EVALUASI PELAKSANAAN DAN ANALISIS PENGARUH EARLY PHARMACEUTICAL EXPOSURE (EPE) BLOK 16 TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
KARYA TULIS ILMIAH
EVALUASI PELAKSANAAN DAN ANALISIS PENGARUH EARLY
PHARMACEUTICAL EXPOSURE (EPE) BLOK 16 TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
Disusun oleh: RIAN LUPITA
20120350070
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
i
KARYA TULIS ILMIAH
EVALUASI PELAKSANAAN DAN ANALISIS PENGARUH EARLY
PHARMACEUTICAL EXPOSURE (EPE) BLOK 16 TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
Disusun oleh: RIAN LUPITA
20120350070
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
EVALUASI PELAKSANAAN DAN ANALISIS PENGARUH EARLY
PHARMACEUTICAL EXPOSURE (EPE) BLOK 16 TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Disusun oleh: RIAN LUPITA
20120350070
Telah disetujui dan diseminarkan pada Agustus 2016 Dosen Pembimbing
Ingenida Hadning, M.Sc, Apt NIK : 19850304201004 173 122
Dosen Penguji I Dosen Penguji II
Pinasti Utami, M.Sc., Apt. Dra. Salmah Orbayinah, M. Kes., Apt. NIK: 19850318201004173123 NIK: 196802291994099409173008
Mengetahui
Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sabtanti Harimurti, Ph.D., Apt. NIK: 19730223201310173127
(4)
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Rian Lupita
NIM : 20120350070
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia meneriama sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Oktober 2016
Rian Lupita NIM: 20120350070
(5)
iv MOTTO
Tragedi terbesar dalam kehidupan bukanlah
sebuah kematian, tapi hidup tanpa
tujuan.Karena itu, teruslah bermimpi untuk
menggapai tujuan dan harapan, supaya
(6)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamduliilah dengan Ridha-Mu ya Allah
Amanah ini telah selesai, sebuah langkah usai sudah, namun itu bukan akhir dari perjalanan ku melainkan awal dari
sebuah perjalanan.
Terimakasih ku ucapkan kepada keluargaku Terutama ibu
Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang ibuku, doa mu memberikan keridhaaan untukku pelukmu berkahi hidupku dan petuahmu tuntukan jalanku. Kupersembahkan
karya kecil ini kepada ibu semoga menjadi langkah awal untuk membahagiakanmu ibu.
Untuk ayahku yang sudah berada disurga terimakasih yang tak terhingga dan rindu akan hadirmu sudah tidak bisa
dituliskan dengan kata-kata
Thank’s For my best frend
Desy, anisa, ana, avisa, rifa, ela, asma, endah, cikki terimakasih atas dukungannya dan semangatnya untuk saya dan teman seperjuangan dalam menyelesaikan KTI ini
(7)
vi
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan anugrah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan dan Analisa Pengaruh Early Pharmaceutical Exposure (EPE) Terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Blok 16 Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta” tepat pada waktunya.
Terselesaikannya proposal KTI ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya.
2. dr. H. Andi Pramono, Sp.An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sabtanti Harimurti, Ph.D., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4. Ingenida Hadning, M.Sc, Apt selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Pinasti Utami, M.Sc., Apt selaku dosen penguji 1 dan Ibu Dra. Salmah Orbayinah, M.Kes., Apt selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan kritik dan saran dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
7. Teman-teman farmasi 2012.
Dengan keterbatasan waktu dan kemampuan yang ada, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan proposal KTI ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, Oktober 2016 Rian Lupita
(8)
vii DAFTAR ISI
KARYA TULIS ILMIAH ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
Gambar 2. Skema Langkah Kerja ... 25
x DAFTAR LAMPIRAN ... xi
INTISARI ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Keaslian Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II ... 6
TINJUAN PUSTAKA ... 6
A. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
B. Kerangka Konsep ... 16
C. Hipotesis ... 16
BAB III ... 17
METODE PENELITIAN ... 17
A. Desain Penelitian ... 17
B. Tempat dan Waktu ... 17
C. Populasi dan Sampel ... 17
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 18
E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 18
1. Variabel Penelitian ... 18
2. Definisi Operasional ... 18
F. Instrumen Penelitian ... 19
G. Cara kerja ... 21
(9)
viii
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 21
3. Pengambilan Data ... 23
4. Pelaporan ... 23
H. Skema Langkah Kerja ... 25
Gambar 2. Skema Langkah Kerja ... 25
I. Analisis Data ... 26
BAB IV ... 28
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28
A. Uji Validitas dan Realibilitas ... 28
B. Penelitian Evaluasi Pelaksanaan dan Pengaruh EPE terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 34
BAB V ... 46
KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
(10)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain... 4
Tabel 2. Aspek Pertanyaan Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 20
Tabel 3. Tingkat Pengatahuan Mahasiswa ... 21
Tabel 4.Validasi Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 29
Tabel 5. Validasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 31
Tabel 6. Distribusi Jawaban Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 35
Tabel 7.Analisis Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 39
Tabel 8.Hasil Pre Test dan Post Test Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 40
(11)
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep ... 16 Gambar 2. Skema Langkah Kerja ... 25 Gambar 3. Diagram Distribusi Evaluasi pelaksanaan EPE
(Aspek Persiapan) ... 36 Gambar 4. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Pembimbing) ... 36 Gambar 5. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Kegiatan) ... 37 Gambar 6. Evaluasi Pelaksanaan EPE
(Aspek keterampilan Mahasiswa) ... 37 Gambar 7. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Kinerja Kelompok)... 37 Gambar 8. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Motivasi Belajar) ... 38 Gambar 10. Diagram Distribusi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Setelah EPE
terhadap Kisi-kisi petanyaan ... 42 Gambar 9. Diagram Distribusi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Sebelum EPE
(12)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 50
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 51
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 52
Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 55
Lampiran 5. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Pengetahuan Mahasiswa 56 Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 57
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 58
Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 62
Lampiran 9. Tabel Frekuensi Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 63
Lampiran 10. Tabel Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 63
Lampiran 11. Hasil Uji Pre Dan Post Tes Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 64
Lampiran 12. Tabel Frekuensi Pre Test Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Menurut Aspek Pertanyaan ... 65
Lampiran 13. Tabel Frekuensi Post Test Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Menurut Aspek Pertanyaan ... 66
Lampiran 14. Tabel Frekeunsi Evaluasi Pelaksanaan EPE Menurut Aspek Pertanyaan ... 67
Lampiran 15. Surat Permohonan Menjadi Responden ... 73
Lampiran 16. Surat Pernyataan Menjadi Responden ... 74
Lampiran 17. Kuesioner Evaluasi Pelaksanaan EPE ... 75
Lampiran 18. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 77
Lampiran 19. Distribusi Frekuensi Responden Evalausi Pelaksanaan EPE ... 79
Lampiran 20. Distribusi Frekuensi Responden dengan Jawaban Benar ... 81
(13)
xii INTISARI
Early Pharmaceutical Exposure (EPE) salah satu metode pembelajaran dimana mahasiswa dikenalkan pada kondisi klinik. Konsep dari EPE merupakan pemaparan awal kepada mahasiswa pada dunia klinis, supaya mahasiswa dapat melakukan dan mengetahui prinsip-prinsip dalam praktik klinis dan merangsang mahasiswa berfikir kritis dalam memecahkan masalah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan EPE blok 16 dan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sample secara purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Farmasi UMY angkatan 2013 yang telah mengikuti EPE di blok 16. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 26 responden, yang diberikan kuesioner evaluasi pelaksanaan dan tingkat pengetahuan mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY. Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences), kemudian diuji menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan, evaluasi pelaksanaan EPE 73,08% baik dan 26,92% cukup. Tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum melaksanakan EPE 38,5% baik, 61,5% cukup, setelah dilaksanakan EPE tingkat pengetahuan mahasiswa meningkat yaitu 100% baik dan didapatkan p value = 0,000 artinya terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa. Kata kunci: Early Pharmaceutical Exposure, Farmasi UMY, tingkat pengetahuan
(14)
xiii ABSTRACT
Pharmaceutical Early Exposure (EPE) one method of learning in which students are introduced to the clinical conditions. The concept of EPE an initial exposure to students in the clinical world, so that students can do and knowing principles in clinical practice and stimulate students to think critically to solve problems. The study aims to determine the results of the evaluation of EPE block 16 and to determine the effect on the level of knowledge EPE implementation of the 16 students of Pharmacy UMY
This research was observational descriptive analytic with cross sectional approach. The sampling technique used was the non-probability sampling through purposive sampling. The samples in this study are pharmacy students year 2013 in Muhammadiyah University of Yogyakarta who have followed Early Pharmaceutical Exposure in block 16. The number of samples in this study were 26 respondents, were given a questionnaire evaluating the implementation and the level of knowledge of students of block 16 of Pharmacy Muhammadiyah University of Yogyakarta. The data obtained were processed using SPSS (Statistical Package for the Social Sciences), were then tested using the Wilcoxon test.
