I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, untuk mengetahui adakah Hubungan antara Pola
Komunikasi Organisasi pada aktivitas Regualar Meeting terhadap Employee Relations
pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan.
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan
diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian ini dibatasi pada Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dalam aktivitas Regualar Meeting dengan Employee Relations pada PT. FIF cabang
SPEKTRA Medan. 2.
Objek penelitian ini adalah karyawan PT. FIF cabang SPEKTRA Medan. 3.
Waktu penelitian dari September-Desember 2009
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui sejauh mana Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dalam
aktivitas Regular Meetiing terhadap Employee Relations pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan
8
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui bentuk pola komunikasi organisasi yang terjadi dalam
aktivitas regular meeting pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan
I.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian, yaitu: 1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis mengenai kajian komunikasi organisasi sebagai salah satu kajian
dalam ilmu komunikasi 2.
Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis dalam ilmu komunikasi bidang studi komunikasi organisasi,
khususnya mengenai Pola Komunikasi Organisasi dan Employee Relations. 3.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif bagi jajaran staf pimpinan dan karyawan PT. FIF cabang SPEKTRA Medan.
I.5 Kerangka Teori
Menurut Singarimbun, 2006:37 teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan posisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara
sistematis dengan merumuskan hubungan antara konsep. Dengan adanya kerangka konsep teori akan mempermudah peneliti dalam menganalisa masalah
penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah :
Komunikasi, Komunikasi Organisasi, Pola Kominikasi Organisasi, Hubungan karyawan Employee Relations.
9
Universitas Sumatera Utara
I.5.1 Komunikasi
Carl I. Hovland mendefenisikan ilmu komunikasi adalah proses dimana seorang komunikator menyampaikan perangsang biasanya lambang bahasa
untuk mengubah prilaku orang lain komunikan, Efendy, 2002:48. Bernard Berelson dan Garry A dalam karyanya “Human Behavior” mendefenisikan
komunikasi adalah penyampaina informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang, kata-kata, gambar-gambar
bilangan, grafika dan sebagainya. Kegiatan atau proses penyampaian inilah yang biasa disebut komunikasi Effendy, 2002:48.
Disini dapat diartikan bahwa komunikasi untuk mengubah prilaku itulah yang menjadi objek studi komunikasi, yakni bagaimana caranya agar seseorang
atau sejumlah orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan tertentu atau melakukan tindakan tertentu sesuai dengan yang diinginkan pelaku komunikasi.
Harold Lasswell mengemukakan “bahwa cara yang paling tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan, siapa yang
menyampaikan pesan, apa yang disampaikan, melalui salauran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” Cangara, 2000:18.
Everett M. Rogers mendefenisikan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud
utnuk merubah tingkah laku mereka Cangara, 2000:19. Dari defenisi-defenisi tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi
manusia saling pengaruh-mempengaruhi, satu sama lainnya, karena itu jika kita
10
Universitas Sumatera Utara
berada dalam situasi berkomunikasi maka kita memiliki beberapa persamaan dengan orang lain seperti kesamaan bahasa yang digunakan.
I.5.2 Komunikasi Organisasi
Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan
sekerjanya, pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi, dan para penyelia tidak dapat memberikan instruksi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, dan
organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151. Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki
peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan sebagai proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau
yang saling berubah-ubah Muhammad, 1995:67. Komunikasi akan selalu terjadi dalam setiap kegiatan organisasi dengan tujuan untuk menciptakan saling
pengertian dan kerjasama pada setiap anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi
tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan- hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam
suatu lingkungan Pace dan Faules, 2005: 32. Salah satu tantangan besar dalam
11
Universitas Sumatera Utara
komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi.
Jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada aliran informasi.
Tantangan dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari
seluruh bagian organisasi. Untuk menjalankan dan mencapai tujuan tersebut maka dalam organisasi terdapat empat arah formal jaringan komunikasi dan satu
arah informal dalam organisasi.
1. Pola komunikasi organisasi
Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk
perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit.
Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Terdapat dua macam jaringan komunikasi
organisasi Muhammad, 1995:102, yaitu : A.
Jaringan Komunikasi Formal Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai
macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi
12
Universitas Sumatera Utara
dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari para manajer kepada karyawannya, pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward
communication, horizontal communication dan diagonal communication.
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan, dimana umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang
seseorang dalam suatu organisasi. ada lima tujuan pokok yaitu : 1.
Memberi pengarahan atau instruksi kerja 2.
Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan 3.
Memberi informasi tentang prosedur dan praktik organisasional 4.
Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan 5.
Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Salah satu kelemahan jaringan komunikasi ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan informasi atau sensor informasi penting sebelum
disampaikan kepada para bawahan. Untuk komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan
sangat mebantu pencapaian tujuan organisasi. Sementara untuk mencapai keberhasilan komunikasi ke atas ini, para manajer harus memiliki rasa percaya
kepada para bawahannya. Untuk komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara
bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Adapun tujuan jaringan komunikasi ini adalah untuk melakukan persuasi,
mempengaruhi dan memberi informasi kepada bagian atau departemen yang
13
Universitas Sumatera Utara
memiliki kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer suka melakukan tukar menukar informasi dengan paratemanya yang berbeda departemen terutama apabila muncul
masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan. B. Jaringan Komunikasi Informal
Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan jabatan dapat
berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringkali kurang akurat dan tidak dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena biasanya lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar desas-desus.
Di dalam jaringan komunikasi informal ini, tentunya ada berbagai macam informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi yang paling utama atau
paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi informal dalam suatu organisasi, yakni: gosip dan rumor.
Pola jaringan komunikasi informal sangat penting bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari
sisi individual sering membuat frustasi atau menjengkelkan pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan
keputusan. Dimana banyak jalur yang harus dimasuki dilewati sebelum langsung ke pengambilan keputusan. Dari sisi perusahaan kemungkinan munculnya distorsi
atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan link dalam jalur komunikasi dapat mengambarkan suatu
kemungkinan munculnya kesalah pahaman.
14
Universitas Sumatera Utara
I.5.3 Hubungan karyawan Empolyee Relation
Kegiatan sebuah perusahaan untuk memelihara hubungan, khususnya antara pihak atasan dengan para karyawannya merupakan fungsi dari public
relations . Hubungan ini dalam rangka kepengawaian secara formal. Employee
relations public pegawai adalah salah satu internal public yang dijadikan salah
satu sasaran dari kegiatan PR, di dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka merupakan suatu potensi yang sangat berarti dalam organisasi, potensi
yang mana dapat dikembangkan lebih baik dari sebelumnya. Menurut Cultip dan Center 1982:290, pengertian publik internal atau
dikenal dengan Employee relations, yaitu sekelompok orang bekerja karyawan atau pegawai di dalam suatu organisasi, instansi lembaga atau perusahaan.
Karyawan atau pekerja merupakan asset yang cukup penting dalam perusahaan. Nyatanya karyawan itu sendiri terkait erat dengan status atau
kedudukan yang saling berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, mempunyai perbedaan yang cukup mencolok. Misalnya dapat dilihat pada
tingkatan kemampuan, pengalaman, pendidikan, pangkat, gaji, usia dan lain sebagainya. Akan tetapi pada prinsipnya karyawan tersebut memiliki keinginan
yang sama terhadap pihak pimpinan atau perusahaan yaitu: 1.
Ingin mendapatkan perlakuan yang adil dan sama dalam hal kesempatan berkarir dari perusahaan dan meraih prestasi kerja yang maksimal sesuai
dengan kemampuan. 2.
Iklim tempat bekerja yang kondusif dan penuh ketenangan
15
Universitas Sumatera Utara
3. Keinginan-keinginan atau perasaan diakui atau dihargai oleh perusahaan atau
pimpinan. 4.
Mendapatkan penghargaan atas hasil kerja dari perusahaan 5.
Keinginan penyaluran perasaan, contohnya seperti penerbitan majalah atau lembaran stensilan yang berfungsi menjembatani hubungan batin antara
pimpinan dengan bawahan.Onong Uchjana Effendy, 1989:145. Karena perbedaan status dan kedudukan masing-masing tiap individu
dalam suatu perusahaan itu dapat menimbulkan permasalahan komunikasi internal antara pihak manajemen dengan para karyawannya. Sementara dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi dalam komunikasi internal pihak meanajemen harus membina hubungan yang baik dengan karyawan untuk membentuk iklim
komunikasi organisasi yang positif.
I.6 Kerangka Konsep
Untuk mempermudah menyusun hipotesis dan sekaligus memberikan uraian yang terinci tentang materi yang dirumuskan dalam hipotesis, perlu disusun
uraian-uraian yang disebut kerangka konsep. Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional merupakan uaraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan
kemungkinan hasil penelitian yang dicapai, dapat mengantar peneliti pada perumusan hipotesis. Nawawi, 1995:33.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu: 1.
Variabel Bebas Independen Variabel yang diwakili oleh X adalah Pola Komunikasi Organisasi.
16
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat Dependent Variabel yang diwakili oleh Y adalah Employee
Relations 3.
Variabel Antara Intervening Variabel Variabel yang diwakili oleh Z adalah variabel yang menghubungkan variabel bebas dan terikat. Variabel antara
dalam penelitian ini adalah karakteristik responsen. Berdasarkan variabel-variabel yang telah ditetapkan diatas maka
terbentuklah model teoritis atau desain penelitian sebagai berikut : Model Teoritis
±
Variabel Bebas X Pola Komunikasi Organisasi
Variabel Terikat Y Employee Relations
Variabel Antara Z Karakteristik Responden
17
Universitas Sumatera Utara
I.7 Operasional Variabel