Andriko D. Haholongan : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-35 Dan Be-40, 2009.
4.2.3 Konsumsi bahan bakar spesifik
Konsumsi bahan bakar spesifik Specific fuel consumption, Sfc dari masing-masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.2 berikut : Sfc =
G f
P x
m
3 .
10 dimana : Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik grkW.h
. f
m = laju aliran bahan bakar kgjam Besarnya laju aliran massa bahan bahan bakar
. f
m dihitung dengan persamaan 2.3 berikut :
3600 10
. .
3
x t
V sg
m
f f
f f
−
= dimana :
f
sg
= spesific gravity
f
V
= Volume bahan bakar yang diuji dalam hal ini 50 ml.
f
t
= waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji detik.
Harga
f
sg
untuk bioetanol BE-100 adalah 0.798 dan harga
f
sg
untuk premium adalah 0.739 [Lampiran 2], sedangkan untuk bahan bakar yang merupakan
campuran antara bioetanol dengan premium, harga
f
sg
-nya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan pendekatan berikut :
f
sg
BExx = BE x 0.798 + P x 0.739
dimana: BE = Persentase kandungan bioetanol dalam bahan bakar campuran
P = Persentase kandungan premium dalam bahan bakar campuran
Andriko D. Haholongan : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-35 Dan Be-40, 2009.
Untuk gasohol BE-35 dengan persentase bioetanol 0.35 dan premium 0.65 maka :
f
sg
BE-5 = 0.35 x 0.798 + 0.65 x 0.739 = 0.760
Dengan memasukkan harga
f
sg
= 0.760; harga
f
t
yang diambil dari percobaan Tabel 4.3 dan harga
f
V
yaitu sebesar 50 ml, maka laju aliran bahan bakar untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar gasohol BE-35 :
Beban : 10 kg Putaran : 2000 rpm
. f
m = 69
10 .
50 760
.
3 −
x x 3600
= 1.936 kgjam
Dengan diperolehnya besar laju aliran bahan bakar, maka dapat dihitung harga konsumsi bahan bakar spesifiknya. Untuk pengujian dengan menggunakan
bahan bakar gasohol BE-35 : Beban : 10 kg
Putaran : 2000 rpm
Sfc = 223
. 16
10 936
. 1
3
x = 195.002 grkWh
Dengan cara yang sama untuk setiap jenis pengujian, pada putaran dan beban yang bervariasi, maka hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik untuk
kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Andriko D. Haholongan : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-35 Dan Be-40, 2009.
Tabel 4.8 Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik Sfc untuk bahan bakar premium.
Bahan Bakar Premium Beban kg
Putaran rpm Sfc grkWh
10 2000
136.674 2500
134.718 3000
128.781 3500
125.120 4000
134.192
25 2000
143.655 2500
134.682 3000
143.526 3500
134.954 4000
132.734
Tabel 4.9 Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik Sfc untuk bahan bakar Gasohol BE-35.
Bahan bakar Gasohol BE-35 Beban kg
Putaran rpm Sfc grkWh
10 2000
195.002 2500
180.054 3000
184.849 3500
191.726 4000
222.348
25 2000
198.679 2500
180.723 3000
189.021 3500
202.325 4000
242.757
Andriko D. Haholongan : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-35 Dan Be-40, 2009.
Tabel 4.10 Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik Sfc untuk bahan bakar Gasohol BE-40.
Bahan bakar Gasohol BE-40 Beban kg
Putaran rpm Sfc grkWh
10 2000
222.490 2500
211.545 3000
208.485 3500
206.467 4000
227.389
25 2000
227.626 2500
217.419 3000
217.943 3500
214.903 4000
237.950 Konsumsi bahan bakar spesifik dipengaruhi oleh putaran mesin. Semakin tinggi
putaran mesin maka konsumsi bahan bakar juga meningkat dan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan laju aliran bahan bakar. Ada kecenderungan besarnya
Sfc juga dipengaruhi oleh nilai kalor bahan bakar lihat Tabel 4.1, semakin besar nilai kalor bahan bakar maka Sfc semakin kecil dan sebaliknya.
Andriko D. Haholongan : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-35 Dan Be-40, 2009.
Perbandingan harga Sfc untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.6 Grafik Sfc vs Putaran untuk beban 10 kg. Berdasarkan hasil perhitungan Sfc maka didapat, pada pembebanan 10 kg
gambar 4.6, bahan bakar gasohol BE-40 memiliki Sfc yang lebih besar yaitu sebesar 227.389 grkWh yang terjadi pada putaran 4000 rpm. Sedangkan pada
putaran yang sama untuk bahan bakar gasohol BE-35 dan premium diperoleh Sfc sebesar 222.348 grkWh an 134.192 grkWh.
25 50
75 100
125 150
175 200
225 250
2000 2500
3000 3500
4000
S fc
g r
k W
h
Putaran rpm
Premium BE-35
BE-40
Andriko D. Haholongan : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-35 Dan Be-40, 2009.
Gambar 4.7 Grafik Sfc vs Putaran untuk beban 25 kg. Berdasarkan hasil perhitungan Sfc maka didapat, pada pembebanan 25 kg
gambar 4.7, bahan bakar gasohol BE-35 memiliki Sfc yang lebih besar yaitu sebesar 242.757 grkWh yang terjadi pada putaran 4000 rpm. Sedangkan pada
putaran yang sama untuk bahan bakar gasohol BE-40 dan premium menghasilkan Sfc sebesar 237.950 grkWh dan 132.734 grkWh.
25 50
75 100
125 150
175 200
225 250
275
2000 2500
3000 3500
4000
S fc
g r
k W
h
Putaran rpm
Premium BE-35
BE-40
Andriko D. Haholongan : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium Dengan Campuran Premium-Bioetanol Gasohol Be-35 Dan Be-40, 2009.
4.2.4 Rasio perbandingan udara bahan bakar AFR