stadium dienkistasi enycsted berlangsung, jadi hanya satu organisma yang muncul saat ekskistasi terjadi CDCP, 2009; Paniker, 2002; Faust, E.C., and
Russel, P.F., 1964.
2.3.3 Patogenesis, Patologi dan Simptomatologi
Balantidium coli, setelah ditemukan pada manusia, adalah
berkemungkinan merupakan sebuah penyerang jaringan invasi. Setelah ekskistasi dalam usus halus, trofozoit yang bebas akan melewati ke dalam usus
besar dan berkontak dengan permukaan mukosa dalam jangka waktu yang cukup untuk melobangi sel dan membina koloni di sana. Tindakan ini banyak dibantu
oleh silia yang banyak untuk mempertahankan posisi parasit saat ia berusaha masuk ke dalam jaringan. Telah dibuktikan bahwa Balantidium coli
menghasilkan enzim hyaluronidase yang memecahkan ikatan substrat hyalurat jaringan ikat dan hal ini mungkin secara mekanik dan fisiologiknya membantu
dalam kemampuan organisma ini dalam menginvasi jaringan Chijide, V.M., 2008; Greenwood et. al, 2002; Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964.
Selain karakteristik lesi awal pada Balantidiasis yang secara umumnya menyerupai seperti pada Entamoeba hystolytica, jalan masuk ke mukosa
berdiameter besar, leher ulkus itu pendek dan kuat serta permukaan dasarnya membulat secara kasar. Infiltrasi seluler ulkus kurang lebih umum terjadi dan
berlangsung awal karena mudahnya bakteri untuk masuk ke dalam ulkus itu Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964.
Walaupun B.coli adalah patogen, ia mungkin juga hidup dalam periode waktu yang terbatas dalam lumen usus manusia tanpa menimbulkan sebarang
simptom. Pada kebanyakan individu yang terinfeksi dapat ditemukan gejala diare dan pada kasus yang lebih parah dapat juga dijumpai ulserasi usus. Organisma
parasit ini mungkin berpenetrasi ke dalam lapisan epitelial membran mukosa usus yang sehat; telah dibuktikan bahwa proses penetrasi itu tidak selalunya ditemani
dengan nekrosis atau ulserasi. Di dalam jaringan balantidia ini bermultiplikasi dalam menghasilkan ulkus atau abses di mukosa atau selaput-selaput submukosa
12
Universitas Sumatera Utara
dimana seiring waktu ia menyebar ke lapisan otot. Ulkus boleh berbentuk bulat, ovoidal maupun irregular, dengan pinggiran di bawah dan dasarnya mengandung
pus dan materi nekrotik yang lain. Abses pula biasanya kecil dan apabila diinsisi, ia dipenuhi dengan material mukoid yang mengandung banyak balantidia
Greenwood et. al, 2002; Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964. Membran mukosa antara ulkus boleh terlihat normal atau bengkak dan
berdarah Soedarto, 2008; Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964. Seperti pada infeksi ameba, ulkus boleh berhubungan antara satu sama lain oleh aluan di bawah
membran mukosa ataupun di atas permukaan mukosa. Bagian usus yang terinfeksi menunjukkan infiltrasi round-cell, koagulasi yang mati dalam dinding
ulkus dan abses, area yang hemoragik dan banyak organisma dalam koloninya di dalam jaringan atau di dalam kapilari, saluran limfe dan kalenjar limfe yang
bersebelahan. Tanpa bukti penetrasi membran mukosa mungkin hiperemik, menunjukkan nekrosis superfisial dan area-area yang hemoragik Faust, E.C., and
Russel, P.F., 1964; Piekarski, G., 1962. Pada kasus-kasus yang sangat jarang, B.coli memasuki bagian
ekstraintestinal. Pernah dilaporkan dua kasus kematian yaitu peritonitis balantidial yang diikuti dengan ruptur ulkus kolonik. Ada juga ditemukan
balantidia di saluran kemih seorang pasien wanita yang menderita uretritis, siotitis dan pyelonefritis dan dijumpai B.coli pada radang vaginitis pada wanita yang
berusia 62 tahun. Ada juga kasus vaginitis balantidial yang didiagnosa di bagian Utara Amerika. Dan pada setiap kasus ini infeksi di luar sistem pencernaan
diduga merupakan infeksi sekunder dari Balantidiasis kolonik Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964.
Simptomatologi untuk infeksi B.coli ini bervariasi. Banyak individu tidak menunjukkan sebarang simptom, tetapi kebanyakan dari kasus diare atau disentrik
ini adalah berkarakteristik, ditemui bersama-sama dengan kolik abdomen, tenesmus, mual dan muntah. Hilang selera makan, nyeri kepala, insomnia, lemah
otot dan turunnya berat badan juga dapat diobservasi pada penderita infeksi ini Chijide, V.M., 2008. Disentri boleh berkembang secara perlahan-lahan atau
muncul setelah beberapa bulan timbulnya diare. Pemeriksaan fisik mungkin
13
Universitas Sumatera Utara
memberi hasil negatif, tetapi biasanya kolon akan menjadi agak lunak dan kedua membran kulit dan mukosa boleh terlihat anemia. Pada beberapa kasus simptom-
simptomnya adalah seperti pada kasus disentrik tipe ameba yang parah, dan tinja boleh mengandung darah dan mukus yang banyak, sementara pada penderita yang
lain bisa terjadi konstipasi Soedarto, 2008; Paniker, C.K.J., 2002; Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964.
2.3.4. Diagnosis