Faktor Biotik Lingkungan Keanekaragaman Plankton Di Danau Lut Tawar Kecamatan Lut Tawar Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Faktor Biotik Lingkungan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Perairan Danau Lut Tawar Kecamatan Lut Tawar Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah didapatkan 18 kelas plankton yang terdiri dari 53 Famili dan 68 genus, seperti terlihat pada Tabel 3.1. berikut: Tabel 3.1 Hasil Identifikasi Plankton yang Diperoleh di Danau Lut Tawar KELOMPOKKELAS ORDO FAMILI GENUS

A. FITOPLANKTON

1. Bacillariophyceae

1. Bacillariales 1. Achnanthaceae 1. Achnanthes 2. Coscinodiscaceae 2. Coscinodiscus 3. Cymbellaceae 3. Cymbella 4. Epithemiaceae 4. Denticula 5. Epithemia 5. Eunotiaceae 6. Peronia 6. Fragilariaceae 7. Asterionella 8. Diatoma 9. Fragilaria 10. Meridion 11. Opephora 12. Synedra 7. Naviculaceae 13. Navicula 14. Pinnularia 8. Nitzschiaceae 15. Nitzschia 9. Pleurosigmataceae 16. Pleurosigma 10. Surirellaceae 17. Surirella 2. Thalassionematales 11. Thalassionemataceae 18. Thalassiothrix

2. Charophyceae 3. Rhizochrysidales

12. Phizochrysidaceae 19. Bitrichia

3. Chlorophyceae 4. Chlorococchales

13. Oocystaceae 20. Closteriopsis 21. Eremosphaera 14. Palmellaceae 22. Sphaerocystis 15. Scenedesmaceae 23. Scenedesmus 5. Gonyaulacales 16. Halosphaeraceae 24. Pyrocystis 6. Mischococcales 17. Chlorotheciaceae 25. Ophiochytium

7. Noctilucales 18. Protoccoiceae

26. Noctiluca 8. Nostocales 19. Cylindrocapsaceae 27. Aphanizomenon 9. Oedogonales 20. Oedogoniaceae 28. Oedogonium 10. Sphaeropleales 21. Sphaeropleaceae 29. Sphaeroplea Universitas Sumatera Utara 11. Tetrasporales 22. Tetrasporaceae 30. Chaetopeltis 12. Ulotrichales 23. Microsporaceae 31. Microspora 24. Ulotrichasceae 32. Ulothrix 13. Ulvales 25. Ulvaceae 33. Enteromorpha 14. Volvocales 26. Volvacaceae 34. Volvox 15. Zygnematales 27. Desmidiaceae 35. Closterium 36. Pleurotaenium 37. Staurastrum 28. Mesotaeniaceae 38. Gonatozygon 39. Mesotaenium 29. Zygnemataceae 40. Spirogyra

4. Chrysophyceae

16. Chrysomonadales 30.Ochromonadeceae 41. Dinobryon

5. Cyanophyceae 17. Chlorococchales

31. Merismopediaceae 42. Merismopedia 18. Oscillatoriales 32. Oscilatoriaceae 43. Phormidium

6. Dinophyceae 19. Desmomonadales

33. Peridianiceae 44. Peridinium

7. Euglenophyta 20. Eugnales

34. Euglenaceae 45. Euglena

8. Phycomycetes 21. Sparolegniales

35. Saprolegniaceae 46. Achlya

9. Rhodophyceae 22. Nemalionales

36. Lemaneaceae 47. Lemanea

10. Xanthopyceae 23. Tribonematales

37. Tribonemataceae 48. Tribonema

B. ZOOPLANKTON

11. Brachiopoda

24. Cladocera 38. Bosminidae 49. Bosmina 39. Daphnidae 50. Daphinia 40. Holopidae 51. Holopedium 41. Sididae 52. Diaphasoma 53. Sida 42. Macrothricidae 54. Acantholeberis

