Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi

menjadi fokus, yaitu : 1 kerangka regulasi yang merupakan struktur peraturan perundang- undangan yang dibentuk dalam rangka memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat, termasuk swasta, dan penyelenggaraan negara dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945; 2 kerangka kelembagaan merupakan struktur kelembagaan dimana dapat terlihat interaksi antar aktor, proses transaksi, stabilitas dan prediktabilitas interaksi dan transaksi tersebut, serta derajat governability dari suatu pemerintahan; 3 kerangka pendanaan merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan pembangunan sehingga analisis mendalam mengenai kondisi pendanaan perlu dilakukan. Kerangka pendanaan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi komprehensif mengenai kebutuhan pendanaan prioritas dalam rencana pembangunan, kebijakan pendanaan itu sendiri. Berdasarkan kajian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Kabupaten Kota Pemekaran Di Sumatera Utara” . Beberapa kabupatenkota pemekaran yang akan diteliti di Provinsi Sumatera Utara antara lain : 1 Kabupaten Serdang Bedagai; 2 Kabupaten Toba Samosir; 3 Kabupaten Padang Lawas Utara; 4 Kabupaten Labuhanbatu Utara; dan 5 Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yang menjadi dasar kajian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah evaluasi kinerja pembangunan di kabupatenkota pemekaran di Sumatera Utara yang ditinjau dari indikator ekonomi terkait dalam perekonomian daerah, Pertumbuhan Ekonomi, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Atas Dasar Harga Konstan, PDRB Per Kapita, Pendapatan Asli Daerah PAD, Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN dan Penanaman Modal Asing PMA, Kemiskinan, dan Pengangguran setelah pemekaran daerah ? 2. Apakah capaian evaluasi kinerja yang diukur sudah tercapai untuk daerah kabupatenkota pemekaran atau belum tercapai untuk daerah kabupatenkota pemekaran ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi kinerja pembangunan daerah yang ditinjau dari indikator ekonomi terkait dalam Pertumbuhan Ekonomi, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Atas Dasar Harga Konstan, PDRB Perkapita, Pendapatan Asli Daerah PAD, Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN, Penanaman Modal Asing PMA, Kemiskinan, dan Pengangguran setelah pemekaran daerah. 2. Untuk mengetahui apakah capaian evaluasi kinerja yang diukur sudah tercapai untuk daerah kabupatenkota pemekaran atau belum tercapai untuk daerah kabupatenkota pemekaran.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 2. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian menyangkut topik yang sama. 3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dibidang ekonomi pembangunan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Ekonomi Pembangunan

