2.4.2.3 Interaksi antara respon imun selular dengan respon imun humoral
Salah satu interaksi antara respon imun selular dengan respon imun humoral adalah antibody dependent cell mediated cytotoxicity ADCC. Pada interaksi ini
sitolisis terjadi dengan bantuan antibodi yang berfungsi melapisi antigen sasaran opsonisasi, sehingga sel natural killer NK dan sel-sel fagosit yang mempunyai
reseptor pada fragmen Fc antibodi tersebut dapat melekat pada antigen sasaran dan menghancurkan antigen tersebut melalui mekanisme fagositosis Kresno,
2010.
2.4.3 Imunomodulator
Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat meregulasi sistem imun dengan tujuan menormalkan atau membantu mengoptimalkan sistem imun.
Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Imunomodulator dapat dibagi menjadi 2, yaitu imunostimulator dan
imunosupresor.
a. Imunostimulator
Imunostimulator adalah senyawa yang dapat meningkatkan respon imun. Imunostimulator dapat mereaktivasi sistem imun dengan berbagai cara seperti
meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T, NK-cells dan makrofag serta melepaskan interferon dan interleukin Tan dan Rahardja., 2007.
Imunostimulator banyak digunakan menjaga kondisi tubuh saat terjadinya defisiensi imunitas, pada terapi AIDS, infeksi kronik, dan keganasan terutama
yang melibatkan sistem limfatik. Widianto, 1987
Universitas Sumatera Utara
b. Imunosupresor
Imunosupresor adalah senyawa yang dapat menurunkan respon imun yang berlebihan. Imunosupresor mampu menghambat transkripsi dari sitokin dan
memusnahkan sel T Tan Rahardja, 2007. Penggunaan klinis imunosupresor di antaranya adalah pencegah penolakan transplantasi, mengatasi penyakit autoimun
dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus.
2.4.4 Siklofosfamida
Gambar 2.4 Siklofosfamida Anderson, 1995
Nama kimia : 2-[Bis2-kloroetilamino]tetrahidro-2H-1,3,2-
oksazafosforin 2-oksida monohidrat
Rumus molekul : C
7
H
15
C
l2
N
2
O
2
P.H
2
O
Berat molekul : 279,10 Pemerian
: serbuk hablur, putih.
Kandungan : tidak kurang dari 97,0 dan tidak lebih dari 103,0
C
7
H
15
C
l2
N
2
O
2
P, dihitung sebagai zat anhidrat.
Kelarutan : Siklofosfamida larut dalam air dan dalam etanol Depkes RI,
1995. Siklofosfamida merupakan agen alkilasi yang mempunyai efek
imunosupresif. Siklofosfamida memiliki aktivitas antiproliferasi yang kuat yang dilihat dari kemampuannya menurunkan produksi antibodi selama fase proliferasi.
Universitas Sumatera Utara
Siklofosfamida memberikan efek pada mencit dengan dosis pemberian 50 mgkg BB. Siklofosfamida menghambat aksi sel Ts dan sel Th2 sehingga
menekan produksi antibodi oleh sel B. Sel Th1 tidak dipengaruhi oleh siklofosfamida dan tetap bekerja secara normal. Sel Th1 akan melepaskan sitokin
yang bersifat proinflamasi sehingga akan menarik makrofag ke tempat terjadinya infeksi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan di tempat infeksi
Turk, 1989.
2.4.5 Metode Pengujian Efek Imunomodulator
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian efek imunomodulator. Beberapa di antaranya adalah uji respon hipersensitivitas tipe
lambat dan pengukuran antibodi titer antibodi.
a. Uji Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat
Uji respon hipersensitivitas merupakan pengujian efek imunomodulator terkait dengan respon imun spesifik. Respon hipersensitivitas tipe lambat
merupakan respon imun seluler yang melibatkan aktivasi sel Th yang akan melepaskan sitokin yang bersifat proinflamasi dan meningkatkan aktivitas
makrofag yang ditandai dengan pembengkakan kaki hewan uji Roit,1989.
b. Titer Antibodi
Respon imun spesifik dapat berupa respon imun seluler dan respon imun humoral. Penilaian titer antibodi merupakan pengujian terhadap respon imun
humoral yang melibat pembentukan antibodi. Peningkatan nilai titer antibodi terjadi karena peningkatan aktivitas sel Th yang menstimulasi sel B untuk
pembentukan antibodi dan peningkatan aktivitas sel B dalam pembentukan antibodi Roit, 1989.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta
menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding, dengan tahapan penelitian yaitu penyiapan sampel, karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, penyiapan
hewan percobaan dan pengujian respon hipersensitivitas tipe lambat dan titer antibodi pada hewan percobaan.
Data hasil penelitian dianalisis secara ANAVA analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey menggunakan program SPSS Statistical
Product and Service Solution versi 17.0.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, neraca kasar, neraca listrik Vibra, seperangkat alat
destilasi penetapan kadar air, perkolator, rotary evaporator Heidolph VV-300, mikroskop Boeco, tanur, mortir dan stamfer, neraca hewan Presica, spuit 1 ml
Terumo, oral sonde, pletismometer air raksa, velocity 18R refrigerated centrifuge Dynamic, microtube, microtitration plate, pipet mikro Brand, dan
kertas saring. Gambar alat-alat yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 57.
Universitas Sumatera Utara