Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012

(1)

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU PEDAGANG GORENGAN TENTANG BAHAYA PENGGUNAAN KERTAS

KORAN BEKAS SEBAGAI KEMASAN GORENGAN DI DAERAH ASRAMA HAJI MEDAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

PURNAWATI NAINGGOLAN 081000108

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU PEDAGANG GORENGAN TENTANG BAHAYA PENGGUNAAN KERTAS

KORAN BEKAS SEBAGAI KEMASAN GORENGAN DI DAERAH ASRAMA HAJI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

081000108

PURNAWATI NAINGGOLAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU PEDAGANG GORENGAN TENTANG BAHAYA PENGGUNAAN KERTAS

KORAN BEKAS SEBAGAI KEMASAN GORENGAN DI DAERAH ASRAMA HAJI MEDAN

TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :

NIM. 081000108

PURNAWATI NAINGGOLAN

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Oktober 2012

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt, Mkes

NIP. 19580315 198811 2 001 NIP. 19670613 199303 1 004 Prof.Dr.Ir.Albiner Siagian,MSi

Penguji II Penguji III

Ir.Etti Sudaryati, MKM,Ph,D

NIP. 19650901 199103 2 003 NIP. 19680616 199303 2 003 Dr.Ir.Evawany Y Aritonang, MSi Medan, Oktober 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan


(4)

ABSTRAK

Kertas koran bekas adalah bahan yang sering digunakan untuk mengemas makanan. Namun, kertas koran bekas tidak aman digunakan sebagai kemasan gorengan karena tinta yang digunakan untuk mencetak tulisan pada kertas koran bekas tersebut mengandung timbal. Timbal dapat terserap ke dalam gorengan dengan adanya minyak dalam gorengan itu. Pengetahuan pedagang gorengan yang rendah tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan dapat mengancam kesehatan konsumennya sehingga perlu diberikan penyuluhan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan terhadap perilaku pedagang gorengan di daerah Asrama Haji Medan. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan one group pre-test and post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang gorengan yang berjualan di Daerah Asrama Haji Medan yang berjumlah 22 orang dan dengan menggunakan teknik total sampling, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 22 orang. Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan 50% pedagang gorengan memiliki pengetahuan sedang, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 72,7%. Sikap pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebesar 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 36,4%. Tindakan pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebanyak 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 27,3%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan dengan metode pendekatan perorangan dan media leaflet dapat meningkatkan perilaku pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada BPOM agar memberikan penyuluhan kepada pedagang gorengan dengan metode pendekatan perorangan dan media leaflet untuk mengubah perilaku pedagang menjadi lebih baik dan lebih meningkatkan kegiatan penyosialisasian tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan agar informasinya sampai kepada masyarakat.


(5)

ABSTRACT

Secondhand newspapers are the material commonly used for packing food. However, secondhand newspapers are not safe to be used for packing fried food because the ink used for printing on newsprint paper contains Lead. Lead can move into fried food by the oil. The low knowledge of fried food sellers about the dangers of using secondhand newspapers as packing fried food can threaten the health of consumers that need tobe given a illumination.

The objective of the study was to determine the influence of illumination about the dangers of using secondhand newspapers as packing fried food to the behavior of fried food seller in Asrama Haji area Medan. This is a quasi experiment study with one group pre-test and post-test design.The population are fried food sellers that sell their fried food at Asrama Haji Area Medan and totaled 22 sellers. By using total sampling method, sampel totaled 22 sellers. Analysis of results is done by used paired sample t-test.

The result of this study showed that before illumination 50% of fried food sellers have medium knowledge and after illumination increases become 72,7%. Before illumination 9,1% of the fried food seller have good attitude and after illumination increases become 36,4%. Before illumination 9,1% of fried food seller have good action and after illumination increases become 27,3%.

Based on the results of the study, it can be concluded that illumination with individual approach and media leaflet can increase the behavior of fried food sellers about the dangers of using secondhand newspapers as packing fried food.Therefore, researcher suggest to BPOM to give a illumination for fried food sellers with individual approach and media leaflet to change the behavior of sellers be better and further enhance the dissemination activities about the dangers of using secondhand newspaper as packing fried food that the information to public


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Purnawati Nainggolan

Tempat/Tanggal Lahir : Sei Rampah/ 21 Juli 1989

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 4 (empat) bersaudara

Alamat : Jln. Protokol No.277 Kab. Serdang Bedagai Kec. Sei Rampah.20695.

Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 - 1995 : TK Swasta R.A.Kartini

Tahun 1995 – 2001 : SD Swasta R.A.Kartini

Tahun 2001 – 2004 : SLTP Negeri 1 Sei Rampah

Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 1 Tebing Tinggi


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan maupun kesehatan kepada penulis selama dalam penyelesaian skripsi yang berjudul : “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan masyarakat

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Almarhum kedua orang tua tercinta, Purn.Polri. Manogar Nainggolan (alm) dan Rumondang br. Sibarani (alm) yang telah menyayangi, membesarkan, dan medidik penulis selama hidupnya walaupun akhirnya harus dipisahkan oleh kematian. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kedua abang dan kakak yang telah banyak berkorban materil dan moril serta membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dra.Jumirah, Apt, Mkes selaku dosen pembimbing I dan Prof.Dr.Ir.Albiner Siagian,MSi selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, mendidik dan memberi banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

2. Prof.dr. Nerseri Barus,MPH selaku dosen Penasehat Akademik.

3. Ibu Dr.Ir.Evawany Y Aritonang, Msi selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skipsi ini.

4. Ibu Ir.Etti Sudaryati,MKM,Ph,D selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skipsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah membantu dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi ini.

6. Para pedagang gorengan di daerah Asrama Haji Medan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Sahabat-sahabat penulis Fera Erika Nababan,SKM, Sulastri, Misdar Aini, Emma Bermilla, Putri Natalia, Maya Kaswari, sebagai teman penyemangat, pemberi dorongan, dan tempat berbagi selama penyelesaian skripsi ini dan juga Aklima Zahra yang telah bersedia membantu saya dalam melakukan penelitian.

8. Teman-teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan serta kritikan yang menambah semangat penulis dan juga seluruh teman-teman stambuk 2008, dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Medan, Oktober 2012 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... .. xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1.Tujuan Umum ... 5

1.3.2.Tujuan Khusus ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Komunikasi ... 8

2.1.1. Tujuan Komunikasi... 8

2.1.2. Proses Terjadinya Efek Komunikasi ... 8

2.2. Penyuluhan ... 9

2.2.1. Metode Dan Media Penyuluhan ... . 10

2.2.2. Penyuluhan Dalam Proses Adopsi... ... 14

2.2.3. Penyuluhan Dalam Proses Perubahan Perilaku... ... 15

2.2.4. Kekuatan Yang Mempengaruhi Penyuluhan... 17

2.3. Konsep Perilaku Kesehatan ... 19

2.3.1. Pengetahuan... ... 19

2.3.2. Sikap... 20

2.3.3. Tindakan Atau Praktek... .... 21

2.3.4. Proses Perubahan Perilaku... .... 21

2.4. Kemasan ... 22

2.5. Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan... .. 24

2.6. Timbal... . 24

2.7. Efek Timbal Bagi Kesehatan... . 25

2.8. Kerangka Konsep ... 26


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28

3.3. Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1. Populasi ... 29

3.3.2. Sampel ... 29

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4.1. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data ... 29

