2.2.3 Stasiun 3
Stasiun ini berada di Desa Bale yang secara geografis terletak pada titik 4
37’04,6”LU dan 96 51’37,2”BT. Lokasi ini merupakan daerah keluaran air danau
yakni sungai pesuangan, daerah pemukiman, dan daerah tempat lalu lintas perahu, seperti terlihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3. Foto ArealStasiun Penelitian pada Lokasi 3
2.3 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penentuan titik sampling dilakukan dengan metode
“Purposive Random Sampling”, yaitu pada 3 tiga stasiun penelitian. Pada masing-
masing stasiun dilakukan 4 tiga ulangan pada kedalaman yang berbeda, yaitu pada kedalaman 0 m permukaa air danau, kedalaman 3 m, kedalaman 6 m batas penetrasi
cahaya dan kedalaman 9 m dibawah batas penetrasi cahaya.
2.4 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada permukaan 0 meter dilakukan dengan mengambil sampel air menggunakan ember bervolume 5 liter, kemudian dituangkan kedalam
plankton-net. Hal ini dilakukan sebanyak 5 kali sehingga volume air yang disaring ke
Universitas Sumatera Utara
plankto-net berkisar 25 liter. Sampel air yang tertampung di dalam bucket pada plankton-net kemudian dituang kedalam botol film, selanjutnya ditetesi lugol sebanyak
3 tetes untuk pengawetan, dan diberi label.
Pengambilan sampel pada kedalaman 3 meter, 6 meter dan 9 meter dilakukan dengan memasukkan lamnot kedalam badan perairan pada masing-masing kedalaman,
kemudian lamnot ditarik kembali dan sampel air yang tertampung di dalam lamnot dituang kedalam ember. Pengambilan air pada masing-masing kedalaman dilakukan
sampai ember 5 liter penuh. Kemudian sampel air yang terdapat didalam ember disaring kedalam plankton-net. Hal ini dilakukan sebanyak 5 kali sehingga volume air yang
disaring ke plankton-net sebanyak 25 liter dan sampel yang tertampung dalam bucket pada plankton-net dituang kedalam botol film, dan diberi lugol sebanyak 3 tetes untuk
pengawetan dan diberi label.
Selanjutnya sampel plankton yang didapatkan di bawa ke Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Medan untuk diidentifikasi dengan menggunakan buku acuan menurut Edmondson 1963, Bold
Wyne 1985, Pennak 1978 dan Streble Krauter 1988.
2.5 Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisik dan kimia lingkungan ada yang dilakukan langsung di lapangan in situ, seperti : temperatur air, penetrasi cahaya, intensitas cahaya, pH,
DO awal, dan kejenuhan oksigen, dan ada yang dilakukan di laboratorium ex situ, seperti : BOD
5
, Kadar Nitrat dan Posfat, sebagai berikut :
2.5.1 Temperatur
o
C
Pengukuran temperatur air dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa. Diambil satu ember sampel air kemudian dimasukkan termometer kedalamnya.
Lalu dibaca skala dari termometer tersebut dan dicatat.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Oksigen Terlarut Dissolved Oxygen
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan metode winkler dengan menggunakan reagen-reagen kimia yaitu MnSO
4
, KOHKI, H
2
SO
4
, Na
2
S
2
O
3,
dan amilum. Sampel air diambil dengan menggunakan botol winkler, kemudian di tambah 1
ml MnSO
4
, dan 1 ml KOHKI lalu dikocok dan didiamkan sampai terbentuk endapan coklat atau endapan putih. Setelah itu, ditambahkan 1 ml H
2
SO
4
, dikocok dan didiamkan sampai terbentuk larutan coklat. Kemudian dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,00125 N sampai terbentuk larutan kuning pucat. Lalu ditambahkan amilum 3-5 tetes sampai
terbentuk larutan biru. Setelah itu, dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,00125 N sampai terbentuk larutan bening. Dihitung volume Na
2
S
2
O
3
0,00125 N yang digunakan Lampiran B.
2.5.3 BOD
5
Biochemical Oxygen Demand
Pengukuran BOD
5
dilakukan dengan Metoda Winkler. Sampel air yang diambil dari perairan dimasukkan ke dalam botol winkler. Kemudian, diinkubasi selama 5 hari
pada suhu 20 C. Setelah 5 hari dihitung kadar BOD dengan cara yang sama seperti
penghitungan kadar oksigen DO. Kadar BOD
5
dihitung dengan cara mengurangkan DO awal dengan DO akhir, bagan kerja terlampir. Pengukuran BOD dilakukan di
Laboratorium Kimia Pusat Penelitian Lingkungan Universitas Sumatera Utara Medan Lampiran C.
2.5.4 Penetrasi Cahaya
Penetrasi Cahaya diukur dengan menggunakan keping sechii yang dimasukkan ke dalam badan air sampai keping sechii antara terlihat dengan tidak, kemudian diukur
panjang tali yang masuk ke dalam air.
2.5.5 Intensitas Cahaya
Intensitas Cahaya diukur dengan menggunakan luxmeter. Diletakkan sensor cahaya pada luxmeter di tempat yang dianggap memiliki cahaya matahari yang
Universitas Sumatera Utara
maksimal, lalu di tunggu angka pada luxmeter sampai stabil. Lalu dibaca nilainya dan dicatat.
2.5.6 pH Derajad Keasaman
Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter. Diambil satu ember sampel air kemudian dimasukkan pH meter kedalamnya. Lalu dibaca nilainya
dan dicatat.
2.5.7 Kandungan Nitrat dan Fosfat
Pengukuran kandungan nitrat dan fosfat dilakukan dengan metode Spektrofotometer, bagan kerja terlampir lampiran D dan E.
2.5.8 Kejenuhan Oksigen
Nilai kejenuhan oksigen Lampiran E dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
100
2 2
x t
O u
O Kejenuhan
=
O
2
u = nilai konsentrasi oksigen yang diukur mgl O
2
t = nilai konsentrasi oksigen sebenarnya pada tabel Sesuai dengan besarnya suhu
Secara keseluruhan pengukuran faktor fisik kimia beserta satuan dan alat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Alat dan Satuan yang Dipergunakan Dalam Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan
No Parameter Fisik-
Kimia Satuan
Alat Tempat
Pengukuran
1. Temperatur
C Termometer
In-situ 2.
Oksigen Terlarut DO mgl
Metoda Winkler In-situ
3. BOD
5
mgl Metoda Winkler dan Inkubasi
Ex-situ 4.
Penetrasi Cahaya m
Keping sechii In-situ
5. Intensitas Cahaya
candela Luxmeter
In-situ 6
pH pH meter
In-situ 7.
Kadar nitrat dan fosfat mgl
Spektrofotometer Ex-situ
8. Kejenuhan Oksigen
Metoda Winkler In-situ
Universitas Sumatera Utara
2.6 Identifikasi
Masing-masing sampel air plankton yang dibawa dari lapangan diambil dengan menggunakan pipet tetes, dan dimasukkan ke dalam Sedgewick Rafter,
selanjutnya diamati dan dihitung jumlah individu masing-masing jenis di bawah mikroskop. Plankton yang diperoleh diidentifikasi dengan memperhatikan bentuk
morfologinya.
2.7 Analisis Data