2.1.1. Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan stimulus dari luar subjek tersebut. Pada
tahun 1938, menurut Skiner seorang ahli psikologis dalam Notoatmodjo 1997, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus rangsangan dari luar. Respon ini berbentuk dua macam, yakni pertama adalah bentuk pasif atau respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Misalnya seorang anak itu sadar
bahwa bermain di lingkungan yang kotor boleh menyebabkan dirinya terpapar banyak penyakit, meskipun ia tetap bermain di sana. Contoh lain adalah seorang
yang menganjurkan orang lain untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal meskipun ia tidak berencana untuk melakukannya. Dari kedua contoh
tersebut terlihat bahwa masyarakat telah mengetahui tentang pentingnya pengaruh kebersihan dengan kesehatan dan mereka telah mempunyai sikap yang positif
untuk mendukung kelestarian lingkungan yang bersih dan sejahtera meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut.
Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung covert behavior Notoatmodjo S.,1997.
Bentuk kedua pula adalah bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si anak
sudah berhenti dari bermain di tempat yang kotor, dan orang pada kasus kedua sudah mengikuti langkah-langkah membersihkan lingkungan di sekitarnya
walaupun hanya di sekeliling rumahnya. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut “overt behavior”
Notoatmodjo S.,1997.
2.1.2. Domain Perilaku Kesehatan
Notoatmodjo 1997 berpendapat bahwa perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Perilaku itu dibagi ke
dalam tiga domain ranahkawasan, meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
4
Universitas Sumatera Utara
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan
adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif cognitive domain, ranah afektif affective domain, dan
ranah psikomotor psychomotor domain. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga
domain ini diukur dari pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan knowledge, sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi
pendidikan yang diberikan attitude dan praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan
practice Notoatmodjo S.,1997. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai
pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan
baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan
yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan action terhadap atau
sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat langsung menimbulkan tindakan.
Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan practice
seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap Notoatmodjo S.,1997.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior. Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
5
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan. Notoatmodjo 1997 mengungkapkan pendapat Rogers di dalam tulisannya bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni pertama adalah Awareness kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus objek, kedua Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai terbentuk.
Ketiga pula ada Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi. Seterusnya ada Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus dan yang terakhir adalah
Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian
selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas Notoatmodjo S.,1997.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat
disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan atau perilaku. Dalam bagian lain, menurut Notoatmodjo 1997, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni
kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek; Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek; dan Kecendrungan untuk
bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar penyakit infeksi penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan
sebagainya. Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha
6
Universitas Sumatera Utara
supaya anaknya tidak terkena infeksi. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengawal aktivitas
anaknya dan menjaga perilaku yang berhubungan dengan kesehatan keluarganya untuk mencegah anaknya terkena infeksi Notoatmodjo S.,1997.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni menerima Receiving dimana subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek, merespon Responding yaitu memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan, menghargai
Valuing yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah, bertanggungjawab Responsible atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan
bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,
kemudian ditanyakan pendapat responden Notoatmodjo S.,1997. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt
behavior. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.
Sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut dapat
mengimunisasikan anaknya. Tingkat-tingkat Praktek terdiri dari Persepsi Perception, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil, Respon Terpimpin Guided Respons dimana individu itu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh, Mekanisme Mechanism yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau suatu ide sudah merupakan suatu
kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga, Adaptasi Adaptation yang merupakan praktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan
itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
7
Universitas Sumatera Utara
atau bulan yang lalu recall. Pengukuran langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo S.,1997.
2.2. Higiene