3.4.2. Instrumen Penelitian... 30

3.5. Jalannya Penelitian ... 30

3.6. Defenisi Operasional ... 31

3.7. Aspek Pengukuran ... 31

3.7.1. Pengolahan Data ... 35

3.7.2. Analisis Data ... 35

3.8. Teknik Analisa Data ... 33

3.8.1. Pengolahan Data ... 33

3.8.2. Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.2. Gambaran Umum Responden ... 35

4.2.1 Umur Responden ... 35

4.2.2 Pendidikan Responden ... 36

4.3. Gambaran Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) ... 36

4.4. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan ... 37

4.5. Gambaran Sikap Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) ... 39

4.6. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan ... 40

4.7. Gambaran Tindakan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) ... 42

4.8. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tindakan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan ... 45


(11)

BAB V PEMBAHASAN ... 48

5.1. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan ... 48

5.2. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan ... 50

5.3. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tindakan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 54

6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN Leaflet Kuesioner

Output Hasil Penelitian Dengan Uji Paires Sample T-test

Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian Dari Kelurahan Pangkalan Masyhur Dokumentasi Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frrekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012 ... 35 Tabel 4.2. Perbedaan Rata-Rata Nilai Skor Pre-test Dan Post-test

Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji

Medan Tahun 2012 ... 39 Tabel 4.3. Perbedaan Rata-Rata Nilai Skor Pre-test Dan Post-test Sikap

Responden Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun

2012 ... 42 Tabel 4.4. Perbedaan Rata-Rata Nilai Skor Pre-test Dan Post-test Tindakan

Responden Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26 Gambar 4.1. Diagram Distribusi Frekuensi pendidikan Responden di Daerah

Asrama Haji Tahun 2012 ... 36 Gambar 4.2. Grafik Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan ... 36 Gambar 4.3 Peningkatan Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan ... 38 Gambar 4.4 Grafik Tingkat Sikap Responden Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan... ... 40 Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Sikap Responden Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan... ... 41 Gambar 4.6 Grafik Tingkat Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan... ... 43 Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah


(14)

ABSTRAK

Kertas koran bekas adalah bahan yang sering digunakan untuk mengemas makanan. Namun, kertas koran bekas tidak aman digunakan sebagai kemasan gorengan karena tinta yang digunakan untuk mencetak tulisan pada kertas koran bekas tersebut mengandung timbal. Timbal dapat terserap ke dalam gorengan dengan adanya minyak dalam gorengan itu. Pengetahuan pedagang gorengan yang rendah tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan dapat mengancam kesehatan konsumennya sehingga perlu diberikan penyuluhan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan terhadap perilaku pedagang gorengan di daerah Asrama Haji Medan. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan one group pre-test and post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang gorengan yang berjualan di Daerah Asrama Haji Medan yang berjumlah 22 orang dan dengan menggunakan teknik total sampling, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 22 orang. Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan 50% pedagang gorengan memiliki pengetahuan sedang, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 72,7%. Sikap pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebesar 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 36,4%. Tindakan pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebanyak 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 27,3%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan dengan metode pendekatan perorangan dan media leaflet dapat meningkatkan perilaku pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada BPOM agar memberikan penyuluhan kepada pedagang gorengan dengan metode pendekatan perorangan dan media leaflet untuk mengubah perilaku pedagang menjadi lebih baik dan lebih meningkatkan kegiatan penyosialisasian tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan agar informasinya sampai kepada masyarakat.


(15)

ABSTRACT

Secondhand newspapers are the material commonly used for packing food. However, secondhand newspapers are not safe to be used for packing fried food because the ink used for printing on newsprint paper contains Lead. Lead can move into fried food by the oil. The low knowledge of fried food sellers about the dangers of using secondhand newspapers as packing fried food can threaten the health of consumers that need tobe given a illumination.

The objective of the study was to determine the influence of illumination about the dangers of using secondhand newspapers as packing fried food to the behavior of fried food seller in Asrama Haji area Medan. This is a quasi experiment study with one group pre-test and post-test design.The population are fried food sellers that sell their fried food at Asrama Haji Area Medan and totaled 22 sellers. By using total sampling method, sampel totaled 22 sellers. Analysis of results is done by used paired sample t-test.

The result of this study showed that before illumination 50% of fried food sellers have medium knowledge and after illumination increases become 72,7%. Before illumination 9,1% of the fried food seller have good attitude and after illumination increases become 36,4%. Before illumination 9,1% of fried food seller have good action and after illumination increases become 27,3%.

Based on the results of the study, it can be concluded that illumination with individual approach and media leaflet can increase the behavior of fried food sellers about the dangers of using secondhand newspapers as packing fried food.Therefore, researcher suggest to BPOM to give a illumination for fried food sellers with individual approach and media leaflet to change the behavior of sellers be better and further enhance the dissemination activities about the dangers of using secondhand newspaper as packing fried food that the information to public


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut kepedulian individu. Berdasarkan Undang-undang no.7 tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang mengganggu, merugikan, dan membahayakan. Jaminan akan keamanan pangan adalah hak asasi konsumen (Hermawan, 2005).

Pencemaran makanan adalah suatu keadaan atau kondisi terdapatnya bahan-bahan asing yang keberadaannya tidak diinginkan dalam makanan. Proses pencemaran makanan dapat terjadi pada tahap sebelum pengolahan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, dan penyajian makanan. Upaya pencegahan pencemaran makanan dilakukan pada setiap tahapan pengelolaan makanan (Hermawan, 2005).

Tahap penyajian makanan memiliki banyak celah yang memungkinkan terjadinya pencemaran makanan, misalnya melalui tempat dan alat penyajian, kemasan yang digunakan untuk penyajian, dan penyaji makanan. Menurut Hermawan (2005), Proses memasak yang baik saja tidak cukup untuk menjamin makanan aman untuk dikonsumsi, tetapi harus menyajikannya dengan cara yang baik juga seperti, pemilihan kemasan dan wadah yang aman karena pemilihan kemasan dan wadah


(17)

yang salah dapat menyebabkan terjadinya pencemaran makanan yang berasal dari kemasan dan wadah yang dapat membahayakan kesehatan.

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai pelindung makanan. Pengemasan bahan pangan memegang peranan penting dalam pengendalian dari kemungkinan terjadinya pencemaran, baik pencemaran oleh mikroorganisme, lingkungan, dan kimia (Supardi, 2005). Oleh karena itu, kemasan harus dapat mempertahankan makanan agar bersih dan memberikan perlindungan pada makanan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya. Ada banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Beberapa jenis kemasan dan wadah yang sering digunakan adalah plastik, kaleng, styrofoam, kertas, dan melamin, tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya (Yuliarti, 2007). Misalnya, kemasan plastik dan kertas, terutama kertas koran dan majalah bekas, tidak baik digunakan sebagai kemasan atau wadah pada makanan yang berminyak dan panas seperti, gorengan karena dapat mempercepat perpindahan zat kimia berbahaya dari plastik dan kertas koran ke makanan.