The research result showed evaluation of the implementation ofEarly Pharmaceutical Exposure, 73,08% goodand 26,92% sufficient. The level of student knowledge before implementing Early Pharmaceutical Expsoure 38,5% good, 61,5% sufficient, after implemented Early Pharmaceutical Exposure knowledge level of students increased, that is 100% good and obtained p value = 0.000 means that there is a difference score significantly to the knowledge level of students.
Keywords: Early Pharmaceutical Exposure, Pharmaceutical UMY, the level of knowledge
(15)
(16)
xii INTISARI
Early Pharmaceutical Exposure (EPE) salah satu metode pembelajaran dimana mahasiswa dikenalkan pada kondisi klinik. Konsep dari EPE merupakan pemaparan awal kepada mahasiswa pada dunia klinis, supaya mahasiswa dapat melakukan dan mengetahui prinsip-prinsip dalam praktik klinis dan merangsang mahasiswa berfikir kritis dalam memecahkan masalah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan EPE blok 16 dan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sample secara purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Farmasi UMY angkatan 2013 yang telah mengikuti EPE di blok 16. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 26 responden, yang diberikan kuesioner evaluasi pelaksanaan dan tingkat pengetahuan mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY. Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences), kemudian diuji menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan, evaluasi pelaksanaan EPE 73,08% baik dan 26,92% cukup. Tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum melaksanakan EPE 38,5% baik, 61,5% cukup, setelah dilaksanakan EPE tingkat pengetahuan mahasiswa meningkat yaitu 100% baik dan didapatkan p value = 0,000 artinya terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa. Kata kunci: Early Pharmaceutical Exposure, Farmasi UMY, tingkat pengetahuan
(17)
xiii ABSTRACT
Pharmaceutical Early Exposure (EPE) one method of learning in which students are introduced to the clinical conditions. The concept of EPE an initial exposure to students in the clinical world, so that students can do and knowing principles in clinical practice and stimulate students to think critically to solve problems. The study aims to determine the results of the evaluation of EPE block 16 and to determine the effect on the level of knowledge EPE implementation of the 16 students of Pharmacy UMY
This research was observational descriptive analytic with cross sectional approach. The sampling technique used was the non-probability sampling through purposive sampling. The samples in this study are pharmacy students year 2013 in Muhammadiyah University of Yogyakarta who have followed Early Pharmaceutical Exposure in block 16. The number of samples in this study were 26 respondents, were given a questionnaire evaluating the implementation and the level of knowledge of students of block 16 of Pharmacy Muhammadiyah University of Yogyakarta. The data obtained were processed using SPSS (Statistical Package for the Social Sciences), were then tested using the Wilcoxon test.
The research result showed evaluation of the implementation ofEarly Pharmaceutical Exposure, 73,08% goodand 26,92% sufficient. The level of student knowledge before implementing Early Pharmaceutical Expsoure 38,5% good, 61,5% sufficient, after implemented Early Pharmaceutical Exposure knowledge level of students increased, that is 100% good and obtained p value = 0.000 means that there is a difference score significantly to the knowledge level of students.
Keywords: Early Pharmaceutical Exposure, Pharmaceutical UMY, the level of knowledge
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Apoteker adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan di bidang kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi kefarmasian.Apoteker sebagai tenaga kesehatan yang dikelompokkan sebagai profesi yang telah diakui secara universal (ISFI, 2011).
Pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien (pharmaceutical care). Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan prilaku agar dapat berinteraksi dengan pasien. Yaitu tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir serta pengobatan berbasis pasien dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (Menkes RI, 2004).
Artinya :Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s.
al-Mujadalah : 11)
Hadits diatas merupakan perintah yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam, karena menuntut ilmu atau pendidikan menjadi petunjuk dalam menjalani hidup di dunia dan di akhirat.Tanpa pendidikan manusia tidak dapat
(19)
berkembang sejalan aspirasi dan pandangan hidup mereka, sehingga pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten.
Apoteker yang kompeten diperlukan untuk mendukung praktik kefarmasian sehingga dapat memberikan gambaran implementasi ilmu kefarmasian untuk meluluskan apoteker yang sesuai dengan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia. Untuk memenuhi lulusan apoteker yang kompeten dan sesuai dengan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia diperlukan sistem pembelajaran yang mendukung, salah satunya adalah KurikulumBerbasisKompetensi (KBK) dan merupakan salah satu metode
student learning yang diambil dari teori belajar atau Social Learning Theory. Metode pembelajaranberbasis masalah atau Problem Based Learning
(PBL) yaitu suatu metode instruksional untuk memberi kemampuan kepada peserta didik melalui penyelesaian masalah (Nursalam, 2008). Tujuan utama PBL adalah memberi keterampilan dan informasi kepada peserta didik yang akan diterapkannya nanti dalam pekerjaan, baik selama belajar maupun saat menjalankan profesinya (Nursalam, 2008). Kegiatan pembelajara metode PBL meliputi kegiatan perkuliahan, tutorial, praktikum ilmu farmasi, praktikum keterampilan ilmu farmasi(skills lab), Early Pharmaceutical Exposure(EPE),
belajar mandiri, plenary discussion, english hour (Tan & Oon-Seng, 2004)
Early Pharmaceutical Exposure (EPE) merupakan bentuk praktik klinis mahasiswa farmasi di program sarjana.Praktik klinis merupakan bagian integral dari pendidikan farmasi.EPE diberikan untuk mempersiapkan
(20)
mahasiswa agar dapat melakukan dan mengetahui prinsip-prinsip dalam praktik klinis dan merangsang mahasiswa untuk menggunakan keterampilan berpikir kritis mereka untuk memecahkan masalah.UMY menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang menerapkan metode pembelajaran EPE. Metode pembelajaran EPE ini belum pernah dilakukan evaluasi, akan tetapi di luar negeri sudah banyak yang telah melakukan evaluasi program Early Exposure pada Program Studi Kedokteran. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Tayade, dkk (2014) dalam penelitian yang berjudul The impact of Early Clinical Exposure on First M.B.B.S, Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan lembar MCQ untuk menguji Pengetahuan berdasarkanpersepsimenggunakanskala Likert.
Peneliti ingin mengevaluasi pelaksanaan EPE dan ingin mengetahui pengaruh EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa Program Studi Farmasi UMY.Peneliti melakukan fokus penelitian pada pelaksanaan EPE 16.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hasil evaluasi pelaksanaan EPE blok 16 Program Studi Farmasi UMY dari perspektif mahasiswa?
2. Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY?
