Latar Belakang Efikasi Gabungan Kinin – Doksisiklin Dibandingkan Dengan Kinin – Azithromycin Pada Pengobatan Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi Pada Anak

Syamsidah Lubis : Efikasi Gabungan Kinin – Doksisiklin Dibandingkan Dengan Kinin – Azithromycin Pada Pengobatan Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2010. BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi angka kematian bayi, anak balita dan ibu hamil. 1 Diperkirakan sekitar 300 sampai 500 juta orang menderita malaria setiap tahunnya, dengan jumlah kematian akibat malaria berkisar 1,5- 2,7 juta pertahun. 2-4 Dalam sasaran pembangunan millennium Millenium development goal pencegahan atas penyakit malaria merupakan salah satu sasaran yang akan dicapai tahun 2015. 5 Meningkatnya insidensi malaria disebabkan oleh berbagai macam faktor, yaitu adanya kasus malaria yang resisten terhadap obat antimalaria. Resistensi parasit malaria terhadap klorokuin muncul pertama kali di Thailand pada tahun 1961 dan di Amerika Serikat pada tahun 1962. Di Indonesia resistensi P.falciparum terhadap klorokuin pertama kali di daerah Kalimantan Timur pada tahun 1974, kemudian resistensi ini terus meluas dan pada tahun 1996 sudah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. 1,6 Penelitian di daerah Mandailing Natal di Sumatera Utara mendapatkan resisten terhadap klorokuin sekitar 32 dan untuk fansidar 29. 7 Untuk mencegah atau memperlambat laju resistensi, maka terapi kombinasi antimalaria yang rasional sangat dianjurkan. Pengobatan 1 Syamsidah Lubis : Efikasi Gabungan Kinin – Doksisiklin Dibandingkan Dengan Kinin – Azithromycin Pada Pengobatan Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2010. kombinasi adalah penggunaan dua atau lebih obat antimalaria skizontosidal darah. 2,8 Konsep pengobatan dengan kombinasi dari dua atau lebih obat antimalaria adalah berdasarkan potensi sinergistik atau perbaikan efikasi pengobatan dan juga mencegah berkembangnya resistensi dari masing-masing obat. 2,8 Di Indonesia, lini pertama pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi adalah kombinasi artesunat-amodiakuin dengan lini kedua adalah kinin-doksisiklin atau tetrasiklin. 1 Namun kombinasi artesunat- amodiakuin ketersediaannya masih terbatas di Indonesia. Doksisiklin berasal dari oxytetrasiklin, yang mempunyai efek seperti tetrasiklin dan biasanya dikombinasikan dengan kinin. 9 Studi invivo, kombinasi kinin- doksisiklin aman dan efektif pada penatalaksanaan malaria falciparum. 10 Namun tetrasiklin atau doksisiklin di kontraindikasikan pada wanita hamil, menyusui dan anak 8 tahun. 4,11-13 Antibiotik golongan makrolida mempunyai efek antimalaria yang baik dan aman diberikan pada anak dan wanita hamil. Azitromisin merupakan antimalaria golongan makrolida paling kuat dengan waktu paruh panjang 68 jam 14 , menunjukkan sinergisme dengan kinin dalam pengobatan P.falciparum in vitro 4,11,13,15 Pada suatu penelitian invivo azitromisin dapat menggantikan golongan tetrasiklin bila dikombinasi dengan obat yang bersifat skizontosid kerja cepat. 16 Azitromisin dapat menjadi alternatif dari doksisiklin karena tidak dapat diberikan pada anak Syamsidah Lubis : Efikasi Gabungan Kinin – Doksisiklin Dibandingkan Dengan Kinin – Azithromycin Pada Pengobatan Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2010. di bawah 8 tahun dan wanita hamil. Suatu penelitian di Kenya 1998 menunjukkan bahwa azitromisin dan doksisiklin efektif sebagai profilaksis malaria. 17

1.2. Perumusan Masalah