Biasanya para penjual makanan gorengan pinggir jalan menyajikan gorengan mereka di dalam sebuah lemari kaca dan dialasi dengan kertas koran atau majalah. Penjual juga menggunakan kertas koran dan majalah bekas ini sebagai alas gorengan bagi konsumen yang ingin membawa pulang atau ingin menikmati gorengan di tempat lain. Makanan-makanan yang digoreng tersebut umumnya disajikan dalam


(18)

dan diletakkan di sebuah wadah yang juga dialasi oleh kertas koran untuk meniriskan minyak. Tindakan ini dapat merugikan kesehatan konsumen karena kertas koran atau majalah yang sering digunakan sebagai kemasan dalam penyajian gorengan ternyata mengandung timbal (Pb) yang berasal dari tinta pada tulisan-tulisan di kertas koran dan majalah tersebut. Menurut Astawan (2008), bahan yang panas dan berlemak akan mempermudah perpindahan timbal (Pb) ke dalam makanan. Kemudian, di dalam tubuh manusia timbal (Pb) masuk melalui saluran pencernaan menuju sistem peredaran darah dan menyebar ke berbagai jaringan lain seperti ginjal, hati, otak, saraf, dan tulang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BPOM Medan pada tahun 2011, membuktikan bahwa gorengan yang dikemas dengan kertas koran mengandung timbal. BPOM meminta masyarakat agar tidak mengunakan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan ataupun sebagai kemasan gorengan. Oleh karena itu, penyuluhan tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai kemasan gorengan perlu dilakukan kepada semua lapisan masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Suraya (2007), dikatakan bahwa ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang pola pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) pada anak 6-24 bulan setelah diberikan penyuluhan dengan menggunakan metode Ceramah dan media leaflet. Selain itu, penelitian Sri Susanti (2010), juga membuktikan bahwa penyuluhan gizi mengenai penyediaan menu seimbang untuk balita juga meningkatkan perilaku ibu.

Gorengan adalah jenis jajanan yang banyak disukai oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan karena rasanya yang enak dan harganya yang murah.


(19)

Bukan hal yang sulit untuk bisa menikmati gorengan yang enak dan murah, ini disebabkan karena pedagang gorengan yang “menjamur” di berbagai daerah. Namun, yang menjadi perhatian adalah apakah gorengan yang di jual tersebut aman untuk dikonsumsi atau tidak.

Daerah Asrama Haji merupakan salah satu daerah yang berada di Kota Medan yang terdapat banyak pedagang gorengan yang menyajikan gorengannya di dalam sebuah lemari kaca yang dialasi dengan kertas koran bekas. Selain itu, pedagang gorengan tersebut juga menggunakan kertas koran sebagai kemasan apabila ada konsumen yang membeli gorengannya untuk dibawa pulang, kemudian dikemas kembali dalam sebuah kantong plastik.

Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai kemasan gorengan dan pengaruh penyuluhan terhadap perubahan perilaku pedagang.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dilakukan serangkaian kegiatan untuk mendukung kelancaran penelitian ini. Salah satu kegiatan tersebut adalah memberikan penyuluhan dengan metode pendekatan perorangan dan pemberian

leaflet. Alasan pemilihan metode pendekatan perorangan ini adalah karena metode ini cocok digunakan pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi maupun rendah.

Leaflet dipilih sebagai media karena mudah disimpan, ekonomis, dan dapat dibaca kembali oleh responden atau keluarga responden. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang sebelum dan sesudah penyuluhan, penulis menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut terdiri dari 24 pertanyaan, yaitu delapan


(20)

pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan, delapan pertanyaan untuk mengukur sikap, dan delapan pertanyaan untuk mengukur tindakan.

Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan, terjadi perubahan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang ke arah yang lebih baik sehingga pedagang dapat mengganti kertas koran bekas dengan kemasan yang lebih aman seperti, daun pisang, anyaman bambu, atau kertas yang belum ditulis dan dapat menyerap minyak.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan di daerah Asrama Haji Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas sebagai kemasan gorengan di daerah Asrama Haji Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pedagang gorengan menggunakan kertas koran sebagai kemasan gorengannya.


(21)

2. Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pedagang yang dapat mendukung terjadinya perubahan perilaku.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi petugas pengawasan/keamanan pangan dan tenaga kesehatan termasuk tenaga gizi kesehatan masyarakat di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dinas kesehatan dan perguruan tinggi agar memperhatikan pentingnya pemberian informasi tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan dan pemilihan kemasan yang tepat untuk meningkatkan kesadaran pedagang gorengan agar berperilaku baik dalam mengemas makanan gorengan sesuai dengan yang sepatutnya.

2. Sebagai sumber referensi bagi penelitian lanjutan agar dapat mengkaji hal-hal yang lebih mendalam tentang penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan dan bahaya lainnya, seperti bahaya bahan-bahan yang tidak seharusnya diolah bersama makanan gorengan serta dapat menggunakan model lain untuk teknik penyebarluasan informasi.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri dengan menggunakan alat bantu sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Winnet, 2004). Proses komunikasi yang dilakukan dengan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan disebut komunikasi verbal, sedangkan komunikasi yang menggunakan bahasa tubuh, gaya, dan simbol disebut komunikasi nonverbal (Marhaeni, 2009). Kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yaitu agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan (Effendy, 2007).

Menurut Lasswell (1980) yang dikutip oleh Effendy (2007), komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa suatu kegiatan komunikasi harus memiliki lima unsur, yaitu: (1) komunikator: orang yang menyampaikan pesan, (2) pesan: ide atau informasi yang disampaikan, (3) media: sarana komunikasi, (4) komunikan: orang yang menerima pesan, dan (5) Efek: respon komunikan terhadap pesan yang diterima.


(23)

2.1.1. Tujuan Komunikasi

Kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Menurut Wilbur Scramm (1974) yang dikutip oleh Marhaeni (2009), tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yakni, kepentingan sumber/komunikator dan kepentingan penerima/komunikan.

Menurut Carl I. Hovland mengenai ilmu komunikasi, tujuan komunikasi adalah membangun atau menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi dengan komunikasi dapat terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial.

2.1.2. Proses Terjadinya Efek Komunikasi

Dalam komunikasi, efek atau perubahan diharapkan terjadi pada komunikan, bukan saja pada seseorang melainkan pada orang banyak atau masyarakat. Efek adalah unsur penting dalam keseluruhan proses komunikasi. Bentuk konkrit dari efek dalam komunikasi adalah terjadinya perubahan pendapat atau sikap atau perilaku komunikan akibat pesan yang diterimanya (Marhaeni, 2009).

Menurut Astrid Susanto (1974) yang dikutip oleh Marhaeni (2009), efek komunikasi pada individu secara umum dapat diklasifikasikan dalam tingkat-tingkat sebagai berikut:


(24)

2. Menerima dan melaksanakan.

3. Menerima tapi dalam pelaksanaanya masih dipikirkan.

4. Menolak pesan

Menurut E.Rogers dan Schoemaker (2007), efek komunikasi dapat terjadi setelah melalui lima tahapan, yaitu: (1) Kesadaran, (2) Perhatian, (3) Evaluasi, (4) Coba-coba, (5) Adopsi. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa pengertian dan pengetahuan manusia lahir setelah melewati tahap kesadaran dan perhatian. Sasaran menyadari akan adanya rangsangan (pesan), kemudian menimbulkan pengamatan dan perhatian. Setelah sasaran sadar akan adanya pesan, maka sasaran mulai mengevaluasi pesan yang diterimanya, membandingkan suatu pengertian dengan pengertian lainnya. Hasil proses berpikir selanjutnya adalah keputusan dan kesimpulan. Pada tahap ini, sasaran akan memberikan persetujuan atau tidak terhadap pesan. Setelah itu, sasaran akan melakukan tindakan atau perbuatan sebagai manifestasi dari hasil pikiran. Pada tahap ini, sasaran melakukan tahap coba-coba dan kemudian tahap adopsi dan selanjutnya adaptasi.

2.2. Penyuluhan

Istilah penyuluhan seringkali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara populer penyuluhan lebih menekankan “bagaimana” sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada “apa”. Dalam uraian berikut ini penyuluhan diberikan arti lebih luas dan menyeluruh. Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan


(25)

edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, terarah, dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi, budaya setempat (Suharjo, 2003).

Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku maka terjadi proses komunikasi antara provider dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Suharjo, 2003). Sesuai dengan pengertian yang diuraikan di atas maka penyuluhan gizi adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu/ masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau mempertahankan gizi yang baik (Suharjo, 2003).

2.2.1. Metode dan Media Penyuluhan 2.2.1.1. Metode Penyuluhan

Suatu proses penyuluhan yang menuju tercapainya tujuan penyuluhan, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor metode, petugas atau penyuluh, sasaran dan alat-alat bantu atau alat peraga yang digunakan. Untuk mencapai suatu hasil yang optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti untuk sasaran tertentu harus menggunakan cara tertentu juga. Untuk sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran masa dan individual (Notoatmodjo, 2003).


(26)

Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, metode penyuluhan digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu:

1. Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Dasar digunakannya pendekatan ini adalah karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan informasi yang disampaikan.

Sementara itu, adapun kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin dicapai, kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu, selain itu juga membutuhkan banyak tenaga penyuluh dan membutuhkan waktu yang lama. Metode ini cocok digunakan untuk masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah.

2. Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluh secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok, banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer informasi juga terjadi tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan


(27)

dalam kelompok yang bersangkutan. Serta memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberikan kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya. Kelemahan metode ini adalah adanya kesulitan dalam mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktivitas sasaran. Salah satu cara yang efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah.

3. Metode Berdasarkan Pendekatan Massa

Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi pencapaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian mengatakan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Yang termasuk dalam metode ini antara lain: rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, surat kabar, dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memilih metode pendekatan perorangan untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan kepada para pedagang gorengan, dengan tujuan terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang diharapkan.


(28)

2.2.1.2. Media Penyuluhan

Media penyuluhan merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan fungsinya, media ini dibagi menjadi tiga, yakni:

a. Media Cetak

Media cetak sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain:

1. Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

2. Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan leaflet antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran.

3. Flif chart (lembar balik), ialah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku dimana dalam tiap lembar berisi gambar


(29)

peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

4. Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempelkan di tembok.

b. Media Elektronik

Media cetak sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain:

1. Film dan Video, Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif banyak, dan yang paling penting adalah dapat diulang kembali. Sementara itu kelemahan media ini antara lain ; memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusk, perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli yang profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi serta membutuhkan banyak biaya.

2. Slide, Keunggulan media ini antara lain: dapat memberikan berbagai realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan keterbatasan menggunakan media ini antara lain;


(30)

memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah rusak, dan memerlukan ruangan yang sedikit lebih gelap.

c. Media Papan

Keunggulan menggunakan papan tulis yaitu, murah dan efisien, baik untuk menjelaskan sesuatu, mudah dibersihkan dan digunakan kembali, tidak perlu ruang gelap. Kelemahannya adalah ; terlalu kecil untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, tidak efektif karena penyuluh harus membelakangi kelompok sasaran saat sedang menulis sesuatu, terkesan kotor apabila tidak dibersihkan dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih leaflet sebagai media dalam penyuluhan karena keunggulannya serta sedikitnya faktor keterbatasan yang dimiliki.

2.2.3. Penyuluhan Dalam Proses Adopsi

Berbicara tentang penyuluhan tidak terlepas dari bagaimana agar sasaran penyuluhan dapat mengerti, memahami, tertarik, dan mengikuti apa yang kita suluhkan dengan baik dan benar atas dasar kesadarannya sendiri berusaha untuk menerapkan ide-ide baru tersebut dalam kehidupannya.

Menurut Wiriatmaja yang dikutip oleh Lucie (2005), indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang pada setiap tahapan adopsi dalam penyuluhan adalah sebagai berikut :

1. Tahap sadar (awareness), pada tahap ini seseorang sudah mengetahui sesuatu yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain.


(31)

2. Tahap minat (interest), pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui lebih banyak tentang hal-hal baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari keterangan atau informasi yang lebih terperinci.

3. Tahap menilai (evaluation), Pada tahap ini seseorang mulai menilai atau menimbang-nimbang serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan diri, misalnya kesanggupan serta resiko yang akan ditanggung, baik dari segi sosial maupu n ekonomi.

4. Tahap mencoba (trial), pada tahap ini seseorang mulai menerapkan atau mencoba dalam skala kecil sebagai upaya mencoba untuk meyakinkan apakah dapat dilanjutkan.

5. Tahap penerapan atau adopsi (adoption), pada tahap ini seseorang sudah yakin akan hal baru dan mulai melaksanakan dalam skala besar.

2.2.4. Penyuluhan Dalam Proses Perubahan Perilaku

Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental sehingga mereka tahu, mau, dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan.

Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun


(32)

diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mental yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif, dan menguntungkan.

Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku seseorang harus mengikuti taha-tahap proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (pratice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku.

Menurut Jayanti (2009), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penyuluhan dan media leaflet berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita gizi buruk. Selain itu, MS, Dede Hariani juga melakukan suatu penelitian mengenai pengaruh penyuluhan konsumsi buah dan sayur terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ada peningkatan pengetahuan dan sikap siswa SD setelah mendapatkan penyuluhan.

Penelitian Supraptiningsih, W (2011), membuktikan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap pada ibu yang memiliki anak down syndrome setelah diberikan penyuluhan mengenai makanan sehat. Penyuluhan tersebut dilakukan dengan metode ceramah dan pembagian leaflet. Pengukuran yang telah dilakukannya menunjukkan bahwa pengetahuan ibu sebelum mendapatkan penyuluhan berada pada kategori baik 61,8%, dan dengan kategori cukup 31,9%, setelah mendapatkan penyuluhan, pengetahuan ibu dengan kategori baik meningkat menjadi 84,1% dan kategori cukup 15,9%. Sikap ibu sebelum mendapatkan


(33)

penyuluhan berada pada kategori cukup 97,7%, setelah mendapatkan penyuluhan sikap ibu meningkat menjadi kategori baik 56,8% dan 43,2% dalam kategori cukup.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saragih, F (2011), tercatat bahwa pengetahuan ibu sebelum mendapatkan penyuluhan berada dalam kategori cukup sebesar 57,4%, meningkat menjadi kategori baik sebesar 77,9%. Demikian juga dengan sikap ibu, sebelum mendapatkan penyuluhan berada pada kategori cukup 76,5%, meningkat menjadi kategori baik sebesar 85,3%. Hal ini menunjukkan ada peningkatan pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan sehat dan gizi seimbang setelah mendapatkan penyuluhan.

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah. Hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah, dan berkesinambungan (Lucie, 2005).

2.2.5. Kekuatan yang mempengaruhi penyuluhan

Penyuluhan adalah sebagai proses perubahan perilaku melalui suatu kegiatan pendidikan nonformal. oleh karena itu, selalu saja ada kendala dalam pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada beberapa faktor atau kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan keadaan yang disebabkan karena penyuluhan, diantaranya sebagai berikut :


(34)

1. Keadaan pribadi sasaran

Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran penyuluhan adalah ada tidaknya motivasi pribadi sasaran penyuluhan dalam melakukan suatu perubahan. Berikutnya, adanya ketakutan atau trauma di masa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada pihak lain karena pengalaman ketidakberhasilan atau kegagalan, kekurangsiapan dalam melakukan perubahan karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dana, sarana, dan pengalaman, serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang tanpa harus melakukan perubahan.

2. Keadaan lingkungan fisik

Yang dimaksud lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan.

3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat

Sebagai pola perilaku sudah sewajarnya apabila kondisi sosial budaya di masyarakat akan mempengaruhi efektivitas penyuluhan, karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan diteruskan secara turun-temurun, dan akan sangat sulit merubah perilaku masyarakat jika sudah berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.


