2. Hubungan yang buruk dengan rekan kerja.
3. Kekerasan atau kecelakaan di tempat kerja yang melukai teman atau
pegawai lain. 4.
Diminta untuk menyelesaikan pekerjaan dimana pegawai tidak memiliki keterampilan atau kompetensi yang diperlukan.
5. Melakukan presentasi yang sangat penting dihadapan suatu kelompok.
Menurut Hasibuan 2006:204 faktor-faktor yang menyebabkan stres pegawai antara lain:
a. Beban kerja yang sulit dan berlebihan.
b. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar.
c. Waktu dan peralatan keja yang kurang memadai.
d. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja.
e. Balas jasa yang terlalu rendah.
f. Masalah- masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan sebagainya.
Menurut Cooper dalam Wijono 2010:124 ada 5 macam faktor yang menyebabkan stres yaitu :
1. Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan tuntutan fisik dan tugas,
2. Pengembangan karier kepastian pekerjaan dan ketimpangan status
3. Hubungan dalam pekerjaan hubungan antar tenaga kerja,
4. Struktur organisasi
5. Iklim organisasi.
E. Dampak Stres Kerja Terhadap Pegawai dan Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ivancevich 2009:299 stres kerja pada pegawai dapat berpengaruh positif maupun negatif. Namun efek negatif lebih sering terlihat.
Efek negatif tersebut dapat berupa: kebosanan, penurunan dalam motivasi, absen, apatis, insomnia, mudah tersinggung, kesalahan dalam pekerjaan yang meningkat,
tidak dapat mengambil keputusan. Sedangkan jika pegawai mampu mengelola stres secara optimal maka stres tersebut mampu menghasilkan dampak positif
berupa : motivasi yang tinggi, energi tinggi, persepsi yang tajam, ketenangan. Menurut Wijono 2010:153 sifat dasar penolakan terhadap munculnya
stres dapat memotivasi individu melakukan sesuatu dan menghilangkan masalah yang ada. Sedangkan menurut Hasibuan 2006:205 stres pegawai yang tidak
terselesaikan dengan baik akan menimbulkan frustasi. Frustasi akan menimbulkan perilaku aneh dari orang tersebut, misalnya marah-marah, membanting telepon,
bahkan memukul-mukul kepalanya. Frustasi adalah keadaan emosional, ketegangan pikiran, dan perilaku yang tidak terkendalikan dari seseorang,
bertindak aneh-aneh yang dapat membahayakan dirinya atau orang lain. Menurut Ivancevich 2009:308 stres yang dialami pegawai menyebabkan
organisasi mengeluarkan banyak uang. Stres yang dialami pegawai akan membawa efek yang buruk bagi pegawai. Efek tersebut mencakup pengambilan
keputusan yang semakin buruk dan penurunan efektivitas. Selain itu stres juga dapat meningkatkan ketidakpuasan kerja. Ketidakpuasan kerja dapat dihubungkan
dengan sejumlah hasil disfungsional, termasuk perputaran pegawai turn over, absen yang meningkat, dan kinerja pekerjaan yang menurun.
F. Memanajemen dan Mengelola Stres Kerja Pegawai
Universitas Sumatera Utara
Organisasi yang ingin menantang pegawainya dan tetap kompetitif dalam lingkungan yang berubah cepat, tidak akan pernah terbebas dari stres. Menurut
Daft 2003: 39 stres dalam pekerjaan dapat di manajemen dengan mengidentifikasi sumber utama stres. Organisasi dapat mendukung teknik
manajemen stres ini dengan menganjurkan pegawai beristirahat dan berlibur secara teratur. Waktu libur adalah investasi yang berharga ketika hal ini
memungkinkan pegawai melakukan pendekatan pada tugas mereka dengan tenaga yang diperbarui dan perspektif yang segar saat mereka kembali bekerja.
Menurut Sasono 2004:3 mengelola stres ada 2 dua pendekatan yang bisa diterapkan yaitu pendekatan individu dan organisasional. Pendekatan
individual mencakup pelaksanaan teknik manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik, pelatihan relaksasi dan perluasan jaringan dukungan sosial. Pendekatan
organisasional mencakup perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja, penempatan tujuan yang realistis, perancangan ulang pekerjaan, peningkatan
keterlibatan pegawai, perbaikan komunikasi organisasi dan pelaksanaan program kesejahteraan.
2.1.2. Kepuasan Kerja A. Pengertian Kepuasan Kerja Pegawai
Ivancevich 2009:90 menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaan mereka. Hal tersebut dihasilkan dari persepsi
mereka mengenai pekerjaan mereka dan tingkat kesesuaian antara individu dan organisasi
Universitas Sumatera Utara
Pengertian kepuasan kerja yang diungkapkan Hasibuan 2006:202 adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaan yang dicerminkan
oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Menurut Hoppecl dalam Waluyo 2009:179 kepuasan kerja merupakan
penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaan secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan 2006:203 kepuasan kerja pegawai dipengaruhi faktor- faktor berikut :
1. Balas jasa yang adil dan layak.
2. Penempatan yang sesuai dengan keahlian.
3. Berat-ringannya pekerjaan.
4. Suasana dan lingkungan pekerjaan.
5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.
6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.
7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Mullin dalam Wijono 2010:106 menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja meliputi faktor-faktor budaya, pribadi,
sosial, organisasi dan lingkungan. 1.
Faktor pribadi diantaranya kepribadian, pendidikan, intelegensi dan kemampuan, usia, status perkawinan, dan orientasi kerja.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor sosial di antaranya hubungan dengan rekan kerja, kelompok
kerja dan norma-norma, kesempatan untuk berinteraksi, dan organisasi formal.
3. Faktor budaya diantaranya sikap-sikap yang mendasari,
kepercayaan dan nilai-nilai. 4.
Faktor organisasi diantaranya sifat dan ukuran, struktur formal, kebijakan-kebijakan personalia dan prosedur-prosedur, relasi
pegawai, sifat pekerjaan, tekonologi dan organisasi kerja, supervisor dan gaya kepemimpinan, sistem manajemen, dan
kondisi-kondisi kerja. 5.
Faktor-faktor lingkungan diantaranya ekonomi, sosial, teknik, dan pengaruh-pengaruh pemerintah.
C. Indikator-Indikator Kepuasan Kerja