2.3. Balantidium coli
Semua anggota dari kumpulan protozoa golongan Ciliata diklasifikasikan ke dalam subfilum Ciliofora, dimana termasuk organisma satu sel yang dilengkapi
dengan ekstensi pendek seperti bebenang yang merupakan membran ektoplasmik atau lebih dikenali sebagai silia saat beberapa peringkat siklus hidup mereka.
Satu-satunya spesies yang menarik perhatian di bidang medis dalam famili ini adalah Balantidium coli, yaitu tergolong dalam Order Spinotrichida, Suborder
Heterotrichina, Famili Balantidiidæ Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964. Parasit protozoa bersilia yang juga merupakan satu-satunya bersifat
patogenik terhadap manusia ini pertama kali diterangkan oleh Malmsten pada tahun 1857 Paniker, C.K.J., 2002; Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964. Protozoa
ini kemudiannya dinamakan Paramæcium coli yang pada ketika itu dijumpai pada tinja dua orang pasien yang disenterik yang kemudiannya diobservasi lagi oleh
Leuckart pada tahun 1861 dalam Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964 yang menamakannya sebagai Holophyra coli dan Stein dalam Faust, E.C., and Russel,
P.F., 1964 yang menamakannya sebagai Leukophyra coli pada tahun 1860. Mereka kemudiannya memindahkan spesies ini ke genus Balantidium yang
dicipta pertama kali oleh Claparède dan Lachmann pada tahun 1858 untuk siliata yang dijumpai pada usus kodok. Anggota dari genus ini berparasit hanya di
dalam salur pencernaan penjamu vertebrata maupun invertebrata. Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964.
2.3.1. Distribusi Geografis
Balantidium coli terdistribusi di seluruh dunia dimana ia pernah dilaporkan di berbagai negara terutama yang penduduknya banyak menternak babi dan
beriklim panas seperti daerah di Timur Eropah, Asia dan Amerika, contohnya di Rusia, Asia Tenggara, Indocina, Filipina, Texas serta Carolina Utara dan Selatan
Smith, S., 2003; Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964; Piekarski, G., 1962. Tetapi infeksi yang ditimbulkan oleh parasit ini atau lebih dikenali sebagai Balantidiasis
mempunyai angka prevalensi yang sangat rendah di kalangan manusia walaupun ia merupakan zoonosis, dimana reservoir prinsipalnya adalah babi, monyet, tikus,
9
Universitas Sumatera Utara
kodok, marmut, kecoa dan lain-lain Greenwood et. al, 2002; Paniker, C.K.J., 2002; Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964. Di Papua Nugini, prevalensi penyakit
ini sekitar 29 persen Yatim, F.,2001. Infeksi pada manusia dapat juga ditemukan di daerah-daerah yang lebih dingin kecuali di komunitas yang
masyarakatnya tidak berpendidikan tinggi dengan tingkat higienis personal yang rendah Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964.