(35)

4. Keadaan dan macam aktivitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang kegiatan penyuluhan

Ada tidaknya peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan efektivitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat keputusan yang akan ditetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh masyarakat.

2.3. Konsep Perilaku Kesehatan

Menurut Skinner (1938), perilaku kesehatan (healthy behaviour) adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.

Menurut Benyamin Bloom (1908) perilaku manusia dibagi kedalam tiga domain yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (pshycomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu: (1) pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). (2) sikap atau tanggapan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). (3) praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice) (Notoatmodjo, 2005).

2.3.1. Pengetahuan


(36)

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart (2004), dapat dikatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Jadi, pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah ke arah yang lebih baik.

2.3.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang/tidak senang, setuju/tidak setuju, baik/tidak baik dan sebagainya). Campbell (1950) (dalam Notoadmodjo, 2005) mendefinisikan sikap sangat sederhana, yakni suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoadmodjo, 2005).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.


(37)

Misalnya, seorang ibu mengetahui dampak penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan. Pengetahuan tersebut akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha untuk mencegah dan meminimalkan penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu berniat (kecenderungan bertindak) untuk mengganti kertas koran dengan daun pisang.

Newcomb (1994) (dalam Notoadmodjo, 2005), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

2.3.3. Tindakan atau Praktek

Tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut (Notoatmodjo, 2003). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. 2.3.4. Proses Perubahan Perilaku

Menurut WHO (1988), ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merubah perilakunya. Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut : (1) pikiran dan perasaan. Banyak hal yang dapat dirasakan dan kita pikirkan mengenai dunia yang kita diami ini. Pikiran dan perasaan ini dibentuk oleh pengetahuan, kepercaayaan, sikap dan nilai yang kita miliki, (2) orang yang berarti bagi kita. Perilaku dapat


(38)

berarti bagi kita, kita akan mendengar petuahnya dan kita akan berusaha meneladaninya, (3) sumber daya. Adapun sumber daya meliputi sarana, dana, waktu, tenaga, pelayanan, keterampilan dan bahan. Lokasi sumber daya bahan juga amat menentukan. Apabila sumber daya itu terdapat jauh dari masyarakat, mungkin sekali tidak akan dipakai. Melaksanakan banyak perjalanan dalam waktu singkat juga mempengaruhi perilaku manusia, (4) budaya. Pada umumnya perilaku, kepercayaan, nilai dan pemakainnya sumber daya dimasyrakat akan membentuk pola hidup masyarakat itu dikenal sebagai budaya. Budaya berkembang selama ratusan bahkan ribuan tahun karena manusia hidup bersama dan saling bertukar pengalaman didalam lingkungan tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga : (1) perubahan alamiah (natural change), merupakan perubahan yang disebabkan karena kejadian alamiah. (2) perubahan terencana (planned change), merupakan perubahan perilaku karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. (3) kesediaan untuk berubah (readdiness to change), merupakan perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagaian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini karena setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubaah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003).

2.4. Kemasan

Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan yang dikemas atau dibungkusnya.


(39)

Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan sehingga lebih mudah disimpan, diangkut, dan dipasarkan.

Berdasarkan sistem pengemasannya, kemasan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe.

2. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan sebagainya.

3. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.

Berdasarkan bahan dasar pembuatannya maka jenis kemasan pangan yang tersedia saat ini antara lain kemasan kertas, gelas, kaleng/logam, dan plastik. Masing-masing jenis bahan kemasan ini mempunyai karakteristik tersendiri dan ini menjadi dasar untuk pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk produk pangan. Namun demikian, pemakaian barang-barang bekas seperti koran dan plastik bekas yang tidak etis dan hiegenis juga digunakan sebagai bahan pengemas produk pangan.


(40)

Pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk bahan pangan, harus mempertimbangkan syarat-syarat kemasan yang baik untuk produk tersebut, juga karakteristik produk yang akan dikemas.

2.5. Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan

Makanan-makanan yang digoreng seperti donat, lumpia, dan berbagai jenis lainnya umumnya dikemas dalam keadaan yang masih panas dengan menggunakan kertas koran atau majalah bekas. Hati-hati dengan pembungkus ini, terutama bila tidak dilapisi dengan pembungkus yang lain, karena kertas koran dan majalah yang sering digunakan untuk pembungkus makanan ternyata mengandung timbal (Pb) yang berasal dari tinta pada tulisan-tulisan di kertas koran atau majalah tersebut (Nurheti, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Surtipanti S,dkk (2010) dikatakan bahwa makanan gorengan yang dialasi dengan kertas koran terdapat kandungan logam berat timbal (Pb) dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 1,73-2,2 ppm, namun kadar tersebut belum melebihi batas yang ditentukan oleh Depkes RI yaitu empat ppm. Bahan yang panas dan berlemak akan mempermudah perpindahan timbal ke dalam makanan. Kemudian di dalam tubuh manusia Pb atau timbal masuk melalui saluran pernafasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan menyebar ke berbagai jaringan lainnya seperti ginjal, hati, otak, saraf, dan tulang.


(41)

2.6. Timbal

Timbal atau dalam kesehariannya lebih dikenal dengan nama timah hitam disimbolkan dengan Pb. Logam Pb banyak digunakan pada industri baterai, kabel, cat (sebagai zat pewarna), pestisida, dan yang paling banyak digunakan sebagai zat anti letup pada bensin.(Saeni, 2007).

Unsur Pb merupakan logam yang sangat beracun. Apabila timbal terhirup atau tertelan oleh manusia di dalam tubuh ia akan beredar mengikuti aliran darah, kemudian diserap kembali di dalam ginjal dan otak dan disimpan di dalam tulang dan gigi. Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal dalam makanan adalah proses pengemasan yang tidak baik yaitu makanan dikemas menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak aman sehingga tidak cocok untuk dijadikan sebagai kemasan. Misalnya adalah penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan yang menyebabkan gorengan tercemar oleh timbal yang berasal dari tinta tulisan pada kertas koran.

Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh, namun hanya 10-25% saja yang akan mengendap di dalam tubuh, sisnya akan dikeluarkan baik melalui feces maupun air kencing. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal itu disebabkan karena senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh (Haryando, 2008).


(42)

Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam Pb dalam tubuh mempengaruhi banyak jaringan dan organ tubuh. Organ-organ tubuh yang banyak menjadi sasaran dari peristiwa keracunan logam Pb adalah sistem saraf, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung. Setiap bagian yang diserang oleh racun timbal akan memperlihatkan efek yang berbeda-beda.

2.7. Efek Timbal Bagi Kesehatan

Golongan umur anak-anak adalah golongan umur yang paling rentan terhadap pencemaran Pb sehingga dengan kadar yang rendah dapat menimbulkan dampak negatif pada anak-anak. Pada kadar rendah, keracunan timbal pada anak dapat menyebabkan penurunan IQ dan pemusatan perhatian, gangguan pertumbuhan dan fungsi penglihatan, serta gangguan pendengaran. Pada kadar tinggi, keracunan timbal pada anak dapat menyebabkan: anemia, kerusakan otak, liver, ginjal, syaraf dan pencernaan, koma, kejang-kejang atau epilepsi, serta dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Murdiyarso (2007), dikatakan bahwa kadar Pb mendekati satu mikogram per kubik sudah bisa mempengaruhi kecerdasan anak.

