dalam jumlah besar Lieberman et al., 2002. Transforming growth factor ‒beta TGF‒ memiliki super family yang termasuk kedalamnya adalah bone morphogenetic protein BMPs, growth differentiation factor GDF, activins, inhibins dan Mullerian inhibiting substance. Pada proses penyembuhan fraktur, TGF ‒ berperan sebagai mitogenik dan kemotaktik poten bagi sel pembentuk tulang, faktor kemotaktik bagi makrofag. Sedangkan BMPs berperan dalam diferensiasi pada undifferentiated mesenchymal cell menjadi kondrosit dan osteoblas, dan osteoprogenitor menjadi osteoblas Dimitriou et al., 2005. Selain TGF ‒ dan BMPs, growth factor lain yang terkandung dalam ALS‒R adalah fibroblast growth factor FGFs berperan dalam angiogenetik dan mitogenik pada sel mesenkimal dan epitel, osteoblas dan kondrosit. α‒FGF memiliki efek terhadap proliferasi kondrosit, ‒FGF lebih poten mempengaruhi maturasi kondrosit dan resorpsi tulang. Insulin ‒like growth factor ‒I IGF‒I berperan dalam proliferasi dan melibatkan sel mesenkimal dan osteoprogenitor yang diekspresikan pada penyembuhan fraktur. IGF ‒I mempromosikan pembentukkan matriks tulang kolagen tipe ‒1 dan matriks protein non ‒kolagen oleh osteoblas yang telah berdiferensiasi. Sedangkan IGF ‒II aktif kemudian saat pembentukkan tulang endokondral dan