BAB III
SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET
3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Tengah
3.1.1 Latar Balakang Terbentuknya Kabupaten Tapanuli Tengah
Wilayah Tapanuli Tengah dahulu dikuasai oleh Kolonial Inggris. Namun dengan Traktat London tanggal 17 Maret 1824, Inggris Menyerahkan Sumatera kepada Belanda, dan
sebagai imbalannya Belanda memberikan Semananjung Melayu. Pada saat itu lah Inggris menyerahkan Barus dan Singkil kepada Belanda. Selanjutnya Belanda memasukkan
Teluk Tapian Nauli dalam wilayah Residen Sumetera Barat yang beribukota padang.
Pada tahun 1859 daerah jajahan Belanda meluas ke daerah Silindung, dan meluas lagi ke daerah toba pada tahun 1883. Oleh karena adanya perluasan wilayah tersebut,
pemerintah Belanda mengeluarkan Staadblad No.193 tahun 1884 yang menentukan teritorial bari di Keresidenan Tapanuli untuk lebih memperkokoh strategi pembagian dan
perluasan wilayah.
Keresidenan Tapanuli pada saat itu dibagi atas 4 afdeling. Salah satu diantaranya ialah afdeling Sibolga yang meliputi 4 onder afdeling, yaitu :
1. Sibolga dan daerah sekitarnya 2. Distrik Batang Toru
3. Barus dan Pakkat 4. Singkil
Sejak keluarnya Staadblad no 496 tahun 1906 status Tapanuli yang tadinya bagian dari Sumatera Barat beralih menjadi di bawah Gubernur Sumatera yang berkedudukan di
Medan. Selanjutnya wilayah keresidenan Tapanuli Tengah dibagi dalam 5 afdeling, yaitu: 1. Afdeling Natal dan Batang Toru
2. Afdeling Sibolga dan Batang Toru 3. Afdeling Padang Sidempuan
4. Afdeling Nias 5. Afdeling Tanah Batak.
Afdeling Sibolga diperintah oleh seorfang Contraleur dengan wilayah meliputi 13 Kakurian yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Kuria. Pada saat itu onder Afdeling
Barus masih termasuk Afdeling Tanah Batak. Dengan keluarnya Staadblad No.93 tahun 1993 maka sebagian Onder Afdeling Barus digabung ke Afdeling Sibolga dan sebagian
lagi masuk Afdeling dataran-dataran tinggi Toba. Selanjutnya dengan Stadblad No.563 tahun 1937 Onder Afdeling Barus keseluruhannya dimasukkan ke Afdeling Sibolga di
mana berdasarkan Staadblad tersebut keresidenan-keresidenan Tapanuli dibagi atas 4 Afdeling, yaitu :
1. Afdeling Sibolga 2. Afdeling Nias
3. Afdeling Sidimpuan 4. Afdeling Tanah Batak
Yang termasuk dalam Afdeling Sibolga adalah : 1. Onder Distrik Sibolga
2. Onder Distrik Lumut 3. Onder Distrik Lumut
Sedangkan Sorkam berada dalam lingkungan Distrik Barus. Pada kenyatannya, apa yang disebut daerah tingkat II Tapanuli Tengah adalah pencerminan dari pembagian wilayah
yang diatur dengan Staadblad No.563 tahun 1937 tersebut.
Pada zaman Jepang khsusnya system pemerintahan keresidenan Tapanuli Lebih dititikberatgkan pada strategi pertahanan misalnya Heiho, Gyugun, Kaygon Heiho dan
bdan-badan lainnya. Setelah Proklamasi kemrdekaan Republik Indonesia, maka pada tanggal 15 Oktober 1945 oleh Gubernur Sumatera Mr. T. Mohd. Hasan menyerahkan
urusan pembentukan daerah otonom bawahan dan penyusunan pemerintahan daerah kepada masing-masing Residen. Bahkan telah dipertegas lagi dengan PP. No.8 tahun
1947 yang menetapkan bahwa kabupaten yang dibentuk oleh Residen sekaligus menjadi daerah otonom. Pada permulaan kemerdekaan, Residen Tapanuli Dr. F.Ltobing yang
berkedudukan di Tarutung, demgan dasar telegram Gubernur Sumatera tanggal 12 Oktober 1945 tentang pembentukan kepala-kepala Luha Bupati Sibolga.
Selanjutnya pada bulan Juni 1946 melalui siding Komite Nasional Daerah Keresidenan Tapanuli dibentuk Kabupaten Tanah Batak. Khususnya untuk Kota Sibolga,
dengan surat keputusan Gubernur pada tanggal17 Mei 1946, Kota Sibolga dijadikan Kota Administratif yang dipimpin oleh seorang Walikota yang pada saat itu dirangkap oleh
Bupati Kabupaten Sibolga, maka pada tanggal 17 November 1947 dibentuk sebuah Dewan Kota.
Pada Tahun 1946 Tapanuli Tengah mulai dibentuk kecamatan-kecamatan untuk menggantikan Sistem Pemerintahan Onder Distrik Afdeling pada masa pemerintahan
Belanda. Kecamatan pertama sekali dibentuk adalah kecamatn Sibolga, kemudian Lumut dan Barus. Sedangkan kecamatan Sorkam ditetapkan kemudian berdasarkan perintah
Residen Tapanuli pada tahun 1947.