12. Ciliata 25. Frontonniina

43. Frontoniidae 55. Glaucoma

13. Demospongiae 26. Haplosclerida

44. Spongillidae 56. Ephydatia 57. Trochospongilla

14. Granuloreticulosa 27. Amoebaea

45. Cyphoderiidae 58. Capsellina

15. Harpaticoida 46. Canthocamptidae

59. Bryocamplus

16. Maxillopoda 28. Cyclopoida

47. Cyclopidae 60. Diacyclops 61. Eucyclops 62. Macrocyclops

17. Monogononta 29. Ploimida

48. Brachionidae 63. Keratella 49. Synchaetidae 64. Polyarthra 50. Trichocercidae 65. Trichocerca

18. Tubulinea 30. Arcellinida

51. Arcelinidae 66. Centropyxis 52. Difflugiidae 67. Difflugia 53. Heleoperidae 68. Heleopera Dari Tabel 3.1 di atas terlihat bahwa plankton yang paling banyak diperoleh dari kelas Chlorophyceae, yang terdiri dari 12 ordo, 17 famili dan 21 genus, dan kelas Bacillariophyceae, yang terdiri dari 2 ordo, 11 famili dan 18 genus. Sedangkan dari kelas yang lain didapatkan lebih sedikit. Hal ini terjadi karena Danau Lut Tawar merupakan perairan yang sesuai untuk pertumbuhan kelas Chlorophyceae dan Bacillariophyceae dari pada kelas lainnya. Menurut Bayurini 2006, hlm: 22 kelas chlorophyceae sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Jenis yang hidup di air tawar bersifat kosmopolit, terutama hidup di Universitas Sumatera Utara tempat yang cahayanya cukup seperti: kolam, danau. Kelompok Bacillariophyceae atau lebih dikenal diatom merupakan kelompok terbesar dari alga. Menurut Wetzel 1983, hlm: 12 jenis-jenis dari kelas Chlorophyceae dan Bacillariophyceae pada umumnya banyak ditemukan dan atau terakumulasi dilapisan termoklin dan jenis-jenis Bacillariophyceae banyak ditemukan didasar perairan yang masih ada sinar. 3.1.1 Kelimpahan Plankton, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran pada masing-masing Stasiun Penelitian Dari hasil perhitungan terhadap plankton, maka diperoleh nilai kelimpahan plankton IndL, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran pada masing- masing stasiun penelitian terlihat pada Tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2 Nilai Kelimpahan Plankton IndL, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran yang didapatkan Pada Masing-masing di Stasiun Penelitian GENUS STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3 K KR FK K KR FK K KR FK 1. Achnanthes - - - 30,612 0,181 25 - - - 2. Coscinodiscus - - - 30,612 0,181 25 30,612 0,145 25 3. Cymbella 612,245 3,236 100 30,612 0,181 25 30,612 0,145 25 4. Denticula 30,612 0,162 25 61,224 0,363 25 61,224 0,291 25 5. Epithemia 61,224 0,324 50 - - - 30,612 0,145 25 6. Peronia 30,612 0,162 25 - - - - - - 7. Asterionella 30,612 0,162 25 - - - 30,612 0,145 25 8. Diatoma 581,633 3,074 100 122,449 0,726 50 122,449 0,581 50 9. Fragilaria 918,367 4,854 100 1.071,429 6,352 100 918,367 4,360 100 10. Meridion - - - - - - 30,612 0,145 25 11. Opephora 30,612 0,162 25 - - - - - - 12. Synedra 2.602,041 13,754 100 1.285,714 7,623 100 2.234,694 10,610 100 13. Navicula - - - - - - 61,224 0,291 25 14. Pinnularia 30,612 0,162 25 - - 183,673 0,872 25 15. Nitzschia 244,898 1,294 25 30,612 0,181 25 30,612 0,145 25 16. Pleurosigma 61,224 0,324 25 - - - 30,612 0,145 25 17. Surirella - - - - - - 30,612 0,145 25 18. Thalassiothrix - - - - - - 30,612 0,145 25 Universitas Sumatera Utara 19. Bitrichia 306,122 1,618 50 - - - - - - 20. Closteriopsis - - - - - - 30,612 0,145 25 21. Eremosphaera 61,224 0,324 25 - - - 61,224 0,291 25 22. Sphaerocystis - - - - - - 91,837 0,436 25 23. Scenedesmus 30,612 0,162 25 30,612 0,181 25 - - - 24. Pyrocystis - - - - - - 122,449 0,581 25 25. Ophiochytium - - - - - - 30,612 0,145 25 26. Noctiluca 61,224 0,324 25 30,612 0,181 25 