(21)
4
C. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain
No Nama / Tahun Judul Hasil Penelitian Metode Perbedaan
1. Tayade, dkk
(2014)
The impact of Early Clinical Exposure on First M.B.B.S. Students.
early clinical exposure
memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik dalam pengetahuan dan keterampilan
menggunakan lembar MCQ untuk menguji Pengetahuan
berdasarkanpersepsimenggunakanska la Likert
Penelitian sebelumnya meneliti peningkatan pengetahuan mahasiswa yang mengikutiEarly Clinical Exposure dan non Early Clinical Exposure, subjek penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan dokter dengan jumlah sampel 120. Sedangkan penelitian ini meneliti apakah ada peningkatan pengetahuan mahasiswa terhadap Early Pharmaceutical Exposure dengan metode deskripti korelasidenganpendekatan
cross sectional. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa farmasi UMY angkatan 2013
2 Reza Jafarzadeh
Esfehani et al. (2012)
the effect of Early Clinical Exposure on learning motivation of medical students.
Early Clinical Exposure
menghasilkan sikap yang lebih baik terhadap praktek klinis di masa depan, meningkatan kepercayaan diri, dan mengurangi stres
Metode yang digunakkan adalah
cross sectionaldengan menggunakan kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan SPSS
Penelitian sebelumnya meneliti pengaruh Early Clinical Exposure terhadap sikap mahasiswa, subyek penelitian adalah mahasiswa prodi pendidikan kedokteran. Sedangakn penelitian ini meneliti evaluasi pelaksanaan Early
Pharmaceutical Exposure terhadap mahasiswa, subyek penelitian ini adalah mahasiswa farmasi UMY angkatan 2013
3 Bernhard von
Below et al. (2008)
Medical students' and facilitators' experiences of an Early Professional Contact course: Active and motivated students, strained facilitators mahasiswa dan fasilitator puas dengan kegiatan perkuliahan dalam peningkatan motivasi dalam studi biomedis dan meningkatkan kepercayaan diri saat betemu dengan pasien
Metode yang digunakan terinspirasi dari Swedish
adaptation of the Course Experience Questionnaire, an Early Professional Contact Questionnaire was
constructedpada tahun 2003, kemudian data dianalisis
menggunakan Mann-whitney dan
Chi-square
Peneliti mengadopsi kuesioner untuk dijadikan kuesioner evaluasi pelaksanaan Early
(22)
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan EPE blok 16 Program Studi Farmasi UMY dari perspektif mahasiswa.
2. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Lain
a. Menambah ilmu pengetahuan, guna menunjang penelitian selanjutnya di bidang pendidikan.
b. Memperoleh gambaran tentang evaluasi pelaksanaan dan pengaruh metode pembelajaran EPE tehadap tingkat pengetahuan mahasiswa Farmasi UMY.
2. Bagi Program Studi Farmasi UMY
a. Mengetahui evaluasi pelaksanaan EPE di Program Studi Farmasi UMY
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pengembangan kurikulum khususnya EPE di Program Studi Farmasi UMY.
3. Bagi Institusi Pendidikan Lain
a. Sebagai acuan kurikulum baru bagi universitas yang ada di Indonesia b. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
(23)
6
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kompetensi
a. Standar Kompetensi Sarjana Farmasi
Standar Kompetensi Sarjana Farmasi merupakan standar nasional yang harus dicapai lulusan pendidikan S1 Farmasi di seluruh Indonesia termasuk lulusan pendidikan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kompetensi utama lulusan S1 Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sesuai dengan Surat Keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia Nomor: 12/APTFI/MA/2010 tentang Kompetensi Sarjana Farmasi Indonesia adalah:
1) Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kefarmasian di bidang klinis meliputi sistem kardiovaskuler, pernafasan, saraf, endokrin, ophtalmologi, THT, urologi, tulang & persendian, obsgyn, ginjal, dan gangguan dermatologi secara profesional.
2) Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kefarmasian di bidang komunitas secara profesional.
3) Mahasiswa mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.
4) Mahasiswa mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen apotek, RS, dan industri di bidang kefarmasian.
(24)
5) Mahasiswa mampu menjalin hubungan interpersonal.
6) Mahasiswa mampu mengembangkan profesionalisme melalui penelitian
b. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (PP RI No 51 2009 Pasal 1 Poin 5).Menurut Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor : 058/SK/PP.IAI/IV/2011 Tentang Standar Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :
1) Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik
2) Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait dengan Penggunaan Sediaan Farmasi
3) Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4) Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Standar Yang Berlaku
5) Mempunyai Keterampilan dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6) Mampu Berkontribusi dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
7) Mampu Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai dengan Standar Yang Berlaku
(25)
8) Mempunyai Keterampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal dalam Melakukan Praktik Kefarmasian
9) Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Berhubungan dengan Kefarmasian
Apoteke rsebagai pelaku utama pelayanan kefarmasian yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibannya. Kompetensi dan kewenangan apoteker tersebut menunjukkan kemampuan profesional yang baku dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut. Apoteker kesehatan yang melaksanakan tugas sesuai standar profesinya akan mendapatkan perlindungan hukum.
Apoteker sebagai pendukung upaya kesehatan dalam menjalankan tugasnya harus diarahkan dan dibina sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pembinaan dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dan kemampuannya, sehingga selalu tanggap terhadap permasalahan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya.Sedangkan pengawasan dilakukan terhadap kegiatannya agar tenaga kesehatan tersebut dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijaksanaan peraturan perundang-undangan dan sistem yang telah ditetapkan.
(26)
2. Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berarti suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematika atas dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 19 20 2004: 3).
b. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK Mendiknas nomor 045/U/2002).Dengan pengertian tersebut maka kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai model atau desain kurikulum yang dirancang secara khusus untuk menyiapkan peserta didik kompeten dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Mulyasa berpendapat bahwa kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu
(27)
Mulyasa(2004:39).Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menerapkan KBK dengan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
3. Problem Based Learning
Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning pertama dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrow sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada (Amir, 2009). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Menurut Glazer (2001), mengemukakan Problem Based Learning
merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata. Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif pada siswa.Problem Based Learning adalah pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam PBL di Program Studi Farmasi UMY yaitu, kuliah pakar, tutorial, praktikum
(28)
keterampilan farmasi, praktikum ilmu farmasi, plenary discussion, Interprofessional Education (IPE) dan Early Pharmaceutical Exposure
(EPE).
4. Early Pharmaceutical Exposure
Early Exposure merupakan metode pembelajaran berbasis masalah.Di beberapa negara Early Exposure dikenal dengan Early Clinical Exposure.Konsep Early Clinical Exposure merupakan pemaparan awal mahasiswa pada dunia klinis dalam bentuk praktik klinis.Praktik klinis merupakan bagian integral dari pendidikan sarjana farmasi.Early Clinical Exposure diberikan untuk mempersiapkan mahasiswa agar dapat melakukan dan mengetahui prinsip-prinsip dalam praktik klinis dan merangsang mahasiswa untuk menggunakan keterampilan berpikir kritis mereka untuk memecahkan masalah (Kojuri, dkk, 2012)
Pada Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Early Clinical Exposure dikenal dengan istilah Early Pharmaceutical Exposuredan diberikan semenjak pendidikan akademik dalam bentuk praktik klinis..
Pada Program Studi Farmasi UMY, EPE dilaksanakan sebanyak 6 kali yaitu di Puskesmas (blok 5), Industri (blok 8) dan Rumah Sakit (blok 14, blok 16, blok 22 dan blok 24). Peneliti fokus mengevaluasi pelaksanaan dan pengaruh tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap EPE yang terdiri dari 6 aspek yang meliputi aspek persiapan, aspek pembimbing, aspek kegiatan, aspek keterampilan mahasiswa, aspek
(29)
kinerja kelompok, aspek mahasiswa di blok 16. Target kompetensi yang diharapkan di blok 16 dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Kelengkapan administrasi terkait pelayanan kefarmasian di IFRS b. Pengelolaan obat di IFRS
c. Good dispensing practice di IFRS d. Observasi data dalam rekam medic 5. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetauan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai.Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2012).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoadmodjo (2007) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah menginat kembali (recall) tehadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
(30)
paling rendah untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari.
2) Memahami (comprehension)
Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yng diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya. 3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian.
4) Analisis (analysis)
Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dlam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
(31)
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita dapat ukur sesuai dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmodjo, 2007).
Menurut Arikunto (2006) yang dikutip Machfoedz (2010), skala pengukuran untuk mengukur tingkat pengetahuan diktegorikan dengan tiga kategori, yaitu :
(32)
1) Baik, bila responden mampu menjawab dengan benar 76%-100%dari seluruh pertanyaan.
2) Cukup, bila responden mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan.
3) Kurang, bila responden mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh pertanyaan.
(33)
B. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep
Keterangan: : berpengaruh
C. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Evaluasi pelaksanaan EPE blok 16 Program Studi Farmasi UMY masuk dalam katogori baik.
2. EPE berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan mahasiswa.
Problem Based Learning
(PBL)
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
Early Pharmaceutical Exposure (EPE)
Tingkat Pengetahuan
Evaluasi Pelaksanaan
(34)
17
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional atau potong lintang yaitu rancangan penelitiam dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk melihat tingkat pengetahuan dan motivasi belajar mahasiswa Farmasi FKIK UMY sebelum dan sesudah mengikuti Early Pharmaceutical Exposure diblok 16.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016. C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang berada dalam wilayah penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angkatan 2013.
2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sample secara purposive sampling. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Farmasi angkatan 2013 yang telah
(35)
mengikuti Early Pharmaceutical Exposure diblok 16 dan sebanyak 26 orang untuk digunakan sampel penelitian yang masuk dalam kriteria eksklusi.
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria inklusi:
a. Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2013.
b. Mahasiswa perwakilan no urut absen EPE1 dan 2. 2. Kriteria eksklusi :
a. Mahasiswa tidak lengkap mengisi kuesioner. b. Mahasiswa yang mengundurkan diri.
E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Early Pharmaceutical Exposure.
b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah evaluasi pelaksanaan EPE dan tingkat pengetahuan mahasiswa.
2. Definisi Operasional
a. Early Pharmaceutical Exposure (EPE)
Early Pharmaceutical Exposure merupakan suatu kegiatan pembelajaran mahasiswa program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta blok 16 untuk melakukan praktik klinik di Rumah Sakit sehingga mahasiswa mengetahui prinsip-prinsip dalam
(36)
praktik klinis dan merangsang mahasiswa untuk menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan masalah.
b. Evaluasi Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program EPE di blok 16.
c. Pembimbing
Pemimpin yang membimbing dan mengawasi jalannya kegiatan EPE di Rumah Sakit.
d. Tingkat Pengetahuan
Pengalaman dan informasi yang diperoleh mahasiswa selama EPE terkait pengaruhnya terhadap tingkat pengetahuan di blok 16. Sesuai dengan learning objective di blok 16 yaitu :
1) Kelengkapan administrasi terkait pelayanan kefarmasian di IFRS 2) Pengelolaan obat di IFRS
3) Good dispensing practice di IFRS 4) Observasi data dalam rekam medik F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan intrument berupa kuesioner Tingkat Pengetahuan dan Evaluasi Pelaksanaan EPE. Kuesioner dirancang oleh peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep, buku panduan Early Pharmaceutical Exposure blok 16, dan kuesioner yang diadopsi dari Medical students' and facilitators' experiences of an Early Professional Contact course: Active and motivated students, strained facilitator tahun 2008
(37)
untuk memperoleh informasi tentang motivasi belajar mahasiswa sebelum dan setelah mengikuti Early Pharmaceutical Exposure di blok 16.
Kuesioner yang disusun terdiri dari dua kuesioner yaitu kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE blok 16 mahasiswa program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Kuesioner Evaluasi Pelaksanaan Early Pharmaceutical Exposure (EPE) Kuesioner ini terdiri dari 28 pertanyaan yang kemudian diukur menggunakan skala Likert, yaitu terdapat jawaban bergradasi dari (SS) sangat setuju, (S) setuju, (N) netral, (TS) tidak setuju, (STS) sangat tidak setuju. Masing-masing item jawaban terdapat skor yaitu (STS) sangat tidak setuju = 1, (TS) tidak setuju = 2, (N) netral = 3, (S) setuju = 4, (SS) sangat setuju = 5. Jumlah pertanyaan sebelum divalidasi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Aspek Pertanyaan Evaluasi Pelaksanaan EPE
No Evaluasi Pelaksanaan EPE ∑ Pertanyaan
1 2 3 4 5 6
Persiapan Pembimbing Kegiatan EPE
Keterampilan Mahasiswa Kinerja Kelompok Mahasiswa
2 5 4 5 2 10
Jumlah 28
2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Kuesioner ini terdiri dari 37 pertanyaan yang kemudian diukur menggunakan skala Guttman, yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten
(38)
dengan memberikan jawaban tegas pada pertanyaan.Bentuk pertanyaan dari kuesioner tersebut berupa pertanyaan ya atau tidak. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan setiap jawaban yang salah diberi nilai 0 (Hidayat,2007).Jumlah pertanyaan sebelum divalidasi untuk setiap jenis pengetahuan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Pengatahuan Mahasiswa
no Evaluasi Pelaksanaan EPE ∑ Pertanyaan
1 Kelengkapan administrasi di IFRS 7
2 Pengelolaan obat di IFRS 12
3 Good dispensing practiceIFRS 14
4 Observasi data dalam rekam medik 4
Jumlah 37
G. Cara kerja 1. Persiapan
Tahap ini meliputi penyiapan proposal, perijinan dan penyiapan kuesioner.Perijinan kepada kosema kelas mahasiswa Farmasi UMY secara lisan.Setelah dapat izin penelitian, selanjutnya dilakukan penyiapan kuesioner yang kemudian diuji validitas dan reabilitas.
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian, bagaimana data yang diperoleh akurat dan objektif adalah suatu yang sangat penting. Agar data yang dikumpulkan benar-benar berguna, maka alat ukur yang digunakan harus valid dan reliabel.
(39)
a. Uji Validitas
Validitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yag akan digunakan dalam penelitian dianggap valid atau tidak. Uji validitas dapat dilakukan pada tempat yang sama namun responden berbeda (responden yang tidak digunakan dalam penelitian) (Saryono, 2011). Suatu koesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada koesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Wikandari, 2008).
Pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan uji korelasi antara skor (nilai) pada tiap-tiap item dengan skor total.Teknik untuk mengukur validitas kuesioner yang digunakan dengan metode
Pearson Correlation. Penilain terhadap pertanyaan kuesioner valid atau tidak tergantung ada signifikasi (rtabel) yang diinginkan dalam penelitian yaitu 0,05 (signifikasi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yag sering digunakan dalam penelitian), artinya item di anggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total(Martono, 2010). Apabila rhitung lebih besar dan rtabel maka item pertanyaan tersebut dikatakan valid dan dapat digunakan dan apabila rhitung lebih kecil dari rtabel maka item pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan (notoadmojo, 2003).
(40)
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Reliabilitas harus didahului dengan validitas (Sumantri, 2011). Pengukuran realibiltas dengan cara menghitung nilai koefisien alpha Cronbach (a)
jika nilainya lebih besar dari 0,06 alat ukur dinyatakan riliabel, sebaliknya apabila nilai alpha Cronbach (a) dibawah 0,06 maka alat ukur dinyatakan tidak reliabel (Sugiyono, 2007)
3. Pengambilan Data
Setelah kuesioner sudah divalidasi, selanjutnya dilakukan tahap pengambilan data kepada mahasiswa Farmasi UMY angakatan 2013. Cara kerja pada penelitian ini mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung oleh peneliti kepada responden. Jawaban diberikan dengan cara memberikan tanda check(√) pada jawaban
yang sesuai 4. Pelaporan
Data dianalisis dan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editting adalah kegiatan koreksi data untuk melihat kelengkapan kuesioner dan jawaban responden. Hal ini dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera dapat dilengkapi.
b. Codding adalah kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang diperoleh. Data yang diedit kemudian diubah dalam bentuk angka
(41)
yaitu dengan cara memberikan kode 1 bila jawaban benar dan kode 0 bila jawaban salah pada kuesioner pengetahuan. Kode 5 pada jawaban (SS) sangat setuju, kode 4 pada jawaban (S) setuju, kode 3 pada jawaban (N) netral, kode 2 pada jawaban (TS) tidak setuju, dan kode 1 pada jawaban (STS) sangat tidak setuju pada kuesioner motivasi belajar.
c. Entry Data adalah kegiatan memasukkan data ke dalam
databasecomputer.
d. Cleaning adalah kegiatan mengecek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya.
