Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Konsep Variabel Independen

umur, pekerjaan, pendapatan dan sikap tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan data-data dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis apakah ada pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana pengaruh karakteristik ibu meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan cakupan imunisasi BCG. Universitas Sumatera Utara 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya kepada penyedia pelayanan kesehatan dalam meningkatkan cakupan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Aekraja. 3. Bagi peneliti lain, khususnya mahasiswa peminatan Adminstrasi dan Kebijakan Kesehatan AKK, agar dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan penelitian dan pembuatan kebijakan di dunia kerja. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis TB 2.1.1. Pengertian TB TB adalah penyakit infeksi yang menular, di mana sebagian besar infeksi terjadi pada paru Koplewich, 2005.

2.1.2. Penyebab TB

Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB Mycobacterium tuberculosis. Kuman TB berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Panjangnya sekitar satu sampai empat mikron dan lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Basil TB akan tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 37 °C yang sesuai dengan tubuh manusia. Untuk berkembang biak basil ini melakukan pembelahan dirinya, dan dari satu basil membelah menjadi dua dibutuhkan waktu 14 sampai 20 jam lamanya. Jika dilihat dari struktur kimia, basil ini terdiri dari lemak dan protein Rab, 2010.

2.1.3. Cara dan Masa Penularan TB

Sumber penularan TB adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet percikan dahak. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui Universitas Sumatera Utara pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya Depkes RI, 2002. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat kuman, maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut Depkes RI, 2002. Perlu diketahui, bahwa kuman TB Paru dari dalam paru tidak hanya keluar ketika penderitanya batuk saja. Kuman ini juga dapat keluar bila penderitanya bernyanyi, bersin atau bersiul. Secara umum, dapat dikatakan bahwa penularan penyakit TB Paru lebih banyak bergantung dari beberapa faktor seperti jumlah kuman yang ada, tingkat keganasan kuman, dan daya tahan tubuh orang yang tertular Aditama, 1994. 2.1.4. Riwayat Terjadinya TB 2.1.4.1. Infeksi primer Infeksi primer terjadi pada saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosiler bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus serta menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Universitas Sumatera Utara Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru dan hal ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer, tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh imunitas seluler. Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant tidur. Ada saat di mana daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TB. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 enam bulan Depkes RI, 2002.

2.1.4.2. TB Pasca Primer Post Primary TB

TB pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau satus gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer yaitu kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura Depkes RI, 2002.

2.1.5. Gejala dan Tanda-Tanda TB

Penyakit TB ditandai dengan munculnya beberapa gejala, yaitu : 1. Gejala utama, batuk terus dan berdahak selama 3 tiga minggu atau lebih. 2. Gejala tambahan, yang sering dijumpai : a. Dahak bercampur darah Universitas Sumatera Utara b. Batuk darah c. Sesak nafas dan nyeri dada d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan malaise, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan Depkes RI, 2002.

2.1.6. Komplikasi pada Penderita TB

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut: 1. Hemoptis berat pendarahan dari saluran nafas bawah yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3. Bronkiektasis pelebaran bronkus setempat dan fibrosis pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif pada paru 4. Pneumotorak adanya udara di dalam rongga pleura spontan yaitu kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. 5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. 6. Insufiensi Kardio Pulmoner Cardio Pulmonary Insufficiency Depkes RI, 2002.

2.1.7. Bayi dan Anak Berisiko Tertular TB

Bayi lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh sistem imunitas kekebalan tubuh yang belum Universitas Sumatera Utara sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di sekitarnya seperti: orang tua, kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya, kurangnya kesadaran orang tua untuk sedini mungkin melakukan imunisasi dengan vaksin Basil Calmette Guerin BCG pada bayi baru lahir dan buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi di Indonesia Koplewich, 2005.

2.1.8. Pencegahan Penularan TB

Imunisasi BCG ditujukan untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis. Mycobacterium tuberkulosis merupakan bakteri penyebab penyakit TB. Bayi yang rentan terhadap penularan TB, dapat dilindungi dengan memberikan vaksin BCG. Vaksin BCG sebaiknya diberikan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi waktu imunisasi yang terbaik adalah sebelum bayi berusia 2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini berhasil akan meninggalkan luka parut atau benjolan kecil di tempat suntikan Radji dkk, 2010. 2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Bayi dalam Pemberian Imunisasi BCG Menurut Green dalam Notoatmodjo 2003, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku behavior causes dan faktor di luar perilaku non behavior causes. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Faktor predisposisi Predisposing Factor yang meliputi pengetahun, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya yang ada di masyarakat. 2. Faktor pendukung Enabling Factor yang meliputi lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas, untuk menunjang seseorang bertindak atau berperilaku. 3. Faktor pendorong Reinforcing Factor yang meliputi dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Berdasarkan teori Green di atas, maka peneliti akan memfokuskan pada beberapa variabel yang berhubungan dengan penggunaan imunisasi BCG, yaitu sebagai berikut :