Pembangunan ekonomi mencakup pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar menaikkan pendapatan perkapita pertahun bahkan indikator PNB Produk Nasional Bersih. Sebagai indikator utama tidak selalu dapat menggambarkan suksesnya suatu pembangunan. Indikator-indikator yang lain seperti pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin, juga menunjukkan keberhasilan pembangunan. Pengalaman pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an telah membuktikan hal ini. Negara-negara di dunia ketiga telah mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai dengan target namun gagal dalam meningkatkan taraf hidup sebagian besar masyarakatnya. Masalah-masalah sosial seperti pengangguran, kesenjangan pendapatan dan sebagainya tidak mengalami perbaiki. Dan selama tahun 1970-an mulai muncul pandangan bahwa tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan bukan menciptakan tingkat pertumbuhan yang tinggi melainkan penghapusan dan pengurangan tingkat kemiskinan. Penanggulangan ketimpangan pendapatan, penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang. Sejak diberlakukannya Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah, banyak daerah di Indonesia yang mengusulkan diri untuk menjadi daerah otonom baru dengan tujuan mendapatkan kewenangan yang lebih besar dalam mengupayakan pembangunan dan kesejahteraan bagi daerahnya. Pembentukan daerah otonom baru atau yang biasa disebut pemekaran daerah memungkinkan daerah untuk mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayah masing-masing. Dalam pasal 10 Undang-undang No.221999 disebutkan bahwa daerah memiliki wewenang untuk mengelola dan memelihara sumber daya nasional yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu daerah berhak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan prakasa sendiri dan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya, otonomi daerah memberikan pelimpahan wewenang baik dalam pengambilan kebijakan maupun keputusan pembiayaan kepada daerah dan berusaha melibatkan masyarakat dalam upaya pembangunan daerah sehingga kohesi sosial antara politik dan masyarakat semakin kuat. Berdasarkan alasan tersebut, beberapa daerah mulai tertarik untuk mengajukan pembentukan daerah otonom baru bagi wilayahnya. Besarnya keinginan daerah untuk membentuk daerah otonom baru pasca dibentuknya Undang-undang No.221999 disebabkan oleh keinginan daerah untuk ikut serta dalam memajukan dan mengembangkan potensi wilayahnya berdasarkan prakarsa dan aspirasi sendiri. Dalam Peraturan Pemerintah No.1292000 tentang “Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah” disebutkan bahwa tujuan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui : 1 Peningkatan pelayanan kepada masyarakat, 2 Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, 3 Percepatan pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah, 4 Peningkatan keamanan dan ketertiban, serta 5 Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah. Widjoyokusumo 2011 mengatakan bahwa secara teoritis, awal dari semangat pemekaran ini adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat serta demi mempercepat perwujudan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Terdapat 2 dua alasan yang melatarbelakangi maraknya fenomena pemekaran wilayah di Indonesia diantaranya : a. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pendekatan pelayanan melalui pemerintah daerah yang diasumsikan akan lebih efektif dan efisien dibandingkan daerah induk. Luasnya cakupan wilayah pelayanan daerah induk menjadi penyebab dari kurang efisiennya pelayanan publik yang tersedia. Melalui proses perencanaan pembangunan daerah baru yang lebih terbatas, maka pelayanan publik yang tersedia akan sesuai dengan kebutuhan lokal. Jarak dan rentang kendali yang lebih singkat dan pendek antara birokrasi dan masyarakat akan menciptakan interaksi yang lebih intensif bagi pemerintah maupun masyarakat sehingga kebutuhan akan pelayanan publik akan terpenuhi dengan baik. 20. Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Pemekaran daerah di asumsikan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah melalui pemanfaatan potensi lokal. Dengan dikembangkannya daerah baru, pemerintah setempat memiliki peluang untuk menggali berbagai potensi ekonomi daerah yang selama ini tidak tergali. Pemekaran daerah juga memungkinkan terciptanya usaha-usaha baru yang mampu menyerap tenaga kerja baik sektor formal maupun informal. Penciptaan usaha-usaha baru diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendukung proses pemerataan dalam pembangunan. Dalam hal ini, peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi hal yang paling penting disamping meningkatkan pembangunan maupun pemasukan daerah. Otonomi daerah diharapkan mampu mendekatkan fungsi pelayanan birokrasi pemerintahan terhadap rakyat melalui pelayanan publik yang baik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Swianiewicz Riani 2012 mengungkapkan bahwa pemerintahan kecil yang lebih homogen cenderung mudah untuk mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan preferensi sebagian besar masyarakatnya. Berdasarkan pengamatannya pada pemerintahan di Eropa Timur, struktur dan ukuran pemerintah yang lebih kecil ternyata mampu mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam upaya mencapai kesejahteraan. Disamping itu pemerintahan yang lebih kecil memiliki tingkat birokrasi yang rendah sehingga fungsi administratif berjalan dengan baik dan masyarakat mampu mendapatkan pelayanan publik yang sesuai dengan harapan mereka. Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi yaitu :

2.1.1. Teori Klasik

Adam Smith adalah ahli ekonomi klasik pertama, yang mengemukakan pentingnya kebijaksanaan lisezfaire atas sistem mekanisme untuk memaksimalkan tingkat perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer stationery state yang terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya dimanfaatkan, dan kalaupun ada pengangguran itu bersifat sementara.

2.1.2. Teori Schumpeter

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan entrepreneurship. Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik dalam tahap produksi serta masalah organisasi manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat diterima pasar.