61,224 0,291 25 27. Aphanizomenon - - - - - - 30,612 0,145 25 28. Oedogonium - - - - - - 61,224 0,291 25 29. Sphaeroplea 214,286 1,133 50 61,224 0,363 25 - - - 30. Chaetopeltis - - - 61,224 0,363 25 61,224 0,291 25 31. Microspora 30,612 0,162 25 - - - - - - 32. Ulothrix 704,082 3,722 100 61,224 0,363 25 61,224 0,291 25 33. Enteromorpha - - - - - - 30,612 0,145 25 34. Volvox 1.071,429 5,663 50 - - - 612,245 2,907 25 35. Closterium - - - - - - 30,612 0,145 25 36. Pleurotaenium 30,612 0,162 25 - - - - - - 37. Staurastrum 153,061 0,809 50 - - - - - - 38. Gonatozygon 1.928,571 10,194 100 1.132,653 6,715 100 2.357,143 11,192 100 39. Mesotaenium - - - 30,612 0,181 25 30,612 0,145 25 40. Spirogyra - - - 30,612 0,181 25 - - - 41. Dinobryon - - - - - - 61,224 0,291 25 42. Merismopedia 183,673 0,971 75 306,122 1,815 100 306,122 1,453 100 43. Phormidium - - - - - - 30,612 0,145 25 44. Peridinium 4.010,204 21,197 100 3.306,122 19,601 100 4.377,551 20,785 100 45. Euglena - - - - - - 61,224 0,291 50 46. Achlya 30,612 0,162 25 306,122 1,815 50 30.612 0,145 25 47. Lemanea 30,612 0,162 25 - - - 30,612 0,145 25 48. Tribonema - - - 61,224 0,363 25 122,449 0,581 50 49. Bosmina 30,612 0,162 25 - - - - - - 50. Daphnia 244,898 1,294 25 - - - - - - 51. Holopedium - - - - - - 30,612 0,145 25 52. Diaphasoma - - - - - - 91,837 0,436 25 53. Sida 551,020 2,913 50 336,735 1,996 5 336,735 1,599 50 54. Acantholeberis 397,959 2,104 75 30,612 0,181 25 122,449 0,581 75 55. Glaucoma - - - - - - 122,449 0,581 25 56. Ephydatia 122,449 0,647 25 - - - - - - 57. Trochospongilla 244,898 1,294 25 - - - - - - 58. Capsellina - - - 30,612 0,181 25 - - - 59. Bryocamplus - - - - - - 30,612 0,145 25 60. Diacyclops 1.377,551 7,282 100 3.397,959 20,145 100 3.489,796 16,570 100 61. Eucyclops - - - 30,612 0,181 25 61,224 0,291 25 62. Macrocyclops 642,857 3,398 100 734,694 4,356 100 704,082 3,343 100 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 3.2 diatas dapat dilihat nilai kelimpahan plankton, kelimpahan relatif, dan frekuensi kehadiran tertinggi terdapat pada genus Peridinium sebesar 4.377,551 indl, 20,785 dan 100. Sedangkan yang terendah terdapat pada genus Coscinodiscus, Cymbella, Epithemia, Asterionella, Meridion, Nitzschia, Pleurosigma, Surirella, Thalassiothrix, Closteriopsis, Ophiochytium, Aphanizomenon, Enteromorpha, Mesotaenium, Phormidium, Achlya, Lemanea, Holopedium, Bryocamplus, Centropyxis, sebesar 30,612 indl, 0,145, dan 25. Berdasarkan nilai KR dan FK plankton pada setiap stasiun maka hanya Peridinium yang dapat hidup dengan baik pada setiap stasiun penelitian. Hal ini sesuai dengan Suin 2002, hlm: 175, apabila didapatkan nilai KR10 dan FK25 menunjukkan bahwa organisme tersebut dapat hidup dan berkembang biak dengan baik pada habitat tersebut. Berdasarkan nilai Kelimpahan relatif, Frekuensi Kehadiran tertinggi pada setiap stasiunnya adalah: Pada stasiun 1 terdapat pada genus Peridinium sebesar 21,197, 100 , Synedra sebesar 13,754, 100, Gonatozygon 10,194, 100. Pada stasiun 2 terdapat pada genus Keratella sebesar 22,505, 100, Diacyclops sebesar 20,145, 100 , Peridinium sebesar 19,601 , 100. Pada stasiun 3 terdapat pada genus Synedra sebesar 10,610, 100, Peridinium sebesar 20,785, 100, Gonatozygon sebesar 11,192, 100, Diacyclops sebesar 16,570, 100, Keratella sebesar 13,663, 100. Genus Peridinium merupakan genus plankton yang hadir pada setiap stasiun penelitian. Hal ini terjadi karena masing-masing stasiun memiliki nilai pH dan suhu yang tidak berbeda yaitu 7,55-7,75 dan 22,5-23,5 C dan sangat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan genus tersebut Tabel 3.4. Dimana suhu