2.3.2. Morfologi, Biologi dan Siklus Hidup
Balantidium coli merupakan protozoa terbesar yang memparasit manusia, dimana seiring waktu, ia hampir dapat terlihat hanya dengan mata kasar, yaitu
berukuran kira- kira 50 hingga 150 μm dan ia bermultiplikasi secara pembelahan
ganda dua. Secara umumnya, ia kurang lebih berbentuk bujur, terdiri dari sitostom yang ketara, mempunyai silia yang membungkus seluruh tubuhnya,
vakuol-vakuol yang kontraktil, makronukleus dan mikronukleus. Siklus hidup siliata ini mempunyai dua stadium, yaitu trofozoit dan kista Baron, S., 1996;
Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964. Pada tinja yang disentrik atau diare, dapat ditemukan trofozoit yang besar
dan berbentuk bujur dimana ia diselubungi oleh silia pendek yang panjangnya rata-rata hampir sama dan pada organisma hidup ia menghasilkan gerakan yang
konstan dan serentak untuk mendorong protozoa ini bergerak ke hadapan. Bagian ujung anterior parasit ini agak tajam dan pada satu sisi aksis longitudinalnya
terdapat satu lekukan berbentuk kerucut yang terbalik dan dalam yang merupakan mulutnya, yaitu sitostom. Di bagian ini juga terdapat peristom dan satu
tenggorokan yang tumpul dan pendek, yaitu sitofaring. Silia di sekitar area mulut adalah lebih besar adoral cilia. Manakala bagian posterior pula adalah
berbentuk bulat yang lebar dan terdapat satu pori anus yang kecil yaitu cytopyge. Trofozoit bervariasi dari segi panjangnya, yaitu dari 50 hingga 200 mikron dengan
lebar dari 40 hingga 70 mikron. Apabila siliata ini difiksasi pada film tinja basah wet fecal films dan diwarnakan dengan warna merah tua menggunakan
hematoksilin-ferum, ia tampak seperti berasal dari sebuah granul basal yang
10
Universitas Sumatera Utara
terletak di bawah membran sel. Silia peristomal parasit ini agak panjang Paniker, C.K.J., 2002; Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964.
Sitoplasma mengandung satu atau dua vakuol kontraktil dan beberapa vakuol makanan. Sel mempunyai dua inti, yaitu makronukleus yang berbentuk
seperti ginjal, dan di dalam kelekukannya terdapat satu mikronukleus. Makronukleus mempunyai bentuk seperti kacang yang sempit dan dipadati
dengan granul-granul kromatin dimana tampak seperti hanya satu massa. Manakala inti yang lebih kecil, yaitu mikronukleus terletak di tengah-tengah
kekelokan makronukleus. Ia merupakan satu massa bundar yang menyerap pewarnaan dengan sangat tinggi dan dipercayai bahwa ia berfungsi sebagai
sebuah organel yang kinetik Paniker, C.K.J., 2002; Faust, E.C., and Russel, P.F., 1964.
Habitat alamiah bagi B.coli adalah usus besar manusia, monyet dan babi, dimana trofozoit organisma ini mendapat makanan dari sel-sel di dinding usus
ataupun bakteri dan mukus seperti parasit lumen Chijide, V.M., 2008. Di sana, mereka bermultiplikasi secara belahan ganda transversal, yaitu memproses
mikronukleus, kemudian makronukleus pula membelah diri dan terakhir adalah sitoplasma yang terpisah menjadi dua organisma lain. Sementara konjugasi
contohnya pertukaran silang akan materi inti diobservasi pada B.coli, hal ini adalah kurang lazim kecuali sebagai untuk homogenitas pada pewarnaan
campuran dan juga berkemungkinan tidak diperlukan dalam menjamin kelangsungan hidup spesies ini CDC P, 2009; Faust, E.C., and Russel, P.F.,
1964; Piekarski, G., 1962. Enkistasi trofozoit berlangsung saat materi dalam tinja yang dibawa
menuruni usus menjadi dehidrasi, ataupun ia juga boleh terjadi setelah evakuasi semi-formed dan formed stool. Pada proses ini, organisma akan berkumpul secara
parsial, lalu tanpa penarikan kembali secara sempurna pun silianya akan mengeluarkan sebuah dinding kista yang sangat kokoh. Tidak seperti proses
enkistasi pada ameba, pada B.coli ini tidak didahului oleh pengeluaran makanan yang tidak tercerna; sebaliknya tidak seperti kebanyakan ameba yang tidak
berkista, B.coli tidak mempunyai suatu peningkatan dalam jumlah nucleus saat
11
Universitas Sumatera Utara
stadium dienkistasi enycsted berlangsung, jadi hanya satu organisma yang muncul saat ekskistasi terjadi CDCP, 2009; Paniker, 2002; Faust, E.C., and
Russel, P.F., 1964.
2.3.3 Patogenesis, Patologi dan Simptomatologi