(42)
H. Skema Langkah Kerja
Gambar 2. Skema Langkah Kerja PELAKSANAAN
ANALISIS DATA
Penyebaran kuesioner yang dinyatakan valid dan reliabel
Menganalisis dan menggunakan program
SPSS
Mencari Jurnal, referensi, dan teori pendukung pustaka
PERSIAPAN
Hasil dan
Pembuatan dan Presentasi Proposal
Menyusun kuesioner
Kesimpulan
(43)
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai distribusi frekuensi variabel yang diteliti.Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karekteristik setiap variabel penelitian (Sumantri, 2011). Data disajikan dalam bentuk persentase dengan rumus:
Keterangan: P: Persentase
X: Jumlah skor jawaban N: Jumlah seluruh pertanyaan
Evaluasi pelaksanaan dan pengaruh EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY dikategorikan dalam tiga kategori, yaitu:
a. Baik, apabila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan.
b. Cukup, apabila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang, apabila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 55% dari seluruh pertanyaan.
(44)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variabel (Notoatmodjo, 2003).Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara sebelum dilakukan EPE dan setelah dilakukan EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa Program Studi Farmasi UMY.Dalam pengujian data dilakukan uji Wilcoxon karena pengujian ini dilakukan untuk membandingkan antara dua kelompok data yang saling berhubungan.
Hipotesis:
H0: Tidak terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat
pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah dilaksanakannya EPE.
H1: Terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan
mahasiswasebelum dan setelah dilaksanakannya EPE. Intepretasi hasil uji statistik, apabila:
a. P value > α (0,05), maka H0 diterima atau H1 ditolak. Yang berarti
tidak ada perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah dilaksanakannya EPE.
b. P value ≤ α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Yang berarti ada
perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah mengikuti EPE.
(45)
17
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional atau potong lintang yaitu rancangan penelitiam dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk melihat tingkat pengetahuan dan motivasi belajar mahasiswa Farmasi FKIK UMY sebelum dan sesudah mengikuti Early Pharmaceutical Exposure diblok 16.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016. C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang berada dalam wilayah penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angkatan 2013.
2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sample secara purposive sampling. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Farmasi angkatan 2013 yang telah
(46)
mengikuti Early Pharmaceutical Exposure diblok 16 dan sebanyak 26 orang untuk digunakan sampel penelitian yang masuk dalam kriteria eksklusi.
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria inklusi:
a. Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2013.
b. Mahasiswa perwakilan no urut absen EPE1 dan 2. 2. Kriteria eksklusi :
a. Mahasiswa tidak lengkap mengisi kuesioner. b. Mahasiswa yang mengundurkan diri.
E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Early Pharmaceutical Exposure.
b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah evaluasi pelaksanaan EPE dan tingkat pengetahuan mahasiswa.
2. Definisi Operasional
a. Early Pharmaceutical Exposure (EPE)
Early Pharmaceutical Exposure merupakan suatu kegiatan pembelajaran mahasiswa program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta blok 16 untuk melakukan praktik klinik di Rumah Sakit sehingga mahasiswa mengetahui prinsip-prinsip dalam
(47)
praktik klinis dan merangsang mahasiswa untuk menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan masalah.
b. Evaluasi Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program EPE di blok 16.
c. Pembimbing
Pemimpin yang membimbing dan mengawasi jalannya kegiatan EPE di Rumah Sakit.
d. Tingkat Pengetahuan
Pengalaman dan informasi yang diperoleh mahasiswa selama EPE terkait pengaruhnya terhadap tingkat pengetahuan di blok 16. Sesuai dengan learning objective di blok 16 yaitu :
1) Kelengkapan administrasi terkait pelayanan kefarmasian di IFRS 2) Pengelolaan obat di IFRS
3) Good dispensing practice di IFRS 4) Observasi data dalam rekam medik F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan intrument berupa kuesioner Tingkat Pengetahuan dan Evaluasi Pelaksanaan EPE. Kuesioner dirancang oleh peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep, buku panduan Early Pharmaceutical Exposure blok 16, dan kuesioner yang diadopsi dari Medical students' and facilitators' experiences of an Early Professional Contact course: Active and motivated students, strained facilitator tahun 2008
(48)
untuk memperoleh informasi tentang motivasi belajar mahasiswa sebelum dan setelah mengikuti Early Pharmaceutical Exposure di blok 16.
Kuesioner yang disusun terdiri dari dua kuesioner yaitu kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE blok 16 mahasiswa program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Kuesioner Evaluasi Pelaksanaan Early Pharmaceutical Exposure (EPE) Kuesioner ini terdiri dari 28 pertanyaan yang kemudian diukur menggunakan skala Likert, yaitu terdapat jawaban bergradasi dari (SS) sangat setuju, (S) setuju, (N) netral, (TS) tidak setuju, (STS) sangat tidak setuju. Masing-masing item jawaban terdapat skor yaitu (STS) sangat tidak setuju = 1, (TS) tidak setuju = 2, (N) netral = 3, (S) setuju = 4, (SS) sangat setuju = 5. Jumlah pertanyaan sebelum divalidasi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Aspek Pertanyaan Evaluasi Pelaksanaan EPE
No Evaluasi Pelaksanaan EPE ∑ Pertanyaan
1 2 3 4 5 6
Persiapan Pembimbing Kegiatan EPE
Keterampilan Mahasiswa Kinerja Kelompok Mahasiswa
2 5 4 5 2 10
Jumlah 28
2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Kuesioner ini terdiri dari 37 pertanyaan yang kemudian diukur menggunakan skala Guttman, yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten
(49)
dengan memberikan jawaban tegas pada pertanyaan.Bentuk pertanyaan dari kuesioner tersebut berupa pertanyaan ya atau tidak. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan setiap jawaban yang salah diberi nilai 0 (Hidayat,2007).Jumlah pertanyaan sebelum divalidasi untuk setiap jenis pengetahuan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Pengatahuan Mahasiswa
no Evaluasi Pelaksanaan EPE ∑ Pertanyaan
1 Kelengkapan administrasi di IFRS 7
2 Pengelolaan obat di IFRS 12
3 Good dispensing practiceIFRS 14
4 Observasi data dalam rekam medik 4
Jumlah 37
G. Cara kerja 1. Persiapan
Tahap ini meliputi penyiapan proposal, perijinan dan penyiapan kuesioner.Perijinan kepada kosema kelas mahasiswa Farmasi UMY secara lisan.Setelah dapat izin penelitian, selanjutnya dilakukan penyiapan kuesioner yang kemudian diuji validitas dan reabilitas.
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian, bagaimana data yang diperoleh akurat dan objektif adalah suatu yang sangat penting. Agar data yang dikumpulkan benar-benar berguna, maka alat ukur yang digunakan harus valid dan reliabel.
(50)
a. Uji Validitas
Validitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yag akan digunakan dalam penelitian dianggap valid atau tidak. Uji validitas dapat dilakukan pada tempat yang sama namun responden berbeda (responden yang tidak digunakan dalam penelitian) (Saryono, 2011). Suatu koesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada koesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Wikandari, 2008).
Pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan uji korelasi antara skor (nilai) pada tiap-tiap item dengan skor total.Teknik untuk mengukur validitas kuesioner yang digunakan dengan metode
Pearson Correlation. Penilain terhadap pertanyaan kuesioner valid atau tidak tergantung ada signifikasi (rtabel) yang diinginkan dalam penelitian yaitu 0,05 (signifikasi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yag sering digunakan dalam penelitian), artinya item di anggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total(Martono, 2010). Apabila rhitung lebih besar dan rtabel maka item pertanyaan tersebut dikatakan valid dan dapat digunakan dan apabila rhitung lebih kecil dari rtabel maka item pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan (notoadmojo, 2003).
(51)
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Reliabilitas harus didahului dengan validitas (Sumantri, 2011). Pengukuran realibiltas dengan cara menghitung nilai koefisien alpha Cronbach (a)
jika nilainya lebih besar dari 0,06 alat ukur dinyatakan riliabel, sebaliknya apabila nilai alpha Cronbach (a) dibawah 0,06 maka alat ukur dinyatakan tidak reliabel (Sugiyono, 2007)
3. Pengambilan Data
Setelah kuesioner sudah divalidasi, selanjutnya dilakukan tahap pengambilan data kepada mahasiswa Farmasi UMY angakatan 2013. Cara kerja pada penelitian ini mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung oleh peneliti kepada responden. Jawaban diberikan dengan cara memberikan tanda check(√) pada jawaban
yang sesuai 4. Pelaporan
Data dianalisis dan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editting adalah kegiatan koreksi data untuk melihat kelengkapan kuesioner dan jawaban responden. Hal ini dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera dapat dilengkapi.
b. Codding adalah kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang diperoleh. Data yang diedit kemudian diubah dalam bentuk angka
(52)
yaitu dengan cara memberikan kode 1 bila jawaban benar dan kode 0 bila jawaban salah pada kuesioner pengetahuan. Kode 5 pada jawaban (SS) sangat setuju, kode 4 pada jawaban (S) setuju, kode 3 pada jawaban (N) netral, kode 2 pada jawaban (TS) tidak setuju, dan kode 1 pada jawaban (STS) sangat tidak setuju pada kuesioner motivasi belajar.
c. Entry Data adalah kegiatan memasukkan data ke dalam
databasecomputer.
d. Cleaning adalah kegiatan mengecek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya.
(53)
H. Skema Langkah Kerja
Gambar 2. Skema Langkah Kerja PELAKSANAAN
ANALISIS DATA
Penyebaran kuesioner yang dinyatakan valid dan reliabel
Menganalisis dan menggunakan program
SPSS
Mencari Jurnal, referensi, dan teori pendukung pustaka
PERSIAPAN
Hasil dan
Pembuatan dan Presentasi Proposal
Menyusun kuesioner
Kesimpulan
(54)
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai distribusi frekuensi variabel yang diteliti.Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karekteristik setiap variabel penelitian (Sumantri, 2011). Data disajikan dalam bentuk persentase dengan rumus:
Keterangan: P: Persentase
X: Jumlah skor jawaban N: Jumlah seluruh pertanyaan
Evaluasi pelaksanaan dan pengaruh EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY dikategorikan dalam tiga kategori, yaitu:
a. Baik, apabila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan.
b. Cukup, apabila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang, apabila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 55% dari seluruh pertanyaan.
(55)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variabel (Notoatmodjo, 2003).Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara sebelum dilakukan EPE dan setelah dilakukan EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa Program Studi Farmasi UMY.Dalam pengujian data dilakukan uji Wilcoxon karena pengujian ini dilakukan untuk membandingkan antara dua kelompok data yang saling berhubungan.
Hipotesis:
H0: Tidak terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat
pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah dilaksanakannya EPE.
H1: Terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan
mahasiswasebelum dan setelah dilaksanakannya EPE. Intepretasi hasil uji statistik, apabila:
a. P value > α (0,05), maka H0 diterima atau H1 ditolak. Yang berarti
tidak ada perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah dilaksanakannya EPE.
b. P value ≤ α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Yang berarti ada
perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah mengikuti EPE.
(56)
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden, serta menghindari kesalahan intepretasi. Instrumen diuji pada 26 responden, kemudian dilakukan uji instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu uji yang mempunyai arti sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu instrumen (kuesioner) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009). Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Korelasi yang digunakan adalah
pearson correlation. Dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai nilai r hitung > r tabel dinyatakan valid dan jika nilai r hitung < r tabel dinyatakan tidak valid. Syarat minimum dianggap valid adalah jika koefisien korelasi 0,361 dengan taraf kesalahan 5%. Jadi jika koefisien korelasi < 0,361 dinyatakan tidak valid.
Terdapat 28 item pertanyaan untuk kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE dan 37 pertanyaan untuk kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa yang diujikan kepada sejumlah 26 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pemilihan responden dengan melihat pengelompokkan mahasiswa disetiap Puskesmas dan setiap sesi kemudian diambil masing-masing
(57)
perwakilan berdasarkan no urut absen EPE. Hasil analisis validasi kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE dan tingkat pengetahuan mahasiswa Progam Studi Farmasi UMY dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 3.Validasi Evaluasi Pelaksanaan EPE
No Pertanyaan Koefisien Ket
Korelasi 1 EPE telah merangsang dan memberikan
pengetahuan berharga. 0.654 Valid
2 Setelah mengikuti EPE, kepercayaan diri saya saat
bertemu pasien meningkat. 0.579 Valid
3 EPE menjadikan beban bagi saya. 0.405 Valid
4
Apoteker pembimbing di RS menstimulasi saya untuk berkontribusi dengan pengalaman dan pengetahuan saya sendiri.
0.670 Valid
5 Tuntutan pada saya selama mengikuti EPE masuk
akal. 0.590 Valid
6
Saya sering kesulitan menemukan apa yang saya harapkan untuk saya pelajari selama mengikuti EPE.
-0.117 Tidak
valid 7 Diskusi kelompok meningkatkan pemahaman saya
selama mengikuti EPE.
0.593
Valid
8 Sistem pelaksanaan EPE sudah baik. 0.448 Valid
9 Tugas yang didapat selama EPE penting untuk
pembelajaran saya. 0.755 Valid
10 Saya mempraktekkan bagaimana mengamati dan
memahami perasaan pasien. 0.278
Tidak valid 11
EPE telah memberi saya pemahaman yang berharga tentang profesi apoteker dan pekerjaan kefarmasian.
0.549 Valid
12 Sebagai mahasiswa, saya memiliki kesempatan untuk mempengaruhi muatan/materi EPE.
0.721
Valid
13
Selama pelaksanaan EPE, apoteker pembimbing di RS memberikan feedback (umpan balik) yang bermanfaat untuk saya.
0.503 Valid
14
EPE meningkatkan motivasi belajar saya terkait materi blok farmakoterapi renal dan
kardiovaskuler, serta peran apoteker di RS.
0.753 Valid
15 Saya dilatih untuk mengetahui pekerjaan
(58)
16 Apoteker pembimbing di RS mendengarkan saya,
membimbing dengan serius, dan responsif. 0.599 Valid
17 Koordinator EPE memberikan informasi yang
cukup memadai untuk saya. 0.452 Valid
18 EPE menginspirasi saya untuk menjadi apoteker
yang baik. 0.673 Valid
19 Buku kerja EPE bermanfaat untuk proses belajar
saya selama EPE. 0.547 Valid
20 Apoteker pembimbing di RS bekerja keras untuk
membuat EPE menjadi menarik. 0.587 Valid
21 Saya menikmati pelaksanaan EPE. 0.741 Valid
22 Diskusi selama EPE bermanfaat. 0.751 Valid
23
Apoteker pembimbing di RS telah mendorong saya dengan beberapa cara untuk belajar lebih giat.