Keracunan timbal pada orang dewasa dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, ginjal, reproduksi, dan gangguan jantung. Unsur Pb yang mengendap pada tulang dapat mempenggaruhi kesehatan secara menyeluruh selama masa kehamilan dan pada penderita osteoporosis. Unsur ini juga berperan dalam proses keguguran kandungan (Mukhlis, 2009)


(43)

2.8. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian menggambarkan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi sikap, lalu pengetahuan dan sikap akan mempengaruhi tindakan responden yaitu penggunaan kertas koran bekas oleh pedagang gorengan sebagai kemasan gorengan.

2.9. Hipotesis Penelitian

a) Ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan pedagang gorengan

b) Ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap pedagang gorengan

c) Ada pengaruh penyuluhan terhadap tindakan pedagang gorengan

Penyuluhan Pengetahuan

Sikap


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dimana bentuk desain yang dipakai adalah one group pre-test and post-test untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang.

Dimana dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan.

Keterangan : 01 = Pre-test

X = Penyuluhan tentang bahaya penggunaan kertas koran 02 = Post-test

Perbedaan antara 01 dengan 02 dapat diasumsikan sebagi efek atau pengaruh dari perlakuan yang ada.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di daerah Asrama Haji Medan. Daerah Asrama Haji merupakan salah satu daerah yang terdapat di Kelurahan Titi Kuning dimana terdapat banyak pedagang gorengan di pinggir jalan yang menjual makanan


(45)

gorengan di dalam sebuah lemari kaca dan dialasi oleh kertas koran. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang gorengan yang menggunakan kertas koran sebagai alas gorengannya di daerah Asrama Haji pada waktu penelitian dilakukan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan penulis selama satu minggu, terdapat 22 pedagang gorengan yang setiap hari berjualan di daerah Asrama Haji. Dari 22 pedagang gorengan tersebut, ada 15 pedagang yang setiap hari menggunakan kertas koran sebagai alas gorengannya dan tujuh pedagang yang tidak setiap hari menggunakan kertas koran sebagai alas gorengannya, namun terkadang menggantinya dengan daun pisang. Hal ini disebabkan pedagang sedang tidak memiliki kertas koran, sedangkan kertas koran yang selama ini digunakan sudah rusak sehingga pedagang melapisi kertas koran tersebut dengan daun pisang.

3.3.2. Sampel

Sampel diambil dengan metode total sampling. Jumlah sampel yang diambil sebagai responden sebanyak 22 pedagang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu, data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan


(46)

primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang gorengan mengenai bahaya penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan.

3.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan ( kuesioner ) yang disusun secara sistematis. Leaflet yang berisikan bahan penyuluhan digunakan sebagai media atau alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan penyuluhan tersebut.

3.5. Jalannya Penelitian

1. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sebagai responden penelitian dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kertas koran.

2. Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan, kemudian dilakukan pre-test tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Setelah pre-test selesai dilakukan, diikuti dengan pemberian penyuluhan tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan selama 15 menit di lokasi tempat berjualan, yaitu di daerah Asrama Haji Kelurahan Titi Kuning. Penyuluhan dilakukan sebanyak satu kali yang dilakukan dengan metode pendekatan perorangan dan teknik face to face sekaligus pemberian leaflet.


(47)

3. Kemudian satu minggu setelah diberikan penyuluhan, dilakukan post-test

tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang gorengan dengan menggunakan kuesioner.

3.6. Definisi Operasional

1. Penyuluhan adalah suatu usaha penyebarluasan informasi tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan kepada pedagang gorengan dengan menggunakan metode penyuluhan perorangan dan media leaflet.

2. Pengetahuan pedagang adalah sesuatu yang diketahui pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan sebelum dan sesudah penyuluhan.

3. Sikap pedagang adalah respon atau tanggapan pedagang terhadap bahaya penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan sebelum dan sesudah penyuluhan.

4. Tindakan pedagang adalah perbuatan nyata dari pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai alas gorengan sebelum dan sesudah penyuluhan.

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan nilai yang ada.


(48)

Penilaian dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kategori (baik, sedang, kurang) yang berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden (Arikunto,2002).

Adapun kategori penilaian dalam penelitian ini antara lain :

- Baik, apabila nilai yang diperoleh > 66% dari nilai tertinggi.

- Sedang, apabila nilai yang diperoleh 33%-66% dari nilai tertinggi.

- Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 33% dari nilai tertinggi.

1. Pengetahuan

Pengetahuan pedagang : diukur dengan memberikan pertanyaan sebanyak delapan buah pertanyaan menggunakan kuesioner, dengan ketentuan :

- Jawaban a diberi nilai dua

- Jawaban b diberi nilai satu

- Jawaban c diberi nilai nol

Dimana nilai tertinggi adalahh 16. Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran tingkat pengetahuan pedagang gorengan terbagi dalam tiga bagian :

- Tingkat pengetahuan Baik, apabila nilai yang diperoleh > 10

- Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 6-10


(49)

2. Sikap

Sikap pedagang : diukur dengan memberikan delapan buah petanyaan menggunakan kuesioner, dengan ketentuan :

- Jawaban setuju diberi nilai dua

- Jawaban kurang setuju diberi nilai satu

- Jawaban tidak setuju diberi nilai nol

Dimana nilai tertinggi adalah 16. Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran tingkat sikap pedagang gorengan terbagi dalam tiga bagian :

- Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh > 10

- Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 6-10

- Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 6

3. Tindakan

Tindakan pedagang : diukur dengan memberikan delapan buah pertanyaan menggunakan kuesioner, dengan ketentuan :

- Jawaban sering diberi nilai dua

- Jawaban kadang-kadang diberi nilai satu


(50)

Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 16. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang :

- Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh > 10

- Tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 6-10

- Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 6

3.8. Teknik Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan bantuan komputer, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Data entry

Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master data.

2. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum tepat atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

3. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode kepada masing-masing kategori.


(51)

4. Tabulating (tabulasi)

Untuk mempermudah analisis data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan dan dimasukkan dalam distribusi frekuensi.

3.8.2. Analisa Data

Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik yaitu paired sample t-test

untuk melihat perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang gorengan sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows 14,0 . Penarikan kesimpulan yang dilakukan didasarkan pada taraf signifikan p<0,05.

Analisis hasil dilakukan juga dengan cara distribusi frekuensi, Crosstabs, tabel dan grafik kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan penelitian.


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Daerah Asrama Haji merupakan suatu daerah yang berada di Jalan Jenderal A.H.Nasution Kelurahan Pangkalan Mansyur. Di daerah ini terdapat banyak pedagang gorengan pinggir jalan yang setiap hari berjualan di daerah tersebut dan sebagian besar dari pedagang-pedagang tersebut menggunakan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengannya, baik itu sebagai alas maupun pembungkus gorengan. Karena letaknya yang berada di pinggir jalan raya, maka selain masyarakat yang tinggal dan bekerja di sekitar Asrama Haji, para pengguna jalan raya yang melintas di daerah tersebut terkadang juga membeli gorengan yang dijual oleh para pedagang. 4.2 Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pedagang gorengan pinggir jalan yang berjualan di daerah sekitar Asrama Haji yang berjumlah 22 pedagang. Variabel gambaran umum responden yang dilihat adalah umur dan pendidikan.

4.2.1 Umur Responden

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelompok umur responden terbanyak adalah kelompok umur >25 dengan jumlah 15 orang (68,2%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur <25 dengan jumlah 3 orang (13,6%).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012

Umur (tahun) Jumlah %

>25 15 68,2

25 4 18,2

<25 3 13,6


(53)

4.2.2 Pendidikan Responden

Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA sebanyak sepuluh orang (45,5%) dan paling sedikit adalah Diploma 1 sebanyak satu orang (4,5%).

