Selain ketiga landasan tersebut, masih terdapat landasan lainnya, yaitu landasan teknik perancangan. Teknik ini tidak boleh diabaikan dalam upaya membuat
peraturan perundang-undangan yang baik. Landasan teknik perancangan peraturan perundang-undangan diperlukan sebagai standarisasi format, sistematika,
pengelompokan materi muatan, susunan struktur bahasa, perumusan norma dan lain sebagainya.
250
2. Asas-Asas Pembentukan Perda
Perda sebagai produk peraturan pelaksana dari Undang-undang dalam pembentukannya mesti berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-
undangan. Untuk itu dalam pembentukan Perda harus mempedomani ketentuan- ketentuan yang berlaku di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2004 Pasal 5 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 137 disebutkan bahwa, “Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan Perda harus
berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang meliputi :
a. Kejelasan tujuan adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
250
Ibid., hlm. 52.
Rudy Hendra Pakpahan : Pengujian Perda Oleh Lembaga Eksekutif Dan Yudikatif, 2009
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembagapejabat pembentuk
peraturan perundang-undangan yang berwenang, Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh
lembagapejabat yang tidak berwenang. c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya.
d. Dapat dilaksanakan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang- undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan
tersebut di dalam masyarakat baik secara filosofis, yuridis maupun sisologis. e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
f. Kejelasan rumusan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang- undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-
undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminology, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai interpretasi
dalam pelaksanaannya. g. Transparan dan terbuka adalah dalam proses pembentukan peraturan perundang-
undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat
Rudy Hendra Pakpahan : Pengujian Perda Oleh Lembaga Eksekutif Dan Yudikatif, 2009
mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan menurut Modoeng, suatu peraturan perundang-undangan yang baik dapat dilihat dari beberapa segi
251
: a.
Ketepatan Ketepatan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dititikberatkan pada
enam ketepatan, yaitu ketepatan struktur, ketepatan pertimbangan, ketepatan dasar hukum, ketepatan bahasa istilah, ketepatan pemakaian huruf, dan
ketepatan tanda baca. b.
Kesesuaian Kesesuaian dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dititikberatkan pada
materi muatan di samping aspek-aspek filosofis, sosiologis dan yuridis. Kesesuaian dimaksud antara jenis peraturan perundang-undangan dengan materi
muatannya. c.
Aplikatif Peraturan perundang-undangan tersebut secara aplikatif harus dapat dilaksanakan
applicable dan menjamin kepastian. Suatu peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan daya dukung lingkungan, baik lingkungan pemerintahan yang
akan melaksanakan maupun masyarakat tempat peraturan perundang-undangan itu berlaku. Daya dukung tersebut antara lain berkaitan dengan ketenagaan,
251
Ibid, hlm. 73-75.
Rudy Hendra Pakpahan : Pengujian Perda Oleh Lembaga Eksekutif Dan Yudikatif, 2009
keuangan, kondisi masyarakat dan sebagainya. Peraturan perundang-undangan harus memberikan kepastian, baik bagi pemerintah maupun masyarakat.
Menurut Van der Viles, untuk membentuk peraturan perundang-undangan yang baik perlu diperhatikan berbagai asas beginselen van behoorlijke regelgeving,
yang terdiri dari
252
: 1.
Asas tujuan yang jelas 2.
Asas organlembaga yang tepat 3.
Asas perlunya peraturan 4.
Asas dapat dilaksanakan 5.
Asas konsensus Asas-asas materil, terdiri dari
253
: 1.
Asas tentang terminologi yang jelas 2.
Asas tentang dapat dikenali 3.
Asas perlakuan yang sama dalam hukum 4.
Asas kepastian hukum 5.
Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual. Asas-asas yang dikemukakan oleh Van der Viles tersebut, sebagaimana
diuraikan oleh Attamimi
254
dalam disertasinya dapat diterima di negara kita, karena
252
Lihat Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang
Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I-Pelita V, Disertasi, Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 335-343.
253
Ibid.
254
Ibid.
Rudy Hendra Pakpahan : Pengujian Perda Oleh Lembaga Eksekutif Dan Yudikatif, 2009
terdapat kesesuaian dengan sistem pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Penjelasan dari asas-asas formal dan materil tersebut adalah sebagai
berikut : 1.
Asas tujuan yang jelas, yaitu setiap peraturan perundang-undangan harus dapat mencerminkan dengan jelas tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Tujuan atau
sasaran tersebut tidak lain dari berbagai kebijakan umum atau khusus, baik dalam bidang perundang-undangan maupun dalam bidang-bidang lainnya.