0.535 Valid
24 EPE adalah kegiatan yang menarik dan berharga. 0.714 Valid 25 EPE telah melatih pemahaman saya tentang
pekerjaan kefarmasian di RS. 0.640 Valid
26 Kelompok EPE saya bekerjasama dengan baik. 0.639 Valid
27 Tujuan atau learning outcome kegiatan EPE telah
terpenuhi. 0.690 Valid
28 Secara umum, saya puas dengan kualitas kegiatan
(59)
Tabel 4. Validasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa
No Pertanyaan Koefisien
korelasi
keterangan
1 Perawat harus mengisi buku pengambilan obat
sebagai bukti obat sudah diambil. 0.436 Valid
2 Saat pengambilan obat golongan psikotropika dan narkotika, harus mengisi buku pencatatan terlebih
dahulu. 0.459 Valid
3 Laporan penggunaan obat golongan psikotropika
dan narkotika diserahkan ke BPOM. 0.436 Valid
4 Penyerahan laporan penggunaan obat golongan
psikotropika dan narkotika setiap 1 bulan sekali. 0.436 Valid 5 Pengarsipan resep di instalasi farmasi (apotek)
rawat inap dilakukan setiap hari dan diserahkan ke
gudang setiap 1 tahun sekali. 0.004 Tidak valid
6 Pemusnahan resep dilakukan setiap 3 tahun sekali. 0.482 Valid
7 Pemusnahan resep dilakukan oleh pihak gudang. 0.149 Tidak valid
8 Penyusunan obat di instalasi farmasi rawat inap
berdasarkan alphabetis. 0.482 Valid
9 Penyimpanan obat golongan psikotropika dan narkotika secara khusus dalam lemari dengan 2
lapis pintu. 0.510 Valid
10 Penyimpanan obat dengan nama yang mirip dilakukan dengan memberi label di box dengan tulisan LASA (Look Alike Sound Alike).
0.459 Valid
11 Obat high alert diberi tanda khusus pada box. 0.436 Valid
12 Sebelum diberikan ke pasien obat higt
alertdilakukan double cross check. 0.482 Valid
13 Injeksi, suppositoria, elektrolit da
pat disimpan dalam lemari es yang sama. 0.475 Valid
14 Obat-obat yang hampir kadaluarsa diberi tanda
warna merah. 0.265 Tidak valid
15 Informasi obat-obat yang hampir kadaluarsa diinformasikan ke dokter penanggung jawab
pasien. 0.345 Tidak valid
16 Obat yang hampir kadaluarsa diutamakan untuk
diresepkan ke pasien. 0.436 Valid
17 Obat-obat yang sudah kadaluarsa dilaporkan untuk dimusnahkan.
0.459 Valid
18 Pemusnahan obat NON psikotropika dan narkotika dilakukan oleh apoteker.
(60)
19 Pemusnahan obat psikotropika dan narkotika yang sudah kadaluarsa dilakukan oleh pihak gudang.
0.397 Valid
20 Alur pelayanan resep di instalasi farmasi rawat inap adalah resep masuk→ screening resep→ data diinput dikomputer→diserahkan dibagian peracikan →diberi etiket dan sesuai nama bangsal
→diserahkan kepada perawat. -0,123 Tidak valid
21 Resep diantarkan sendiri oleh keluarga pasien
rawat inap ke instalasi farmasi rawat inap. 0,678 Valid
22 Screening resep dilakukan oleh apoteker. 0.482 Valid
23 Apabila apoteker tidak ada ditempat, screening
resep bisa dilakukan oleh asisten apoteker. 0.149 Tidak valid 24 Apabila terdapat resep yang meragukan, apoteker
melakukan konfirmasi ke dokter.
-0.010 Tidak valid
25 Jika stok obat yang diresepkan kosong, apoteker boleh mengganti obat yang indikasinya sama tanpa konfirmasi ke dokter.
0.485 Valid
26 Obat-obat yang sudah diracik diambil dari apotek oleh perawat bangsal.
0.048 Valid
27 Obat-obat yang memerlukan edukasi diantarkan langsung oleh apoteker ke pasien.
-0.048 Tidak valid
28 Obat untuk pasien ICU langsung diantarkan apoteker ke pasien.
0.438 Valid
29 Unit Dose Dispensing (UDD) dan Individual Prescribing (IP) merupakan metode distribusi obat di instalasi farmasi rawat inap.
0.254 Tidak valid
30 Metode UDD dilakukan untuk mengihindari
kesalahan pasien maupun kerusakan obat. 0.582 Valid
31 Kerugian metode UDD adalah sumber daya
manusia yang diperlukan sangat banyak. 0.482 Valid
32 Keuntungan metode IP menurunkan beban kerja
farmasi. 0.292 Tidak valid
33 Kekurangan metode IP obat yang tidak terpakai
akan menumpuk dibangsal. 0.482 Valid
34 Rekam medik adalah catatan riwayat penyakit dan pengobatan pasien.
0.482 Valid
35 Menuliskan adanya efek samping atas penggunaan obat direkam medik merupakan tugas perawat.
0.452 Valid
36 Pengisian rekam medik hanya bisa dilakukan oleh
dokter. 0.424 Valid
37 Lembar rekonsiliasi merupakan data pengobatan pasien rawat jalan atau UGD (Unit Gawat Darurat) yang terdapat dalam rekam medik.
(61)
Dari hasil validitas didapatkan 2 soal tidak valid untuk kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE dan 10 soal yang tidak valid untuk kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa, sehingga pertanyaan untuk evaluasi pelaksanaan EPE 26 soal dan tingkat pengetahuan mahasiswa 27 soal. Adanya pertanyaan yang tidak valid ini dikarenakan soal yang dibuat terlalu mudah atau terlalu sulit, sehingga responden mempunyai jawaban yang memusat atau tidak terdistribusi normal.
2. Uji Realibilitas
Uji realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Notoatmodjo, 2012). Dalam suatu kelompok item-item pertanyaan dinyatakan reliabel apabila angka koefisien alpha cronbach (α) ≥ 0,6
(Arikunto, 2010).
Uji realibilitas dilakukan kepada 26 responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 37 pertanyaan untuk kuesioner tingakat pengetahuan dan 28 pertanyaan untuk kuesioner motivasi belajar. Berikut adalah hasil uji realibilitas 26 responden.
Cronbach's
Alpha N of Items .926 28 Reliability Statistics
.845 37
Cronbach's
(62)
Dari hasil analisis diperoleh nilai alpha cronbach sebesar 0,844 untuk kuesioner tingkat pengetahuan dan 0,926 untuk kuesioner motivasi belajar sehingga dinyatakan sangat reliabel.
Berdasarkan hasil analisis uji validitas dan realibilitas kuesioner dapat disimpulkan bahwa dari 37 pertanyaan kuesioner yang diajukan 27 pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel untuk kuesioner tingkat pengetahuan dan dari 28 pertanyaan yang diajukan 26 pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel untuk kuesioner motivasi belajar, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan motivasi belajar mahasiswa program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Penelitian Evaluasi Pelaksanaan dan Pengaruh EPE terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa
1. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini yaitu mahasiswa Program Studi Farmasi UMY angkatan 2013 yang mengikuti EPE di blok 16. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan 26 butir pertanyaan untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan EPE dan 27 butir pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa. Kuesioner ini diberikan kepada 26 responden, dengan melihat pengelompokkan mahasiswa disetiap Rumah Sakit dan setiap sesi kemudian diambil masing-masing perwakilan, uji validitas dan reliabilitas perwakilan berdasarkan no urut absen 1 dan 2 untuk penelitian perwakilan berdasarkan no urut absen 3 dan 4.
(63)
2. Evaluasi Pelaksanaan EPE
Evaluasi pelaksanaan EPE mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu, baik, cukup dan kurang baik. Baik jika skor jawaban 76%-100%, cukup jika skor jawaban 56%-75% dan kurang baik jika skor jawaban <56%. Distribusi jawaban responden terhadap evaluasi pelaksanaan EPE dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Jawaban Evaluasi Pelaksanaan EPE
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1 Baik 19 73,08
2 Cukup 7 26,92
3 Kurang baik 0 0
Jumlah 26 100
Keseluruhan sampel pada penelitian ini adalah 26 responden. Berdasarkan data dari tabel diatas, evaluasi pelaksanaan EPE 73,08% baik dan 26,92% cukup. Hasil tersebut didapat setelah mahasiswa program studi Farmasi UMY melaksanakan progam EPE di blok 16.