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi pendidikan Responden di Daerah Asrama Haji Tahun 2012

4.3 Gambaran Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Sebelum (pre-test) dan Sesudah (post-test) Diberikan Penyuluhan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012

Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, dapat diketahui tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan. Berikut gambar 4.2 yang menunjukkan tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan.

Gambar 4.2 Grafik Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum

4,50% 27,30% 45,50% 22,70% D1 SMA SLTP SD 0 5 10 15 20 pre-test post-test 9 16 10 6 3 0 jum la h r e spo nde n baik sedang kurang


(54)

Berdasarkan gambar 4.2 di atas menunjukkan adanya perubahan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan tingkat pengetahuan ini disebabkan karena intervensi yang diberikan kepada responden sehingga dapat membantu responden meningkatkan pengetahuannya tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan. Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden terbanyak sebelum diberikan penyuluhan adalah kategori sedang sebanyak sepuluh orang (45,5%), diikuti kategori baik sebanyak sembilan orang (40,9%), dan yang paling sedikit adalah kategori kurang sebanyak tiga orang (13,6%). Dapat dikatakan bahwa pada umumnya tingkat pengetahuan responden tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sebelum penyuluhan adalah cukup baik namun masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan kurang. Sementara itu, setelah dilakukan post-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden terbanyak sesudah diberikan penyuluhan adalah baik sebanyak 16 orang (72,7%), kategori sedang sebanyak enam orang (27,3%), dan sudah tidak ada lagi responden yang memiliki pengetahuan kurang. Dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan responden setelah diberikan penyuluhan mengalami peningkatan menjadi lebih baik.

Peningkatan pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan sangat jelas terlihat pada gambar di atas. Untuk lebih jelas mengetahui pengetahuan pedagang gorengan


(55)

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan

No Pertanyaan Pre-test Post-test

n % n %

1 Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan kemasan ?

a. Kemasan adalah wadah atau

pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan dan pencemaran pada bahan yang dikemas atau dibungkusnya. b. Kemasan adalah pembungkus makanan. c. Tidak tahu

8 14 0 36,4 63,6 0 15 7 0 68,2 31,8 0

Total 22 100 22 100

2 Menurut anda, apakah kegunaan dari kemasan?

a. Mewadahi dan melindungi produk dari bahan pencemar serta sebagai identitas produk.

b. Membungkus produk. c. Tidak tahu.

9 13 0 40,9 59,1 0 16 6 0 72,7 27,3 0

Total 22 100 22 100

3 Menurut anda, apakah jenis-jenis bahan kemasan ?

a. Plastik, kertas, kaleng, kaca b. Plastik, kertas

c. Tidak tahu

16 6 0 72,7 27,3 0 17 5 0 77,3 22,7 0

Total 22 100 22 100

4 Menurut anda, apakah mengemas gorengan dengan kertas koran bekas aman ?

a. Tidak aman dan membahayakan kesehatan.

b. Tidak aman.

10 10 2 45,5 45,5 9 14 8 0 63,6 36,4 0


(56)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, pada umumnya pengetahuan pedagang gorengan tentang pengertian dan fungsi

Total 22 100 22 100

5 Menurut anda, apakah ada perpindahan zat-zat kimia berbahaya dari kertas koran bekas ke dalam gorengan?

a. Ada, apalagi bila gorengan dalam suhu panas.

b. Ada, namun tidak berbahaya. c. Tidak tahu.

5 7 10 22,7 31,8 45,5 11 11 0 50 50 0

Total 22 100 22 100

6 Menurut anda, apakah tinta dari cetakan tulisan pada kertas koran bekas bisa pindah ke makanan gorengan?

a. Bisa. b. Ragu-ragu. c. Tidak bisa

6 4 12 27,3 18,2 54,5 10 5 7 45,5 22,7 31,8

Total 22 100 22 100

7 Menurut anda, kemasan apakah yang paling aman untuk gorengan ?

a. Daun pisang. b. Kertas putih polos. c. Kertas koran bekas

16 6 0 72,7 27,3 0 20 2 0 90.9 9,1 0

Total 22 100 22 100

8 Menurut anda, amankah kertas koran bekas yang berlapiskan daun pisang untuk membungkus makanan?

a. Aman, apalagi bila makanan dalam kondisi panas

b. Kurang aman. c. Tidak aman.

15 7 0 68,2 31,8 0 20 2 0 90,9 9,1 0


(57)

kemasan masih rendah. Selain itu, pengetahuan pedagang mengenai zat kimia yang terkandung didalam kertas koran dan cara perpindahan juga masih kurang. Namun, setelah dilakukan penyuluhan, pengetahuan pedagang mengalami peningkatan. Adapun pengetahuan pedagang yang mengalami peningkatan adalah tentang pengertian kemasan, fungsi kemasan, zat kimia yang terkandung didalam kertas koran bekas dan cara perpindahannya ke gorengan. Sedangkan pengetahuan pedagang tentang jenis-jenis kemasan dan kemasan yang aman digunakan untuk gorengan juga meningkat, tetapi tidak terlalu signifikan. Hal ini berarti penyuluhan sangat berguna dalam peningkatan pengetahuan pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan.

4.4 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Pedagang Gorengan Tentang bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.3 di bawah ini terlihat bahwa berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan paired sampel t-test diperoleh rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan adalah sebesar 9,95 dan sesudah penyuluhan sebesar 12,86. Dengan t hitung adalah 6,322 serta nilai probabilitas (p) 0,001. Oleh karena

p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sesudah diberikan penyuluhan.


(58)

Tabel 4.3 Perbedaan Rata-Rata Nilai Skor pre-test dan post-test Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai

Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012

Variabel Rerata Nilai t P

Pengetahuan Sebelum

9,95

6,322 0,001

Sesudah 12,86

4.5 Gambaran Sikap Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Sebelum (pre-test) dan Sesudah

(post-test) Diberikan Penyuluhan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012

Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, dapat diketahui tingkat sikap responden sebelum dan sesudah penyuluhan. Berikut gambar 4.4 yang menunjukkan tingkat sikap responden sebelum dan sesudah penyuluhan.

Gambar 4.4 Grafik Tingkat Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Pada gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak sebelum diberikan penyuluhan adalah kategori sedang sebanyak 14 orang (63,6%), diikuti dengan kategori kurang sebanyak enam orang (27,3%), dan yang paling sedikit adalah kategori baik sebanyak dua orang (9,1%). Kemudian setelah diberikan penyuluhan didapatkan hasil bahwa sikap responden terbanyak sesudah diberikan

0 2 4 6 8 10 12 14 pre-test post-test 2 8 14 14 6 0 jum la h r e spo nde n baik sedang kurang


(59)

penyuluhan adalah sedang sebanyak 14 orang (63,6%) dan kategori baik sebanyak delapan orang (36,4%), dan kategori kurang sudah tidak ada.

Peningkatan sikap sesudah dilakukan penyuluhan sangat jelas terlihat pada gambar di atas. Untuk lebih jelas mengetahui sikap pedagang gorengan sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan

No Pertanyaan kategori Pre-test Post-test

n % n %

1 Kemasan makanan bukan hanya sebagai pembungkus makanan, tetapi juga harus dapat melindungi makanan dari kerusakan dan pencemaran.