yang cocok akan meningkatkan kelimpahan plankton. Menurut Isnanetyo Kurniastuty 1995, hlm: 36 Suhu yang optimum bagi kelangsungan hidup fitoplankton adalah 23-25 C 63. Keratella 1.193,878 6,311 75 3.795,918 22,505 100 2.877,551 13,663 100 64. Polyarthra - - - 183,673 1,089 75 183,673 0,872 75 65. Trichocerca - - - 214.,86 1,270 50 214,286 1,017 50 66. Centropyxis 61,224 0,324 25 30,612 0,181 25 30,612 0,145 25 67. Difflugia - - - - - - 122,449 0,581 25 68. Heleopera - - - - - - 91,837 0,436 25 TOTAL 18.948, 980 100 16.867,347 100 21.061,220 100 Universitas Sumatera Utara Menurut Handayani Sri 2008, hlm: 78 pH berpengaruh pada setiap kehidupan organisme, namun setiap organisme mempunyai batas toleransi yang bervariasi terhadap pH perairan. Toleransi masing-masing jenis terhadap pH juga sangat dipengaruhi faktor lain seperti suhu dan oksigen terlarut. Apabila suhu di perairan tinggi maka oksigen terlarut menjadi rendah. Hal ini akan mengganggu dalam pemafasan dan pengaturan kecepatan metabolisme zooplankton. Kenaikan pH pada perairan akan menurunkan konsentrasi CO 2 terutama pada siang hari ketika proses fotosintesis sedang berlangsung. Dengan adanya aktivitas fotosintesis, maka kadar oksigen terlarut DO meningkat di perairan. Menurut Hutabarat 2000, hlm: 26 suhu merupakan faktor pembatas bagi proses produksi fitoplankton. Jika suhu terlalu tinggi dapat merusak jaringan tubuh fitoplankton sehingga fotosintesis terganggu. Tingginya suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesis sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu dalam merubah struktur hidrologi kolam perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton. Secara umum laju fotosintesis fitoplankton meningkat dengan meningkatnya suhu perairan, tetapi akan menurun secara drastis setelah mencapai suatu titik suhu tertentu. Hal ini disebabkan karena setiap spesies fitoplankton selalu beradaptasi terhadap suatu kisaran suhu tertentu. Genus Synedra dan Gonatozygon terdapat pada stasiun 1dan 3. Hal ini terjadi karena pada stasiun 1 dan 3 memiliki intensitas cahaya yang hampir sama yaitu 120-126 cd candela Tabel 3.4. Dimana intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan plankton terutama dalam proses fotosintesis. Semakin tinggi intensitas cahaya yang masuk, maka proses fotosintesis akan semakin tinggi sehingga menyebabkan kelimpahan fitoplankton akan semakin tinggi. Menurut Subarijanti 2004, hlm: 45, cahaya merupakan faktor utama dan terpenting dalam pertumbuhan fitoplankton, terutama dalam kelancaran proses fotosintesis. Kesempurnaan ini tergantung besar kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan. Universitas Sumatera Utara Genus Keratella dan Diacyclops terdapat pada stasiun 2 dan 3. Hal ini terjadi karena adanya kadar nitrat dan fosfat yang hamper sama pada stasiun 2 dan 3 yaitu sebesar 0,093- 0,115 mgl dan 0,097- 0,100 mgl Tabel 3.4. Dimana nitrat dan fosfat merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan plankton terutama fitoplankton. Nitrat dan fosfat merupakan nutrisi dalam pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton, dan fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Semakin tinggi nitrat dan fosfat, maka kelimpahan fitoplankton akan semakin tinggi, sehingga menyebabkan kelimpahan zooplankton juga akan semakin tinggi. Menurut Bayurini 2006, hlm: 28 zat-zat hara anorganik yang utama diperlukan untuk tumbuh dan berkembang biak adalah nitrat dan fosfat. Nitrat merupakan sumber nitrogen yang penting untuk pertumbuhan fitoplankton. Fosfat dalam perairan berasal dari sisa-sisa organisme dan pupuk yang masuk kedalam perairan. Fitoplankton dapat menggunakan unsur fosfor dalam bentuk fosfat yang penting bagi pertumbuhannya. Untuk ketiga lokasi ini, diperoleh total nilai kelimpahan berkisar antara 16.867,347 indL-21.061,220 indL. Untuk total nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 21.061,220 indL. Sedangkan untuk yang terendah terdapat pada stasiun 2 sebesar 16.867,347 indL. Hal ini disebabkan pada stasiun 3 memiliki kandungan nutrisi yaitu nitrat yang lebih tinggi dari pada stasiun lainnya yaitu 0,115 mgl Tabel 3.4, sehingga pertumbuhan plankton tersebut dapat terpenuhi. Menurut Barus 2004, hlm: 31 fluktuasi dari populasi plankton sendiri dipengaruhi terutama oleh perubahan berbagai faktor lingkungan, salah satunya adalah ketersediaan nutrisi disuatu perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton dan proses ini akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan kualitas perairan. Selain itu, limbah rumah tangga, industri, perkantoran dan perdagangan di antaranya berupa deterjen dan limbah organik nonlogam berat, yang merupakan penyedia utama fosfat dan nitrogen Hendrawan et al., 2004, hlm: 299. Universitas Sumatera Utara 3.2 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Plankton yang diperoleh pada Masing-masing Kedalaman Setiap Stasiun Pengamatan Berdasarkan nilai Pi ln Pi masing-masing individu maka diperoleh nilai indeks keanekaragaman H’ dan nilai Indeks Keseragaman E seperti pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Plankton yang diperoleh pada Masing-masing Kedalaman Setiap Stasiun Pengamatan Stasiun H’ E 1 2,756 0,763 2 2,271 0,668 3 2,633 0,671 Dari tabel 3.3 diatas dapat dilihat bahwa nilai H’ tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai rata-rata 2,758. Hal ini menunjukkan bahwa pada stasiun 1 merupakan daerah yang sesuai untuk pertumbuhan plankton karena memiliki kandungan phosfat yang sangat tinggi yaitu, 0,122 mgl Tabel 3.4. Sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 2 dengan nilai rata-rata 2,271 karena merupakan daerah dermaga sehingga masukkan nutrisi sangat sedikit dan didapatkan spesies-spesies yang mendominasi. Menurut Handayani Mufti 2008, hlm: 75, keanekaragaman tergantung pada jumlah jenis yang ada dalam suatu komunitas dan pola penyebaran individu antar jenis. Indeks keanekaragaman tidak hanya ditentukan oleh jumlah jenis dan jumlah individu saja tetapi juga dipengaruhi oleh pola penyebaran, jumlah individu pada masing-masing jenis. Suatu komunitas dinyatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila ternyata banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Dengan kata lain apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah Barus, 2004, hlm: 121. Nilai E tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai rata-rata 0,763, karena penyebaran plankton merata dan tidak ada spesies yang mendominasi. Sedangkan nilai E terendah terdapat pada stasiun 2 dengan nilai rata-rata 0,668 hal ini terjadi karena adanya spesies yang mendominasi. Hal ini diperkuat Pirzan et al., 2005, hlm: 43 yang menyatakan bahwa apabila keseragaman mendekati nol berarti keseragaman antar Universitas Sumatera Utara spesies di dalam komunitas tergolong rendah dan sebaliknya keseragaman yang mendekati satu dapat dikatakan keseragaman antar spesies tergolong merata atau sama. Menurut Suin 2002, hlm: 118, penyebaran plankton di dalam air tidak sama pada kedalaman yang berbeda. Tidak samanya penyebaran plankton dalam badan air disebabkan adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya dan faktor-faktor abiotik lainnya di kedalaman air yang berbeda.

3.4 Faktor Abiotik Lingkungan