Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
disebut kawin lari karena tidak dicatatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah PPN.
Fenomena nikah sirri bukan saja permasalahan yang baru-baru ini terjadi di masyarakat, akan tetapi permasalahan yang sudah hangat dan
merebak khususnya di Indonesia. Nikah sirri dipandang sebuah permasalahan yang melanggar norma hukum.
4
Nikah sirri yang penulis bahas disini ialah nikah sirri yang dimaksud sama dengan nikah di bawah tangan yang terjadi di wilayah Kelurahan
Jatinegara Jakarta Timur. Dalam masalah pernikahan sirri ini bahwa betapa pentingnya sosialisasi hukum islam ke dalam masyarakat yang bukan saja
berbentuk rumusan hukum normatifnya, tetapi juga terutama tentang aspek tujuan hukum yang dalam kajian hukum islam dikenal dengan maqasid asy-
syari‟ah. Secara teoritis, hukum islam dirumuskan oleh perumusan Allah. Secara umum tidak lain bertujuan untuk meraih kemaslahatan dan
menghindari kemudhoratan.
5
Pernikahan seperti ini seringkali menimbulkan madharrat terhadap istri dananak yang dilahirkan terkait dengan hak-hak mereka seperti nafkah,
hak waris dan lain sebagainya. Di dalam ketentuan umum pernikahan sirri itu
4
http:tariganfebram.blogspot.com201304pernikahan-sirri-ditinjau-dari.html diakses pada pukul 20.22
tanggal 29 Maret 2015
5
Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2004 h. 29
5
hukumnya adalah sah karena telah terpenuhi syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat madharratnya.
6
Perintah pencatatan perkawinan tidak ada dalam nash yang menyebutkan secara langsung. Pelaksanaan pencatatan itu didasarkan ijtihad
para ulama dan diadopsi oleh negara dalam menyusun peraturan perundang- undangan tentang perkawinan ini. Pencatatan perkawinan ini didasarkan
kepada “mashlahah murshalah”, karena nash tidak melarang dan tidak
menganjurkannya. Pencatatan perkawinan itu sangat penting untuk dilaksanakan oleh pasangan mempelai, sebab buku nikah yang mereka peroleh
itu merupakan bukti otentik tentang keabsahan pernikahan itu baik menurut agama maupun oleh negara. Dengan surat buku nikah itu, mereka dapat
membuktikan pula keturunan sah yang dihasilkan dari perkawinan tersebut dan memperoleh hak-haknya sebagai ahli waris. Bagaimana juga pencatatan
perkawinan itu sangat besar mashlahah-nya bagi umat manusia, lebih-lebih dalam era globalisasi seperti sekarang ini.
Oleh karena masih ada oknum yang tidak mencatat perkawinannya karena mungkin perkawinan yang dilakukan itu bermasalah, misalnya
melaksanakan nikah mut’ah, nikah sirri atau mengadakan poligami liar dan sebagainya, maka diharapkan dalam rangka penyusunan Hukum Perkawinan
Islam masalah pencatatan perkawinan supaya dimasukkan dalam skala prioritas dengan menerapkan sanksi yang lebih berat bagi mereka yang
melanggarnya. Hal ini sangat penting untuk dilaksanakan sebab sudah cukup
6
Ma’ruf Amin, Fatwa-fatwa masalah pernikahan dan keluarga, cet. Ke 2 Jakarta: Balai Pustaka, 2008 h. 49
6
banyak masalah hukum perkawinan yang timbul dari perkawinan yang tidak dicatat ini. Sebagaimana hal poligami, kawin liar yang tidak dicatat akan
membawa penderitaan kepada pihak istri dan anak-anaknya apabila sipelaku telah meninggal dunia.
Karenanya, wajarlah jika perkawinan dipastikan mempunyai niat yang buruk. Perkawinan yang disembunyikan tentu saja bertentangan dengan
kehendak syara’ di mana Nabi Muhammad sendiri menganjurkan untuk mengumumkan perkawinan.
Dari ketentuan ini maka nikah sirri adalah sah dalam agama islam sesuai dengan rukun dan syaratnya pernikahan, akan tetapi dalam negara tidak
diakui, karena tidak tercatat dalam buku pendaftaran nikah yang berada di Kantor Urusan Agama KUA.
Bertitik tolak uraian tersebut di atas, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan yang menjadi latar belakang di atas dan
menyusunnya dalam
skripsi ini
yang berjudul:
“PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR
TERHADAP PERNIKAHAN SIRRI”.