2.2.1. Pendidikan

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan kesehatan yang didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran diharapkan akan berlangsung lama long lasting dan menetap, karena didasari oleh kesadaran. Kelemahan dari pendekatan pendidikan Universitas Sumatera Utara kesehatan ini hasilnya lama, karena proses merubah perilaku melalui pembelajaran pada umumnya memerlukan waktu yang lama Notoatmodjo, 2005. Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan Notoatmodjo, 2003.

2.2.2. Pekerjaan

Menurut Sastrohadiwiryo 2003, pekerjaan adalah sekumpulan atau sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang, dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu. Istilah pekerjaan sangat erat hubungannya dengan tugaskewajiban, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban. 1. Tugaskewajiban Tugaskewajiban merupakan suatu bagian integral atau suatu elemen dari suatu pekerjaan. 2. Tanggung jawab Tanggung jawab adalah kewajiban tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan, keterampilan, dan keahliannya. 3. Pertanggungjawabantanggung gugat PertanggungjawabanTanggung gugat merupakan pelaporan hasil akhir terhadap tanggung jawab yang diberikan kepadanya, baik secara tertulis maupun lisan Universitas Sumatera Utara kepada atasan yang telah memberikanmendelegasikan wewenangtanggung jawab sebelumnya.

2.2.3. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni; indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh manusia melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat menjelaskan dan menyebutkan. Universitas Sumatera Utara 3. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti; menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis Synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya; dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Sikap

Menurut Notoatmodjo 2003, sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. 2.2.5. Dukungan Keluarga Menurut Budi 2007, dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, mertua, maupun saudara lainnya. Rodin Salovey dalam Smet 1994, mengemukakan bahwa perkawinan dan keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Gottlieb 1983, mendefinisikan dukungan sosial sebagai info verbalnon verbal, bantuan nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam Universitas Sumatera Utara memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku bagi pihak penerima. Menurut Sarfino dalam Smet 1994, dukungan sosial dibagi ke dalam empat jenis, yaitu : 1. Dukungan emosional, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memperhatikan dan memahami kondisi emosional. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman damai yang ditujukan dengan sikap tenang dan berbahagia. Sumber dukungan ini paling sering dan umum diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga, teman dekat dan sanak saudara yang akrab serta memiliki hubungan yang harmonis. 2. Dukungan penghargaan, yaitu perasaan subjek bahwa dirinya diakui oleh lingkungan serta mampu berguna bagi orang lain dan usaha-usahanya dihargai. Sumber dukungan ini dapat bersumber dari keluarga, masyarakat atau instansi lembaga tempat penderita pernah bekerja. 3. Dukungan instrumental, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan sekitarnya memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti alat-alat atau uang yang dapat meringankan penderitaannya. Dukungan seperti ini umumnya berasal dari keluarga. 4. Dukungan Informatif, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya. Dukungan informatif ini dapat diperoleh dari dokter, perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya. Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka konsep tersebut, dapat didefinisikan konsep-konsep yang digunakan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik ibu adalah hal-hal yang melekat dalam diri ibu yang membedakan seseorang dengan lainnya, meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap. 2. Dukungan suami adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh suami. 3. Pemberian imunisasi BCG adalah tindakan ibu dalam membawa bayi ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi BCG.

2.4. Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

Dukungan Sosial Suami Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

20 173 124

Pengaruh Perilaku Ibu Balita Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013

1 50 168

Pengaruh karakteristik Dan Dukungan Keluarga Pada Ibu yang Memuliki Bayi Berumur 0 Sampai 3 Bulan terhadap Pemberian Imunisasi HB-0 di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Pane II Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014

1 30 178

Pengaruh Faktor Pemudah, Pemungkin dan Penguat terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi oleh Ibu di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011

4 56 91

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar

14 79 101

Perilaku Suami dalam Mendukung Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011.

11 93 108

Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan di 3 (tiga) Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

1 63 91

PENGARUH DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KESEJAHTERAAN IBU NIFAS Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kesejahteraan Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.

0 0 17

PENGARUH DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KESEJAHTERAAN IBU NIFAS Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kesejahteraan Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.

0 1 17

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERINGIN RAYA KOTA BENGKULU TAHUN 2013 - UNIB Scholar Repository

0 2 14