- Setuju

- Kurang setuju - Tidak stuju

14 8 0 63,6 36,4 0 20 2 0 90,9 9,1 0

Total 22 100 22 100

No Pertanyaan Kategori

Pre-test Post-test

n % n %

2 Kertas koran bekas tidak boleh digunakan sebagai kemasan gorengan.

- Setuju

- Kurang setuju - Tidak stuju

6 10 6 27,3 45,4 27,3 12 8 2 54,5 36,4 9,1

Total 22 100 22 100

3 Penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan adalah tidak baik.

- Setuju

- Kurang setuju - Tidak stuju

7 9 6 31,8 40,9 27,3 13 5 4 59,1 22,7 18,2

Total 22 100 22 100

4 Kertas koran bekas

mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.

- Setuju

- Kurang setuju - Tidak stuju

5 11 6 22,7 50 27,3 11 8 3 50 36,4 13,6

Total 22 100 22 100

5 Makanan yang berminyak dan bersuhu panas dapat memindahkan zat beracun pada kertas koran bekas ke makanan.

- Setuju

- Kurang setuju - Tidak stuju

4 8 10 18,2 36,4 45,4 12 4 6 54,5 18,2 27,3


(60)

6 Daun pisang adalah salah satu bahan yang aman digunakan untuk mengemas gorengan.

- Setuju

- Kurang setuju - Tidak stuju

22 0 0 100 0 0 22 0 0 100 0 0

Total 22 100 22 100

7 Jika kertas koran bekas tidak aman digunakan sebagai kemasan gorengan, saya akan mengganti kertas koran bekas dengan kemasan yang lebih aman.

- Setuju

- Kurang setuju - Tidak stuju

11 7 4 50 31,8 18,2 13 5 4 59,1 22,7 18,2

Total 22 100 22 100

8 Penyuluhan mengenai bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan perlu di lakukan.

- Setuju

- Kurang setuju - Tidak stuju

18 4 0 81,8 18,2 20 2 90,9 9,1

Total 22 100 22 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, pada umumnya sikap pedagang gorengan tentang dilarangnya menggunakan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan dan bahayanya penggunaan kertas koran sebagai kemasan gorengan masih rendah, sedangkan sikap pedagang gorengan tentang fungsi kemasan, pentingnya penyuluhan tentang bahaya penggunaan kertas koran sebagai kemasan gorengan, dan kesediaan pedagang gorengan untuk tidak menggunakan kertas koran lagi sebagai kemasan gorengan sudah cukup baik.

Setelah dilakukan penyuluhan, sikap pedagang mengalami peningkatan. Adapun sikap pedagang yang mengalami peningkatan adalah tentang dilarangnya menggunakan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan dan bahayanya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan. Sedangkan sikap pedagang tentang fungsi kemasan dan kesediaan pedagang untuk tidak menggunakan kertas koran bekas lagi sebagai kemasan gorengan juga meningkat, tetapi tidak terlalu signifikan. Hal ini berarti penyuluhan sangat berguna dalam peningkatan sikap pedagang tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan.


(61)

4.6 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan paired sample t-test pada tabel 4.5 di atas, diperoleh rat-rata sikap responden sebelum diberikan penyuluhan sebesar 7,77 dan sesudah penyuluhan sebesar 10,86. Selain itu, t hitung adalah 6,933 dengan nilai probabilitas (p) 0,001. Oleh karena p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sesudah diberikan penyuluhan.

Tabel 4.5 Perbedaan Rata-Rata Nilai Skor pre-test dan post-test Sikap Responden Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012

Variabel Rerata Nilai t p

Sikap Sebelum 7,77 6,933 0,001

Sesudah 10,86

4.7 Gambaran Tindakan Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Sebelum (pre-test) dan Sesudah (post-test) Diberikan Penyuluhan di Daerah Asrama Haji Medan Tahun 2012

Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui tingkat tindakan responden sebelum dan sesudah penyuluhan. Berikut gambar 4.6 yang menunjukkan tingkat tindakan responden sebelum dan sesudah penyuluhan.


(62)

Gambar 4.6 Grafik Tingkat Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Gambar 4.6 menunjukkan adanya perubahan tingkat tindakan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan tingkat tindakan ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan kepada responden sehingga dapat membantu responden meningkatkan tindakannya tentang penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan. Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat tindakan responden terbanyak sebelum diberikan penyuluhan adalah kategori kurang sebanyak 13 orang (59,1%), diikuti kategori sedang sebanyak tujuh orang (31,8%), dan yang paling sedikit adalah kategori baik sebanyak dua orang (9,1%). Dari hasil ini dapat diartikan bahwa tingkat tindakan responden tentang bahaya penggunaan kertas koran bekas sebagai kemasan gorengan sebelum penyuluhan masih sangat rendah.

Sementara itu, setelah dilakukan post-test didapatkan hasil bahwa tingkat tindakan responden terbanyak sesudah diberikan penyuluhan adalah sedang sebanyak 12 orang (54,5%), diikuti kategori baik sebanyak enam orang (27,3%), dan yang

0 2 4 6 8 10 12 14 pre-test post-test 2 6 7 12 13 4 jum la h r e spo nde n baik sedang kurang


(1)

T-Test

T-Test

Paired Samples Statistics

9,95 22 3,345 ,713

12,86 22 1,983 ,423

pengetahuan pre-test pengetahuan post-test Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

22 ,789 ,000

pengetahuan pre-tes t & pengetahuan post-test Pair

1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-2,909 2,158 ,460 -3,866 -1,952 -6,322 21 ,000

pengetahuan pretes t -pengetahuan post-test Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Statistics

7,77 22 3,085 ,658

10,86 22 2,606 ,556

sikap pre-test sikap post-test Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

22 ,742 ,000

sikap pre-test & sikap post-test Pair

1


(2)

T-Test

Frequencies

Paired Samples Test

-3,091 2,091 ,446 -4,018 -2,164 -6,933 21 ,000

sikap pretest -sikap post-test Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Statistics

6,09 22 3,191 ,680

9,64 22 3,185 ,679

tindakan Pre-test tindakan post-test Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

22 ,631 ,002

tindakan Pre-tes t & tindakan post-test Pair

1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-3,545 2,738 ,584 -4,760 -2,331 -6,073 21 ,000

tindakan Pretest -tindakan post-test Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Statistics

22 22 22

0 0 0

Valid Missing N kategori penget ahuan pre-tes t kategori sikap pre-tes t kategori tindakan Pre-tes t


(3)

Frequency Table

Frequencies

[DataSet5]

ka tegori pengetahuan pre -test

3 13,6 13,6 13,6

10 45,5 45,5 59,1

9 40,9 40,9 100,0

22 100,0 100,0

>11 5-11 <5 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

ka tegori sikap pre -test

6 27,3 27,3 27,3

14 63,6 63,6 90,9

2 9,1 9,1 100,0

22 100,0 100,0

>11 5-11 <5 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

ka tegori ti nda kan Pre -test

13 59,1 59,1 59,1

7 31,8 31,8 90,9

2 9,1 9,1 100,0

22 100,0 100,0

>11 5-11 <5 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Statistics

22 22 22

0 0 0

Valid Missing N kategori penget ahuan post-test kategori sikap post-test kategori tindakan post-test


(4)

Frequency Table

kategori pengetahuan post-test

6 27,3 27,3 27,3

16 72,7 72,7 100,0

22 100,0 100,0

5-11 <5 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

kategori sikap post-test

14 63,6 63,6 63,6

8 36,4 36,4 100,0

22 100,0 100,0

5-11 <5 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

ka tegori ti nda kan post-test

4 18,2 18,2 18,2

12 54,5 54,5 72,7

6 27,3 27,3 100,0

22 100,0 100,0

>11 5-11 <5 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(5)

Dokumentasi penelitian

Gambar Peneliti pada saat sedang melakukan pre-test

Gambar peneliti pada saat sedang memberikan penyuluhan kepada pedagang

gorengan


(6)