Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang
pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya jikalau pengalaman komunikan
tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif
Effendi, 2003: 30-31.
II. 2. MEDIA MASSA
Perkembangan masyarakat dan perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan perubahan dalam bidang komunikasi. Teknologi komunikasi
dituntut untuk menjangkau masyarakat dalam lingkup yang lebih luas dan serentak, karena kebutuhan informasi masyarakat semakin meningkat dan bersifat
penting. Media massa sebagai salah satu alat yang mampu mengantarkan informasi kepada masyarakat, memberikan karakteristik yang sesuai dan selain
itu, mudah untuk digunakan oleh masyarakat dari berbagai jenis keragaman masyarakat. Media massa yang kita kenal saat ini adalah media cetak, yang terdiri
dari surat kabar, tabloid, majalah, dan media elektronik, terdiri dari radio siaran dan televisi siaran. Selain pembagian diatas, banyak pula ahli yang
mengungkapkan film sebagai bagian dari komunikasi massa dalam media massa, bahkan di negara maju, buku dan kaset musik rekaman dianggap serupa.
Sulit dibayangkan masyarakat modern tanpa media massa : surat kabar, majalah, buku, radio, TV, dan film. Media massa memiliki arti yang bermacam-
macam bagi masyarakat dan memiliki banyak fungsi, tergantung pada jenis sistem
Universitas Sumatera Utara
politik dan ekonomi dimana media massa itu berfungsi, tingkat perkembangan masyarakat, serta minat dan kebutuhan individu tertentu. Salah satu
pengelompokan sistem pers media massa yang terkenal di dunia disajikan dalam buku Four Theories of the Press. Penulisnya membagi pers dalam 4 kategori:
otoriter, liberal, social control atau tanggungjawab sosial, dan totaliter. Kesemuanya merupakan “Teori Normative” yang berasal dari pengamatan, bukan
dari hasil uji dan pembuatan hipotesis. Teori Otoriter adalah pers atau media massa yang mendukung dan
menjadi kepanjangan tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara. Muncul diawal lahirnya mesin cetak dan di akhir masa
Renaisans, ketika negara-negara Eropa kebanyakan masih menganut sistem pemerintahan monarki absolut. Berkembang di Inggris pada abad 16 dan 17,
media cetak harus memperoleh izin dan mendapat hak pemakaian khusus dari kerajaan dan pemerintah agar bisa digunakan dalam penerbitan. Penguasa atau
pemerintah langsung berwenang mengawasi dan menentukan kebijakan pers dan jurnalistik. Teori ini menganggap bahwa tidak ada kebenaran di lingkungan
rakyat kecil, namun kebenaran ada di dekat pusat kekuasaan. Melalui penerapan hak khusus, lisensi, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh serikat
pemilik mesin cetak., individu dijauhkan dari kemungkinan mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoritas pers bisa dimiliki secara publik
atau perorangan. Teori Liberal muncul ketika pertumbuhan demokrasi politik dan paham
kebebasan berkembang pada abad 17, akibat dari revolusi industri dan digunakannya sistem ekonomi. Pemikiran-pemikiran di masa Pencerahan
Universitas Sumatera Utara
Aufklarung semakin menumbuhkan kebebasan pers sebagai salah satu aspek hak asasi manusia. Untuk itu, artinya pers harus bebas dari pengawasan dan pengaruh
pemerintah. Inilah sebabnya di Amerika Serikat, pers menjadi semacam lembaga keempat di dalam pemerintahan. Dari tulisan Milton, Locke, dan Mill dapat
dimunculkan pemahaman bahwa pers harus mendukung fungsi membantu menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah sekaligus sebagai media yang
memberikan informasi, menghibur, dan mencari keuntungan. Dalam teori ini, pers bersifat swasta.
Teori Tanggung Jawab Sosial diabad ke-20 di Amerika Serikat ada gagasan yang berkembang bahwa media satu-satunya industri yang dilindungi
Piagam Hak Asasi Manusia, harus memenuhi tanggung jawab sosial. Teori tanggung jawab sosial yang merupakan evolusi gagasan praktisi media, undang-
undang media, dan hasil kerja Komisi Kebebasan Pers, berpendapat bahwa selain bertujuan untuk memberi informasi, menghibur, mencari untung, juga bertujuan
untuk membawa konflik kedalam arena diskusi. Dibawah teori ini, media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik profesional,
dan dalam hal penyiaran dikontrol oleh badan pengatur mengingat keterbatasan teknis pada jumlah saluran frekuensi yang tersedia.
Teori Totaliter-Soviet merupakan pers yang berpegang pada azas kebenaran berdasarkan teori Marxist. Pers Soviet bekerja sepenuhnya sebagai alat
penguasa, dalam hal ini partai komunis. Partai komunis dalam pengertian komunis adalah rakyat. Teori ini berpandangan bahwa tujuan utama media adalah
membantu keberhasilan dan kelangsungan sistem Soviet. Media dikontrol oleh tindakan ekonomi dan politik dari pemerintah dan badan pengawas dan hanya
Universitas Sumatera Utara
anggota partai yang loyal dan ortodoks saja yang bisa menggunakan media secara reguler. Media dalam sistem Soviet dimiliki dan dikontrol oleh negara dan ada
hanya sebagai kepanjangan tangan negara. Laswell, pakar komunikasi dan pakar hukum di Yale, mencatat ada tiga
fungsi media massa yakni : pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam masyarakat untuk merespon lingkungan, dan penyampaian warisan dalam
masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain ketiga fungsi ini, Wright menambahkan fungsi keempat yakni hiburan.
Fungsi pertama media massa sebagai pengawasan surveillaince memberi informasi dan menyediakan berita. Dalam fungsi ini termasuk berita yang tersedia
di media yang penting seperti ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya. Bahkan media seringkali
memperingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca ekstrem atau bahaya ancaman militer.
Fungsi kedua korelasi adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Fungsi ini bertujuan untuk menjalankan norma sosial, dan menjaga
konsensus dengan mengekspose penyimpangan, memberikan status dengan cara menyoroti individu terpilih dan juga berfungsi untuk mengawasi pemerintah.
Fungsi ketiga pewarisan sosial merupakan fungsi dimana media massa menyampaikan informasi, nilai, norma, dari satu generasi ke generasi berikutnya
atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang. Fungsi terakhir hiburan dimaksudkan untuk memberikan waktu istirahat
dari masalah setiap hari dan mengisi waktu luang. Media mengekspose banyak
Universitas Sumatera Utara
budaya massa seperti seni dan musik kepada berjuta-juta orang dan sebagian merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan pilihan publik dalam seni.
II. 3. TELEVISI