Kecamtan Sorkam dipisah dari Barus berdasarkan kepada ketentuan yang menyatakan bahwa setiap Kabupaten harus minimal mempunyai dua kewedanan sedang
satu kewedanan minimal mempunyai dua kecamatan. Demikianlah sejarahnya maka Tapanuli Tengah mempunyai 4 kecamatan ketika itu. Saat ini kabupaten Tapanuli Tengah
telah memiliki 15 kecamatan, yakni: 1.
Kecamatan Pinangsori 2.
Kecamatan Badiri
3. Kecamatan Sibabangun
4. Kecamatan Pandan
5. Kecamatan Tukka
6. Kecamatan Tapian Nauli
7. Kecamtan Sitahuis
8. Kecamatan Kolang
9. Kecamatan Sorkam
10. Kecamatan Sorkam Barat
11. Kecamatan Barus
12. Kecamatan Sosor Gadong
13. Kecamatan Andam Dewi
14. Kecamatan Manduamas, dan
15. Kecamatan Sirandorung
Pada masa Undang-Undang dasar 1945, Konstitusi RIS dan Undang-Undang Sementara 1950, system pemerintahan yang tidak mengadakan perubahan atas bentuk dan
batas-batas wilayah Tapanuli Tengah yang ada sebelumnya. Dengan Undang-Undang Darurat No.7 tahun 1956, Sumatera Utara dibentuk Daerah Otonom Kabupaten, kecuali
Kabupaten Dairi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang No.41964.
Salah satu kabupaten yang disebutkan dalam Undang-Undang darurat tersebut ialah Tapanuli Tengah yang pada saat itu masih meliputi wilayah Kota Madya Daerah Tingkat
II Sibolga sekarang ini. Tetapi dengan Undang-Undang Darurat No.8 tahun 1986 tentang pembukaan daerah otonom kota-kota besar terbentuklah Kotapraja Sibolga yng pada saat
ini dikenal sebagai Kotamadya Sibolga.
3.1.2 Lokasi dan Keadaan Geografis
Kabupaten Tapanuli Tengah terletak pada 1 11’00’’ - 2
22’0’’LU dan 98°07’ - 98°12’ BT dan terletak di atas permukaan laut pada 0 – 1266m. Tapanuli Tengah memiliki luas
wilayah 6.194,98 km² yang terdiri atas darat 2.194,98 km² dan laut 4.000 km². Wilayah Tapanuli Tengah berbatasan di sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Singkil Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, disebelah Timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Pakpak Bharat, disebelah Selatan
dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, serta disebelah Barat dengan Kota Sibolga dan Samudera Indonesia.
3.1.3 Penduduk
Penduduk Tapanuli Tengah tahun 2006 berjumlah 297.846 jiwa dengan kepadatan penduduk 136 jiwa per km². Laju pertumbuhan penduduk periode tahun 2000-2005
sebesar 1,86 per tahun. Komposisi penduduk di Tapanuli Tengah yaitu 50,20 laki-laki dan 49,80. Pada tahun 2005, lapangan usaha yang paling banyak mengalami
peningkatan menyerap tenaga kerja di perusahaan swasta adalah sub sektor industri pengolahan.
Penduduk Tapanuli Tengah terdiri atas multi etnik yaitu suku Batak, Minang, Jawa - Madura, Bugis, Cina, Aceh, Melayu, Sunda, dan lain-lain, dengan mayoritas suku
Batak. Kerukunan, keamanan, ketertiban dan toleransi dalam semangat gotong-royong yang terjalin dan terbina selama ini membuat Tapanuli Tengah semakin kondusif dan
tangguh secara sosial kemasyarakatan dalam menyikapi globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu cepat. Persoalan mendasar masyarakat Tapanuli Tengah, seperti
halnya daerah lain di Kawasan Barat Sumatera Utara secara ekonomi selama ini adalah kemiskinan dan pengangguran.
Adapun keterbatasan yang melingkupi persoalan tersebut adalah Topografi wilayah Tapanuli Tengah yang berbukit Bukit Barisan, keterbatasan sumberdaya
manusia, keterbatasan pengelolaan sumberdaya alam, keterbatasan infrastruktur, keterbatasan akses informasi dan keterbatasan arus modal.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut dengan percepatan pembangunan dan menaikkan pertumbuhan ekonomi daerah
terutama melalui investasi baik investasi pemerintah maupun swasta untuk menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan konsep pembangunan TAPANULI
GROWTH.
Pelaksanaan percepatan pembangunan yang diselenggarakan sejak tahun 2001 hingga saat ini telah mulai menunjukkan hasil nyata dengan peningkatan serapan tenaga
kerja melalui investasi yang masuk dan pembangunan infrastruktur yang akan mendorong peningkatan tersebut.
Secara umum lapangan usaha yang dominan di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Pertanian, Jasa dan Industri Pengolahan.Masyarakat petani terdiri atas nelayan,
petani yang menanam padi, hortikultura dan ternak serta perkebunan rakyat. Lapangan usaha jasa yang dominan merupakan aktifitas perdagangan komoditi unggulan hasil
pertanian dan produk kerajinan industri rumah tangga, disamping jasa lainnya seperti pengangkutan, komunikasi dan perbankan lembaga keuangan. Industri pengolahan
meliputi industri yang berbasis hasil perikanan tangkap.
3.2 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik