adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara prinsipil terdapat
dua hal yang tercantum dalam otonomi yaitu hak dan wewenang untuk mengelola daerah serta tanggung jawab untuk kegagalan dalam memanajemeni daerah. Sementara “daerah”
dalam arti local state government adalah pemerintah di daerah yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Sumodiningrat 1999: 255 mengemukakan bahwa hakikat
otonomi adalah meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari rakyat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh rakyat.
2.4. Kota Dan Daerah Belakangnya
Dalam ekonomi regional, secara implisit dibuat asumsi bahwa wilayah yang dianalisis adalah homogen. Hal itu karena sifat analisis adalah makro, sifat analisis suatu wilayah
terdapat perbedaan yang menciptakan hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya dalam wilayah tersebut. Perlu diingat bahwa sifat analisis ini disebut dengan analisis
makro regional. Secara umum diketahui dalam suatu wilayah ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi, dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau
kegiatan yang kurang terkonsentrasi. Tempatn konsentrasi penduduk dan kegiatannya dinamakan dengan berbagai istilah, yaitu kota, pusat perdagangan, pusat industri, dan pusat
pemukiman. Masing-masing istilah itu bersangkut paut dengan asosiasi pikiran kita tentang fungsi apa yang hendak ditonjolkan atas tempat-tempat konsentrasi tersebut. Daerah diluar
pusat konsentrasi dinamakan dengan berbagai istilah seperti pedalaman, wilayah belakang hinterland, dan daerah pertanian atau daerah pedesaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam
mengatur kinerja pembangunan kota dan daerah. Dalam perencanaan wilayah, sangat perlu menetapkan suatu tempat pemukiman atau
tempat berbagai kegiatan itu sebagai kota atau bukan. Hal ini karena kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga kebutuhan fasilitasnya pun berbeda dibanding dengan daerah
pedesaanpedalaman. Padahal dipedesaan pun terdapat lokasi pemukiman plus berbagai kegiatan nonpertanian seperti perdagangan, warung kopi, tukang pangkas, atau tukang jahit
pakaian, walaupun dalam jumlah dan intensitas yang kecil dan biasanya hanya ditujukan untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat. Karena fungsinya yang berbeda, maka
kebijakan pembangunan pun bisa berbeda antara wilayah perkotaan dengan wilayah pedesaan. Di pedesaan umumnya yang menjadi kegiatan basis adalah sektor penghasil barang
pertanian, industri, dan pertambangan. Di perkotaan selain sektor penghasil barang maka sektor perdagangan dan jasa dapat menjadi basis asalkan kegiatan tersebut mendatangkan
uang dari luar wilayah pelanggannya datang dari luar wilayah. Karena kegiatan sektor penghasil barang, seringkali kegiatannya dibatasi di perkotaan maka kota umumnya
mengandalkan kegiatan perdagangan dan jasa sebagai basis utama. Dengan demikian maka adalah wajar apabila program pemerintah pun seringkali dibedakan antara program perkotaan
dan program untuk pedesaan. Namun, sektor perdagangan dan jasa di luar yang melayani pariwisata, bukanlah basis murni. Perkembangan perdagangan dan jasa di perkotaan
tergantung pada perkembangan perekonomian wilayah belakangnya. Perkembangan perekonomian wilayah belakangnya tergantung pada sektor basis di wilayah belakang
tersebut. Dengan demikian, perkembangan perekonomian secara keseluruhan tetap tergantung pada perkembangan sektor basis murni.
2.5. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah