Latar Belakang Masalah Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil BRIMOB Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara 1961-1970, 2009. USU Repository © 2009 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai sebuah Negara yang baru memproklamasikan kemerdekaannya, Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam kondisi yang tidak menentu menunggu status peralihan yan akan dilakukan oleh sekutu dibawah Pimpinan Ir. Soekarno – Hatta, persiapan – persiapan yang matang sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan keadaan yang akan muncul sebagai akibat dari kelahan Jepang dalam perang Asia Timur Raya A.T.R. 1 Kondisi rakyat Indonesia pada masa peralihan ini sangat mencekam, namun pelajaran dan pengalaman yang diperoleh sejak masa pendudukan sampai masa penjajahan, baik bangsa Belanda maupun bangsa Jepang, merupak modal yang sudah cukup besar buat Bangsa Indonesia, terutama pemuda – pemuda yang progresif revolusioner maupun pemuda – pemuda yang pernah mengikuti pendidikan keprajuritan pada masa Belanda dan Jepang. Pelajaran dan pengalaman yang paling penting adalah perlunya membentuk kekuatan – kekuatan kelaskaran sebagai ujung tombak untuk mempertahankan diri dari kelompok dari kesewenang – wenangan bangsa penjajah. Oleh karena itu, diklangan masyarakat di hamper seluruh desa dan kota telah berdiri kekuatan pemuda dalam berbagai nama dan bentuk. 2 Proklamasi kemerdekaan Indonesia belum banyak diketahui masyarakat pada masa itu, karena surat – surat kabar dan radio masih dikuasai penjajah tidak 1 Muhammad Damiaty, Sejarah Perjuangan Indonesia, Djakarta : Widjaya. 1951. hal 89 2 Ibid. hal 131 Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil BRIMOB Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara 1961-1970, 2009. USU Repository © 2009 menyiarkannya, mengingat beberapa hari setelah kekalahan Jepang, orang – orang Indonesia yang bekerja di radio – radio dilarang untuk masuk guna menjaga kekalahan Jepang. Kabar kekalahan Jepang baru disiarkan pada tanggal 21 Agustus 1945 melalui surat kabar dan radio Jepang di seluruh Jawa sekalian dengan pengumuman berakhirn dan bubarnya perang Asia Timur Raya ATR, namun berita proklamasi kemerdekaan Indoensia tidak disiarkan. Berita ini membuat rakyat mengerti bahwa Jepang telah gagal dengan jani – janjinya memberi hadiah kemerdekaan keapda bangsa Indonesia. Kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia sendiri diproklamirkan secara sah di Sumatera Timur oleh Gubernur T.M. Hasan dengan Wakil Dr. M. Amir pada tanggal 30 September 1945. 3 Diawali dari desakan tiga pemuda pada waktu itu, antara lain : Marzuki Lubis, Selamat Ginting, dan Raptan, mereka adalah Nasional Pelopor yang data menemui Abdul Xarim M. S. PESINDO selaku tokoh gerakan yang paling terkemuka di kota Medan. Ketiga pemuda tersebut mendesak Xarim M.S. untuk segera mengumumkan proklamasi kemerdekaan di daerah ini. 4 Didalam pertemuan ini ketiga pemuda tersebut mendapat jawaban dari Abdul Xarim bahwa, mengumumkan proklamasi kemerdekaan tersebut harus disertai kekuatan senjata, karena pihak Jepang masih bisa menghantam kita. Mendengar jawaban ini, Selamat Ginting langsung mengeluarkan sebuah Pistol pada waktu itu dan menunjukkannya. Sambil memperlihatkan senjata yang diperlihatkan oleh Selamat Ginting, Xarim M. S. Kemudian mengharapkan agar senjata itu bisa diambil dalam beberapa hari sampai di Medan, karena dengan adanya senjata, proklamasi kemerdekaan dapat diumumkan dengan aman di daerah ini. Selanjutnya Selamat 3 A.E. Manihuruk, dkk, Perjuangan Rakyat Semesta Sumatera Utara, Jakarta : Forum Komunikasi Ex Sub Ter VII Komando Sumatera Utara, 1979. 4 Wawancara dengan Letkol Sempa Sitepu tanggal 22 Mei 2008 di Komplek Pamen Jl. Djamin Ginting No. 15 Medan. Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil BRIMOB Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara 1961-1970, 2009. USU Repository © 2009 Ginting menyanggupinya dalam satu hari senjata itu akan sampai di Medan, dia hanya meminta bantyuan kendaraan untuk mengangkut senjata – senjata tersebut. Mendengar permintaan pemuda ini, Xarim M.S. segera mengambil secarik kertas dan menulis sebuah nota probadi yang kemudian menyuruhnya untuk diantarkan kepada Mahruzar. Keesokan harinya Selamat Ginting memperoleh sebuah kendaraan Open Cup merek Ford 1938 daro Mahruzar, yang pada waktu itu dikenal sebagai pengusaha dan tokoh gerakan nasional. Diserahkannya senjata hasil dari hubungan rahasia yang dilakukan oleh Selamat Ginting melalui penghulu Kutapinang, Raja Mula Manik dengan beberapa pimpinan Jepang untuk memberikan senjata kepada bangsa Indoensia guna menentang kembalinya kekuasaan Belanda dan sebagai kekuatan untuk menegakkan kemerdekaan Indonesia yang ditanam di lading Jumpali milik Selamat Ginting untuk menjaga kerahasiannya. Sesampainya di Medan mereka segera menuju ke Jalan Gurami dan secara kebetulan Nip Xarim pun ada di rumah yang sedang merundingkan sesuatu dengan Zein Hamid sekarang Kolonel. Sebagian senjata diturunkan di Jalan Gurami, diberikan kepada Nip Xarim dan sisanya dibawa ke Jalan Sudor, ke rumah Ibu Ani, tempat mondoknya pemuda – pemuda nasional Pelopor. Senjata yang dibawa dari Tanah Karo merupakan modal pertama berupa senjata dalam penyusunan kekuatan Republik Indonesia di Wilayah Kota Medan. Begitu senjata telah ada, Abdul Xarim M.S. segera menghubungi T.M. Hasan dan Dr. M. Amir dan melaporkan bahwa senjata telah ada dan segera bertindak. Persiapan telah dilakukan mulai dari konsolidasi pemuda – pemuda mengumumkan pertemuan rapat yang akan diadakan di gedung Taman SIswa Jalan Amplas Medan kini dan Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil BRIMOB Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara 1961-1970, 2009. USU Repository © 2009 untuk mengawali proklamasi, setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 30 September, maka pada tanggal 3 Oktober keluarlah sebuah pengumuman yang menyatakan : Pemerintah Negara Republik Indonesia dengan resmi dijalankan di Sumatera. Hari berikutnya 4 Oktober mulailah Sang Merah Putih berkibar di Lapangan Explanade Lapangan Merdeka Medan sekarang dan pada 6 Oktober berlangsung pawai raksasa yang sangat bersemangat dengan membawa semboyan terus meneriakkan, “MERDEKA atau MATI” mereka tidak peduli dengan keberadaan tentara Jepang yang masih menduduki Kota Medan dan mempercayakan nyawa mereka kepada para pemuda yang mengawal mereka dengan persenjataan yang tadinya dibawa oleh Selamat Ginting dari Tanah Karo yang sudah dapat dikatakan modern pada saat itu. Pawai ini berjalan dengan sukses, maka pertemuan di Jalan Amplas yang sekalian meresmikan terbentuknya Baris Pemuda Indonesia BPI yang memang salah satu tugas T.M. Hasan dari pusat sembari membentuk Komite Nasional Indonesia KNI sekaligus mengumumkan untuk pembentukannya di setiap daerah. 5 Jawatan Kepolisian Negara di Purwokerto yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Jaksa Agung yang mengangkat Kepala Polisi yang pertama, yaitu R. Soekanto Tjokroatmojo dan dengan penetapan Pemerintah No. 11SD tertanggal 25 Juni 1946, Kepolisian Negara dikeluarkan dari Departemen Dalam Negeri dan ditempatkan langsung dibawah Perdana Menteri sebagai Jawatan tersendiri. Peetapan tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1946 dan ditetapkan 5 Parulian Hutauruk, dkk, Perjuangan Korps Brigade Mobil Polri Masa Perang Kemerdekaan RI. Pemerintah Darurat RI di SUmatera. Medan : Yayasan Keluarga Besar Pejuangan Kemerdekaan RI Benteng Huraba, 1996. hal 59 Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil BRIMOB Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara 1961-1970, 2009. USU Repository © 2009 sebagai Hari Bhayangkara. Dalam rangka re-organisasi Jawatan ini mulai menyeragamkan nama, susunan kepangkatan, tugas tata kerja dari pasukan Kepolisian yang terdapat diberbagai Keresidenan di Indonesia dengan berbagai nama antara lain : Polisi Pejuang, Polisi Istimewa, Polisi Gerak Cepat dan berbagai nama lainnya. Kemudian berdasarkan Surat Perintah Kepala Muda Kepolisian No. Pol. 1267891, sejak tanggal 14 Nopember 1946 disatukan dan diberi nama MOBIL BRIGADE POLISI” MOBBRIG, dengan tujuan utama adalah menyusun pasukan – pasukan sebagai inti dari kepolisian yang kuat persenjataannya dengan mobilitas tinggi. Pada setiap keresidenan dibentuk Mobil Brigade Keresidenan MBK dan dipimpin oleh Inspektur POLISI Tk II. Adapun kekuatannya terdiri dari 100 orang atau lebih anggota dengan ruang gerak meliputi seluruh wilayah Keresidenan. 6

1.2. Rumusan Permasalahan