2.3 Gambaran Klinis Secara Umum
Gambaran Klinis penderita sindroma Down sangat mirip antara satu orang dengan lainya.Terjadinya Retardasi mental akan sangat menonjol selain terjadinya
retardasi dalam pertumbuhan jasmani. Penderita berbicara dengan kalimat- kalimat sederhana, dan biasanya sangat tertarik dengan musik dan kelihatan sangat gembira.
10
Wajah anak sangat khas, ditandai dengan kepala agak kecil, muka lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek, mata letaknya berjauhan antara satu dengan yang lainnya,
serta sipit miring keatas dan samping seperti mongolia, iris menunjukan bercak- bercak. Selain itu, lipatan epikantus sangat jelas serta telinga agak aneh, baik letak
maupun ukurannya, bibir tebal dan lidah besar, kasar bercelah – celah. Pertumbuhan gigi juga sangat terganggu. Kulit halus dan longgar namun warna normal. Di leher
ditemukan lipatan- lipatan yang berlebihan.
10
Pada jari tangan tampak kelingking yang pendek dan membengkok ke dalam. Pada pemeriksaan radiologis sering ditemukan tulang palang tengah dan distal
rudimenter. Jarak antara jari I dan II baik kaki maupun tangan agak lebar. Gambaran telapak tangan tidak normal yaitu terdapat gambaran garis melintang. Otot hipotonik
dan pergerakan sendi-sendi berlebihan.
10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.
Karakteristik permukaan telapak tangan dengan hypertelorism, batang hidung yang pesek, lidah yg
protrusi, satu garis simian palmar pada anak perempuan Sindroma Down umur 2 tahun L.Dourmishev,
MD,PhD,DSc :Down Syndrome.2009: 2
Gambar a Gambar b
Gambar 3 . a
Telinga yang kecil dan lipatan yang abnormal pada pasien sindroma Down b
hypodonia pada pasien Sindroma Down L.Dourmishev, MD,PhD,DSc :Down Syndrome.2009: 3
Universitas Sumatera Utara
a b
Gambar 4 : a
Lipatan simian palmar pada pasien Sindroma Down. b Celah antara jari
kaki yg pertama dengan jari kaki kedua pada pasien Sindroma Down L.Dourmishev, MD,PhD,DSc :Down Syndrome.2009: 3
2.4 Kelainan – Kelainan Sistemik
2.4.1 Kardiovaskular Sekitar 40 bayi baru lahir yang menderita sindroma Down mengalami cacat
jantung bawaan seperti defek septum ventrikuli, defek septum arteri. Kelainan jantung bawaan ini dapat dikoreksi dengan operasi pada waktu bayi.
5,12,13
Selain itu, prevalensi dari mitral valve prolapse 5-10 lebih tinggi pada penderita sindroma
Down.
6,12
Kelainan pada jaringan ikat collagen defect mungkin menjadi penyebab tingginya insiden mitral valve prolapse pada penderita sindroma Down. Kebutuhan
profilaksis pada penderita ini sangat jelas.
5,12
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Hematopoietic Pada penderita sindroma Down dijumpai kelainan – kelainan peningkatan risiko
leukemia, risiko sebagai karier hepatitis B, neutrofil dan leukosit yang tidak sempurna dan berumur pendek, risiko lymphopenia, risiko eosinopenia dan bentuk
serum immunoglobulin yang tidak seperti biasa.
12
2.4.3 Muskoskeletal Pada penderita sindroma Down dijumpai adanya ketidakstabilan atlantoaxial.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada saraf tulang belakang yang irreversibel.
12
Jika penderita mempunyai riwayat atlantoaxial, dokter gigi harus berhati-hati ketika bekerja di daerah leher. Meskipun risiko terjadinya kerusakan pada saraf tulang
belakang selama pemberian anastesi umum sangat kecil, ahli anastesi dan timnya harus hati-hati terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
7
Pada penderita sindroma Down juga dijumpai penyempitan saluran pernafasan dihidung dan sebagian
terhambat akibat deviasi septal dan penebalan mukosa. Hal ini sering menimbulkan pernafasan melalui mulut. Mulut sering terbuka dengan lidah yang terdorong diantara
bibir.
12
2.4.4 Sistem saraf Fungsi motorik biasanya lebih lambat pada pasien yang lebih muda dan
koordinasi yang terbatas.
7
Namun koordinasi dapat meningkat sesuai umur. Selain itu pada penderita sindroma Down juga dijumpai demensia dan gangguan dalam bicara.
Pada penderita sindroma Down, pengucapan lebih lambat dibandingkan dengan penerimaan bahasa. Hal ini dihubungkan dengan keterbelakangan mental, masalah
pendengaran, aphasia, lidah yang besar pada rongga mulut yang kecil, kelainan gigi,
Universitas Sumatera Utara
saliva yang berlebihan, kering dan tebalnya membran mukosa dan hipotonia otot yang menyeluruh.
12
2.4.5 Rongga mulut Keadaan rongga mulut pada pasien dengan sindroma Down adalah seperti yang
tertera pada tabel 1. Tabel 1. Keadaan rongga mulut pada penderita sindroma Down Dessai SS. Down
Syndrome:A rewiew of the literature. J. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radigraphy dan Endodontics, 1997: 11
Area Kondisi
Palatum Stair palate dengan bentuk v pada langit-
langitnya Palatum lunak yang tidak sempurna
Lidah Bentuk scallop dan berfissured
Protrusi dan lidah yang terdorong karena rongga mulut yang kecil
Makroglossia karena kavitas rongga mulut yang kecil
Lidah yang kering karena bernafas dari mulut
Dental Mikrodonsia
Hypodonsia Partial anodontia
Supernumerary teeth Spacing
Taurodontism Crown variants
Agenesis Hypoplasia dan hypocalcification
Resiko karies gigi yang tinggi Erupsi yang terlambat
Periodontal Peningkatan resiko penyakit periodontal
Oklusi Malalignment
Frequent malocclusions Frequent temporomandibular joint dysfunction
Platybsia Brukism
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5 .
Hubungan rahang pada penderita sindroma Down A. Maloklusi klas III Angle dengan crossbite posterior.
B. Maloklusi klas III dengan open bite anterior. Cheng RHW, Yiu CKY, Leung WK. Oral Health in in
Individuals with Down Syndrome. 2011: 63
Gambar. 6 Anomali gigi pada penderita Sindroma Down. A. Mikrodonsia dan Peg shaped pada
Insisivus lateral kanan. B Akar pendek pada Molar kanan dan kehilangan tulang karena periodontitis. Cheng RHW, Yiu CKY, Leung WK. Oral Health in in Individuals with
Down Syndrome. 2011:64
Universitas Sumatera Utara
BAB III MANIFESTASI PENYAKIT PERIODONTAL PADA PENDERITA