2.2. Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Istilah perencanaan memiliki pengertian yang berbeda-beda dari para ahli. Banyak dokumen perencanaan nasional atau pernyataan dari para pemimpin politik yang memperkenalkan pengertian mereka sendiri. Para pakar ekonomi pun belum ada kesepakatan tentang pengertian istilah perencanaan pembangunan ekonomi tersebut. Menurut Conyers dan Hills 1994, Perencanaan sebagai suatu proses yang bersinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Walaupun belum ada kesepakatan yang di antara pakar ekonom berkenaan dengan istilah perencanaan ekonomi, dapat diambil inti dari istilah perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Adapun ciri dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi yaitu : 1. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap steady social economic growth. Hal ini dicerminkan dalam usaha pertumbuhan ekonomi yang positif. 2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan per kapita. 3. Usaha untuk mengadakan pertumbuhan struktur ekonomi. 4. Usaha perluasan kesempatan kerja. 5. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice. 6. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan- kegiatan pembangunan. Unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan ekonomi : a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. b. Perkiraan sumberdaya-sumberdaya bagi pembangunan khususnya sumber-sumber pembiayaan pembangunan. c. Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang dilakukan secara sektoral. Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan bersama-sama dengan pernyusunan rencana-rencana sasaran. d. Perencanaan pembangunan adalah administrative pembangunan yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut. Secara umum fungsi perencanaan pembangunan ekonomi yaitu : 1. Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan. 2. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. 3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik. 4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya tujuan. 5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan evaluasi Arsyad, 2002. Menurut Jhingan 1983 syarat-syarat keberhasilan suatu perencanaan memerlukan adanya hal-hal berikut ini : 1. Komisi Perencanaan Pembentukan suatu komisi badan atau lembaga perencanaan yang harus diorganisir secara tepat yang dibagi dalam bagian-bagian dan subbagian yang dikoordinir oleh para pakar, seperti pakar ekonomi, statistic, teknik serta pakar lain yang berkenaan dengan masalah perekonomian. 2. Data Statistik Adanya analisis yang menyeluruh tentang potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara beserta segala kekurangannya. Analisis seperti ini penting untuk mengumpulkan informasi dan data statistic serta sumberdaya-sumberdaya potensial lain seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal yang tersedia di negara tersebut. 3. Tujuan Suatu perencanaan dapat menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Berbagai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai tersebut hendaknya realistis dan disesuaikan dengan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan. 4. Penetapan Sasaran dan Prioritas Penetapan sasaran dan prioritas perencanaan secara makro dan sektoral. Sasaran secara makro dirumuskan secara tegas serta mencakup setiap aspek perekonomian dan dapat dikuantifikasikan. Untuk sasaran sektoral harus disesuaikan dengan sasaran makronya, sehingga ada keserasian dalam pencapaian tujuan. 5. Mobilisasi Sumberdaya Dalam perencanaan ditetapkan adanya pembiayaan oleh pemerintah sebagai dasar mobilisasi sumberdaya yang tersedia. Sumber pembiayaan ini bisa berasal dari sumber luar negeri dan dalam negeri domestik. 6. Keseimbangan dalam Perencanaan Suatu perencanaan hendaknya mempu menjamin keseimbangan dalam perekonomian, untuk menghindarkan kelangkaan maupun surplus pada periode perencanaan. 7. Sistem Administrasi yang Efisien Administrasi yang baik, efesien dan tidak ada unsure KKN Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme adalah syarat mutlak keberhasilan suatu perencanaan. 8. Kebijakan Pembangunan yang Tepat Pemerintah harus menetapkan kebijakan pembangunan yang tepat demi berhasilnya rencana pembangunan dan untuk menghindari masalah-masalahyang mungkin timbul dalam pelaksanaannya. Unsur-unsur utama kebijakan pembangunan meliputi : a analisis potensi pembangunan; survey sumberdaya nasional, penelitian ilmiah; penelitian pasar; b penyediaan prasarana yang memadai air, listrik, infrastruktur, dan telekomunikasi; c penyediaan fasilitas latihan khusus dan juga pendidikan umum yang memadai untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan; d perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian. 9. Administrasi yang Ekonomis Setiap usaha harus dibuat berdampak ekonomis dalam administrasi, khususnya dalam pengembangan bagian-bagian departemen dan pemerintahan. 10. Dasar Pendidikan Administrasi yang bersih dan efisien memerlukan dasar pendidikan yang kuat. Perencanaan yang berhasil harus memperhatikan standar moral dan etika masyarakat. 11. Teori Konsumsi Menurut Galbraith 1962, satu syarat penting dalam perencanaan pembangunan modern adalah bahwa perencanaan tersebut harus dilandasi oleh teori konsumsi. Negara sedang berkembang tidak harus demokratis dan perhatian pertama harus diberikan kepada barang dan jasa yang berada dalam jangkauan pendapatan masyarakat tertentu. 12. Dukungan Masyarakat Dukungan masyarakat merupakan faktor penting bagi keberhasilan suatu perencanaan didalam suatu negara yang demokratis. Perencanaan memerlukan dukungan luas dari msyarakat. Perencanaan ekonomi harus diatas kepentingan golongan. Tetapi pada saat yang sama, perencanaan tersebut harus memperoleh persetujuan semua golongan. Dengan kata lain, suatu perencanaan harus dianggap sebagai rencana nasional bila rencana tersebut disetujui oleh wakil-wakil rakyat.

2.3. Desentralisasi Dan Otonomi