Evaluasi pelaksanaan EPE mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY diukur melalui 6 aspek pertanyaan, yaitu: persiapan, pembimbing, kegiatan, keterampilan mahasiswa, kinerja kelompok, mahasiswa. Distribusi evaluasi pelaksanaan EPE mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY berdasarkan 6 aspek pertanyaan dapat dilihat pada gambar 3, gambar 4, gambar 5, gambar 6, gambar 7, gambar 8.
(64)
Gambar 3.Diagram Distribusi Evaluasi pelaksanaan EPE (Aspek Persiapan)
Gambar 4. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Pembimbing)
Gambar 5. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Kegiatan)
0 10 20 30 40 50 60 70 80
P18 P19 P20 P21 P22
Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
0 10 20 30 40 50 60 70 80
P10 P11 P12 P13
Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 P25 P26 Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
(65)
Gambar 6. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek keterampilan Mahasiswa)
Gambar 7.Evaluasi Pelaksanaan EPE (Kinerja Kelompok)
0 10 20 30 40 50 60 70 80
P14 P15 P16 P17
Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
0 10 20 30 40 50 60
P23 P24
Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
(66)
Gambar 8. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Motivasi Belajar) Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa pelaksanaan EPE masuk dalam katagori baik dengan nilai persentase 73,08%. Peneliti mengasumsikan bahwa kesiapan mahasiswa Farmasi UMY dalam mengikuti kegiatan EPE tinggi sehingga mempengaruhi minat dan perhatian mahasiswa dalam kegitan EPE. Hal ini sejalan dengan hukum kesiapan (Low Of Readiness) oleh Thorndike menyatakan belajar akan lebih berhasil jika mahasiswa dalam keadan siap, karena dalam keadaan tersebut kegiatan belajar akan berjalan secara serius.
Aspek dari kesiapan antara lain kesiapan mental, kesiapan pengetahuan terkait (materi persyaratan) kesiapan bahan, dan kesiapan instrument (alat dan bahan) sehingga berdampak dengan hasil atau peningkatan pengetahuan mahasiswa.
Diagram distribusi pada gambar diatas, terdapat beberapa item evaluasi dengan jawaban netral >20% dapat dilihat pada lampirn 19. Analsis evaluasi pelaksaan EPE dapat dilihat pada tabel 6.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
(1)
39 Tabel 3.Analisis Evaluasi Pelaksanaan EPE
Aspek Pertanyaan Analisa Penyebab Saran/solusi
Pembimbing
Apoteker pembimbing di Rumah Sakit bekerja keras untuk membuat EPE menjadi menarik
1. Pada saat EPE berlangsung apoteker yang bertugas dalam memimbing mahasiswa melakukan EPE sedang sibuk. 2. Rumah sakit yang dikunjungi
mahasiswa dalam kegiatan EPE banyak pasien, sehingga mahasiswa belajar mandiri tanpa ada pengawasan dari apoteker pembimbing
3. Apoteker pembimbing hanya memberikan informasi kepada mahasiswa seperlunya saja sehingga pelaksanaannya dirasa kurang efektif dan menarik.
1. Dilakukan sosialisasi kepada apoteker pembimbing.
2. Adanya apoteker pendamping lain atau cadangan untuk membimbing mahasiwa dalam kegiatan EPE agar pengalaman dan pengetahuan mahasiswa tercapai sesuai kompetensi yang sudah ditetapkan
3. Perwakilan dari pengajar mendampingi mahasiswa selama pelaksanaan EPE berlangsung.
Apoteker pembimbing di Rumah Sakit mendengarkan saya, membimbing dengan serius, dan responsive Apoteker pembimbing di Rumah Sakit telah mendorong saya dengan beberapa cara untuk belajar lebih giat
(2)
40 bekerjasama dengan
baik.
mahasiswa yang tidak serius dalam melakukan EPE
2. Kurangnya perhatian dari apoteker pembimbing di rumah sakit sehingga kegiatan EPE kurang efektif .
3. kerjasama dalam tim kurang terbentuk
memberikan gambaran mengenai pelaksanaan EPE. 2. Dalam sosialisasi EPE lebih
memotivasi mahasiswa.
3. Memberikan sosialisasi kepada apoteker di Rumah Sakit yang akan dijadikan tempat EPE 4. Selama kegiatan EPE
berlangsung mahsiswa terus di dampingi apoteker
(3)
41 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Farmasi UMY
Berdasarkan uji Wilcoxon pengetahuan pre dan post, dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 seperti yang tertera dibawah ini.
Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa
Pengetahuan Pre Test Post Test
N % N %
Baik 10 38,5 26 100
Cukup 16 61,5 0 0
Kurang baik 0 0 0 0
Total 26 100 26 100
p value 0,000
Tabel diatas menujukkan sebanyak 10 responden (38,5%) memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 16 responden (61,5%) sebelum melakukan EPE. Setelah melakukan EPE, responden yang masih memiliki pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (100%) yang memiliki pengetahuan yang baik. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji wilcoxon menunjukkan p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,005) berarti ho ditolak dan hα diterima. Artinya terdapat pengaruh skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah mengikuti EPE.
(4)
42 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil evaluasi pelaksanaan EPE blok 16 Program Studi Farmasi UMY masuk katagori baik (73,08%).
2. EPE memberi pengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa Program Studi Farmasi UMY (p value = 0,000 yaitu < ɑ (0,05) artinya terdapat pengaruh EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa setelah mengikuti EPE).
Saran
1. Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan kuesioner berdasarkan kompetensi di blok 16 dan diharapkan dapat meneliti pada responden yang lebih banyak.
2. Program Studi Farmasi UMY
Bagi Program Studi Farmasi UMY diharapkan dapat memperbaiki sistem pelaksanaan EPE
(5)
43 DAFTAR PUSTAKA
Amir, Taufik., 2009, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Base Learning, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Asdi Mahasatya, Jakarta Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
Azwar, Saifuddin., 2009, Reliabilitas dan Validitas: Seri Pengukuran Psikologi, Sigma Alpha, Yogyakarta
Bachtiar, A., 2012, Filsafat Ilmu, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Below, at all., 2008, Medical Students' and Facilitators' Experiences of An Early Professional Contact Course: Active and Motivated Students, Strained Facilitators.BMC Medical Education 8:56
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasisan, Jakarta
Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Ebrahimi S, Kojuri J, Ashkani-Esfahani S., 2012, Early clinical experience: A way for preparing students for clinical setting. GMJ, 1(2): 42-47.
Esfehani, at all., 2012,The Effect of Early Clinical Exposure On Learning Motivation of Medical Students.
Glazer, Evan., 2001, Problem Based Intruction. In M Orey.(Ed.), Emerging perspective on learning, teaching and technology
Hidayat. A.A.A., 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta
Ikatan Apoteker Indonesia, 2011, Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor: 058/Sk/Pp.Iai/Iv/2011 Tentang Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Jakarta
ISFI, 2011, ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia, 392-393, PT.ISFI Penerbitan, Jakarta. Martono, Nanang., 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Menteri Pendidikan RI, 2002, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 Tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, Jakarta
Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
(6)
44 Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, S., 2012, Metode Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Nursalam., 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan pedoman Skirpsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian, Salemba Medika, Jakarta
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Jakarta Sugiyono., 2003, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung
Sugiyono., 2007, Statistika untuk Penelitian , Alfabeta, Bandung
Sumantri, Arif., 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan, Kencana, Jakarta
Tayade, dkk. 2014. The impact of Early Clinical Exposure on First M.B.B.S. Students.
Wikandari, Windi., 2008, Gambaran Pengetahuan dan Sikap Penderita Tuberkulosis dan Keluarganya Setelah Pemberian Konseling, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta