40
semakin besar fraksi molekul yang teraktifkan dan semakin cepat reaksi berlangsung.
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa energi aktivasi desorpsi isotermal beta karoten olein sawit kasar dari atapulgit dengan
menggunakan etanol lebih besar 81,86 x 10
-1
menit
-1
daripada desorpsi beta karoten olein sawit kasar dari atapulgit dengan menggunakan heksan
4,91 x 10
-1
menit
-1
. Hal tersebut berarti heksan lebih mudah bereaksi dengan beta karoten daripada etanol. Selain itu, jumlah fraksi molekul
yang teraktifkan pada desorpsi menggunakan etanol lebih sedikit dibandingkan dengan desorpsi menggunakan heksan. Rendahnya jumlah
fraksi molekul yang teraktifkan pada desorpsi menggunakan etanol tersebut menyebabkan rendahnya laju desorpsi yang dapat dilihat pada
nilai konstanta laju desorpsi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan desorpsi menggunakan heksan. Selanjutnya, berdasarkan Tabel 12 dapat
dikatakan bahwa desorpsi isotermal beta karoten olein sawit kasar dari atapulgit dengan menggunakan etanol berjalan lebih lambat dibandingkan
dengan desorpsi isotermal beta karoten olein sawit kasar dari atapulgit dengan menggunakan heksan.
D. SELEKTIVITAS DESORPSI
Desorpsi isotermal alfa tokoferol olein sawit kasar dari atapulgit dengan menggunakan heksan dilakukan dalam penelitian ini sebagai
pembanding. Heksan dipilih sebagai eluen dalam proses desorpsi karena hanya dengan menggunakan heksan, alfa tokoferol terdeteksi pada High
Performance Liquid Chromatography HPLC. Sedangkan alfa tokoferol pada
percobaan desorpsi isotermal dengan menggunakan etanol dan isopropanol tidak terdeteksi pada High Performance Liquid Chromatography HPLC.
Desorpsi isotermal alfa tokoferol olein sawit kasar dari atapulgit dengan menggunakan heksan tersebut dilakukan pada tiga suhu yaitu 40
○
C, 50
○
C, dan 60
○
C. Perbandingan jumlah perolehan recovery beta karoten dengan alfa tokoferol pada lama desorpsi 18 menit disajikan pada Tabel 13.
41
Tabel 13. Perbandingan jumlah antara beta karoten dengan alfa tokoferol pada lama desorpsi 18 menit
Perlakuan Perolehan beta karoten
recoveryµg Perolehan
alfa tokoferol recovery µg
Suhu desorpsi Eluen
40
○
C Etanol 140
a Heksan 171,5 793,38
50
○
C Etanol 101,5
a Heksan 119 987,57
60
○
C Etanol 112
a Heksan 70 664,43
a: tidak terdeteksi
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa pada lama desorpsi yang sama, yaitu 18 menit, konsentrasi alfa tokoferol yang dapat didesorpsi jauh
lebih besar daripada beta karoten. Hal tersebut menunjukkan bahwa heksan lebih bagus dalam mendesorpsi alfa tokoferol dibandingkan beta karoten.
42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kondisi kesetimbangan desorpsi isotermal beta karoten olein sawit kasar dengan menggunakan eluen etanol pada suhu 40
○
C paling lama dicapai yang diikuti oleh desorpsi pada suhu 50
○
C dan desorpsi pada suhu 60
○
C, masing-masing pada konsentrasi beta karoten 0,77 µgmL pada lama desorpsi
70 menit, 0,61 µgmL pada lama desorpsi 40 menit, dan 0,33 µgmL pada lama desorpsi 16 menit.
Pada desorpsi isotermal beta karoten olein sawit kasar dari atapulgit dengan menggunakan eluen heksan, kondisi kesetimbangan desorpsi pada
suhu 40
○
C paling lama dicapai yang diikuti oleh desorpsi pada suhu 50
○
C dan desorpsi pada suhu 60
○
C, masing-masing pada konsentrasi beta karoten 0,61 µgmL pada lama desorpsi 21,5 menit, 0,40 µgmL pada lama desorpsi 12,5
menit, dan 0,23 µgmL pada lama desorpsi 10,5 menit. Kondisi kesetimbangan desorpsi isotermal beta karoten olein sawit kasar dari atapulgit dipengaruhi
oleh suhu desorpsi dan jenis eluen yang digunakan. Konsentrasi beta karoten yang didesorpsi dengan menggunakan etanol
meningkat cepat dan kondisi kesetimbangan tercapai dalam waktu yang relatif lama, sedangkan konsentrasi beta karoten yang didesorpsi dengan
menggunakan heksan meningkat relatif lambat dan kondisi kesetimbangan tercapai dalam waktu yang relatif lebih cepat.
Nilai konstanta laju desorpsi k
des
isotermal beta karoten olein sawit kasar dari atapulgit dengan menggunakan etanol pada suhu 40
○
C sebesar 1,0 x 10
-3
menit
-1
meningkat menjadi 1,6 x 10
-3
menit
-1
pada suhu 50
○
C. Nilai konstanta laju desorpsi ini kembali meningkat pada suhu 60
○
C menjadi 2,2 x 10
-3
menit
-1
. Nilai konstanta laju desorpsi k
des
isotermal beta karoten olein sawit kasar dari atapulgit dengan menggunakan heksan pada suhu 40
○
C sebesar 2,2 x 10
-3
menit
-1
meningkat menjadi 2,6 x 10
-3
menit
-1
pada suhu 50
○
C, dan pada suhu 60
○
C menurun menjadi 2,5 x 10
-3
menit
-1
.