Termasuk perkiraan mengenai akibat, seperti beban masyarakat atau negara yang akan ditimbulkan.
2. Asas organ yang tepat, asas ini menegaskan bahwa peraturan perundang-
undangan hanya dapat dibuat oleh pejabat yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
3. Asas perlunya peraturan, yaitu peraturan perundang-undangan yang dibuat
berdasarkan alternatif untuk menyelesaikan suatu masalah pemerintah selain dengan membentuk peraturan perundang-undangan. Prinsip asas ini terkait
dengan fungsi pemerintah yang aktif dan bertumpu pada asas legalitas. 4.
Asas dapat dilaksanakan, yaitu peraturan perundang-undangan dibuat dengan memperhatikan kemungkinan pelaksanaannya. Suatu peraturan perundang-
undangan, seperti reaksi keras masyarakat, menimbulkan beban bagi negara yang begitu besar, ketidaksiapan aparat dan sebagainya.
5. Asas konsensus, asas ini bertitik tolak pada pemikiran bahwa pembentukan
peraturan perundang-undangan pada hakekatnya haruslah dipandang sebagai
Rudy Hendra Pakpahan : Pengujian Perda Oleh Lembaga Eksekutif Dan Yudikatif, 2009
langkah awal untuk mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama oleh pemerintah dan rakyat.
6. Asas tentang terminologi yang jelas, asas ini menghendaki agar peraturan
perundang-undangan dapat dimengerti oleh masyarakat dan rakyat, baik mengenai kata-katanya maupun struktur atau susunannya.
7. Asas dapat dikenali, setiap peraturan perundang-undangan pada dasarnya harus
dapat diketahui secara wajar oleh yang berkepentingan. Asas ini dilaksanakan dengan cara pengundangan atau cara-cara publikasi lainnya.
8. Asas persamaan di depan hukum, dalam hal ini tidak boleh adanya peraturan
perundang-undangan yang ditujukan hanya pada sekelompok orang tertentu, karena akan mengakibatkan adanya ketidaksamaan dan kesewenang-wenangan di
depan hukum terhadap anggota-anggota masyarakat. 9.
Asas kepastian hukum, peraturan perundang-undangan harus menjamin kepastian bagi setiap orang yang berkepentingan. Kepastian ini dapat diperoleh dengan dua
cara. Pertama, peraturan perundang-undangan dirumuskan dengan jelas dan tepat. Kedua, peraturan perundang-undangan harus mempertimbangkan dengan baik
kepentingan-kepentingan orang yang terkena dan pengaturan ketentuan peralihan yang cukup memadai.
10. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual, asas ini bertujuan
memberikan penyelesaian yang khusus bagi hal-hal atau keadaan-keadaan atau situasi tertentu, sehingga dengan demikian peraturan perundang-undangan dapat
Rudy Hendra Pakpahan : Pengujian Perda Oleh Lembaga Eksekutif Dan Yudikatif, 2009
memberikan jalan keluar selain bagi masalah umum, juga bagi masalah-masalah khusus yang dihadapi bagi setiap anggota masyarakat.
Sementara itu mengenai materi muatan Perda di dalam Pasal 12 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 disebutkan bahwa, “Materi muatan Perda adalah
seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”. Sedangkan di dalam Pasal 138 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 disebutkan bahwa : “Materi muatan Perda mengandung asas : a.
Asas Pengayoman adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan
ketentraman masyarakat. b.
Asas Kemanusiaan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi
manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
c. Asas Kebangsaan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik kebhinekaan dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Rudy Hendra Pakpahan : Pengujian Perda Oleh Lembaga Eksekutif Dan Yudikatif, 2009
d. Asas Kekeluargaan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Asas Kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan
bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila. f.
Asas Bhineka Tunggal Ika adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku,
dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khusus yang menyangkut masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Asas Keadilan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan
harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
h. Asas Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan adalah bahwa setiap
materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang antara lain : agama, suku, ras,
golongan, gender, atau status sosial. i.
Asas Ketertiban dan Kepastian adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat
melalui jaminan adanya kepastian hukum.
Rudy Hendra Pakpahan : Pengujian Perda Oleh Lembaga Eksekutif Dan Yudikatif, 2009
j. Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan adalah bahwa setiap materi
muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan
kepentingan bangsa dan negara.
3. Proses Pembentukan Perda