Diagnosis MILD COGNITIVE IMPAIRMENT 1. Definisi

Pada suatu studi longitudinal oleh Sunderland, dkk tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir semua subjek dengan MCI yang telah berkonversi menjadi AD mempunyai nilai tau yang tinggi di dalam cairan serebrospinalnya, sementara yang tidak berkonversi nonprogressive MCI level dari tau nya masih rendah Petersen 2001.

II.2.4. Diagnosis

Pada umumnya, diagnosis Mild cognitive Impairment dibuat apabila pada seseorang ditemukan beberapa kriteria: ada gangguan memori, fungsi memori abnormal untuk usia dan pendidikan, aktivitas sehari-hari normal, fungsi kognisi umum normal dan tidak dijumpai demensia Kusumoputro, 2001; Fink, 2004. Menurut Petersen 2004 pada MCI terdapat gangguan fungsi kognitif sebesar 0.5 -1 SD dibandingkan orang normal setelah dilakukan matching terhadap faktor usia dan pendidikan. Diagnosis MCI dapat dibagi atas 4 subtipe klinis; Universitas Sumatera Utara Diagnosis MCI dapat dibagi atas 4 subtipe klinis; 1. Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan memori dengan tidak adanya gangguan dari area fungsi kognitif yang lain seperti atensi, orientasi, bahasa dan visuospatial. 2. Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan memori ditambah satu atau lebih gangguan dari area fungsi kognitif yang lainnya. 3. Non Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan pada satu area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori. 4. Non Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan pada dua atau lebih area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori. Ke empat subtipe klinis tersebut berbeda dalam hal etiologi dan outcome nya. Amnestic MCI single domain lebih baik dari yang multiple domain mempunyai kemungkinan yang lebih besar mengalami progresifitas menjadi penyakit demensia Alzheimer. Sedangkan subtipe non-Amnestic mempunyai kemungkinan mengalami progresifitas menjadi penyakit demensia non- Alzheimer Petersen, 2004. Untuk evaluasi diagnosis dari MCI diperlukan wawancara klinis terhadap pasien dan informan yang dapat dipercaya seperti pengasuh, pasangan hidup ataupun rekan kerja. Selain itu dilakukan pemeriksaan neurologi, Universitas Sumatera Utara pemeriksaan status mental, test neuropsikologi, tes laboratorium, pemeriksaan imaging dan penilaian kondisi komorbid psikiatri seperti depresi Fink, 2004. Komplain dari gangguan memori mungkin dilaporkan sendiri oleh si pasien atau dapat juga dari orang sekitarnya yang disebut sebagai informan. Bila sudah ada komplain dari gangguan memori maka haruslah dilakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan status mental atau pemeriksaan neuropsikologi Fink, 2004. Oleh karena MCI ataupun demensia merupakan bagian dari penyakit neurologi, maka diharuskan pemeriksaan neurologi pada penderitanya termasuk saraf-saraf kranial, refleks-refleks, sistem motorik, koordinasi dan pemeriksaan sensorik Fink, 2004. Berbagai macam instrumen screening fungsi kognitif dilakukan untuk untuk menilai individu dengan sangkaan mengalami gangguan fungsi kognitif, seperti Mini-Mental Status Examination, Mayo Short Test of Mental Status, Clock Drawing Test, Clinical Dementia Rating dan tes lainnya Fink, 2004. Mini-Mental Status Examination MMSE merupakan salah satu dari sekian banyak tes yang sering digunakan secara luas untuk mendeteksi gangguan kognitif. Sensitifitas untuk mendeteksi MCI semakin bagus jika nilai cut-off untuk demensia yang digunakan lebih tinggi yaitu 26-28 dan jika Universitas Sumatera Utara dilakukan adjustment terhadap usia dan pendidikan. Individu dengan skor 26-28 harus di screen lebih lanjut untuk MCI dengan menggunakan pemeriksaan seperti Clinical Dementia Rating ataupun Mayo Short Test of Mental Status Fink, 2004. Clinical Dementia Rating digunakan untuk menilai 6 domain yang berhubungan dengan kognitif dan fungsional performa seperti memori, orientasi, judgement dan pemecahan masalah, kegiatan komunitas, pekerjaan rumah dan hobi serta perawatan diri. Clinical Dementia Rating menggunakan 5 skala keparahan yaitu 0=normal, 0,5=MCIquestionable dementia, 1=mild dementia, 2=moderate dementia, 3=severe dementia Fink, 2004. Universitas Sumatera Utara

II.3. KERANGKA KONSEPSIONAL