Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru dan hal ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer, tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh imunitas seluler. Pada umumnya
reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau
dormant tidur. Ada saat di mana daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan
menjadi penderita TB. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 enam bulan Depkes RI, 2002.
2.1.4.2. TB Pasca Primer Post Primary TB
TB pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
satus gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer yaitu kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura Depkes RI, 2002.
2.1.5. Gejala dan Tanda-Tanda TB
Penyakit TB ditandai dengan munculnya beberapa gejala, yaitu : 1.
Gejala utama, batuk terus dan berdahak selama 3 tiga minggu atau lebih. 2.
Gejala tambahan, yang sering dijumpai : a.
Dahak bercampur darah
Universitas Sumatera Utara
b. Batuk darah
c. Sesak nafas dan nyeri dada
d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
badan malaise, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan Depkes RI, 2002.
2.1.6. Komplikasi pada Penderita TB
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut: 1.
Hemoptis berat pendarahan dari saluran nafas bawah yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas. 2.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3.
Bronkiektasis pelebaran bronkus setempat dan fibrosis pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif pada paru
4. Pneumotorak adanya udara di dalam rongga pleura spontan yaitu kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru. 5.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
6. Insufiensi Kardio Pulmoner Cardio Pulmonary Insufficiency Depkes RI,
2002.
2.1.7. Bayi dan Anak Berisiko Tertular TB
Bayi lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh sistem imunitas kekebalan tubuh yang belum
Universitas Sumatera Utara
sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di sekitarnya seperti: orang tua, kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya, kurangnya kesadaran orang tua
untuk sedini mungkin melakukan imunisasi dengan vaksin Basil Calmette Guerin
BCG pada bayi baru lahir dan buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi di Indonesia Koplewich, 2005.
2.1.8. Pencegahan Penularan TB
Imunisasi BCG ditujukan untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberkulosis. Mycobacterium tuberkulosis
merupakan bakteri penyebab penyakit TB. Bayi yang rentan terhadap penularan TB, dapat dilindungi dengan memberikan vaksin BCG. Vaksin BCG sebaiknya diberikan
pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi waktu imunisasi yang terbaik adalah sebelum bayi berusia 2 bulan.
Imunisasi BCG cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini berhasil akan meninggalkan luka parut atau benjolan kecil di tempat suntikan Radji
dkk, 2010.
2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Bayi dalam Pemberian Imunisasi
BCG
Menurut Green dalam Notoatmodjo 2003, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku behavior causes
dan faktor di luar perilaku non behavior causes. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor predisposisi Predisposing Factor yang meliputi pengetahun, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya yang ada di masyarakat.
2. Faktor pendukung Enabling Factor yang meliputi lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas, untuk menunjang seseorang bertindak atau
berperilaku. 3. Faktor pendorong Reinforcing Factor yang meliputi dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Berdasarkan teori Green di atas, maka peneliti akan memfokuskan pada beberapa variabel yang berhubungan dengan penggunaan imunisasi BCG, yaitu
sebagai berikut :
2.2.1. Pendidikan