Pola Komunikasi Organisasi Dan Employee Relations (Studi Korelasional Tentang Pola Komunikasi Organisasi dalam Employee Relations pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan)

(1)

POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DAN

EMPLOYEE RELATIONS

(Studi Korelasional Tentang Pola Komunikasi Organisasi dalam

Employee Relations pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan)

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH: ASRUL EFENDI

070922023

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pola Komunikasi Organisasi dalam Employee Relations” dengan sub judul studi korelasional tentang hubunngan pola komunikasi organisasi terhadap employee relations PT. FIF Cabang SPEKTRA Medan.

Salah satu bentuk pola komunikasi organisasi yang mengatur hubungan antara perushaan dengan para karyawannya merupakan aktivitas regular meeting. Regular meeting dilakukan antara lain adalah untuk menciptakan hubungan atau komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan karyawannya dalam upaya membina kerjasama dan hubungan yang harmonis diantara keduanya, sehingga dapat membentuk iklim komunikasi yang positif. PT. FIF Cabang SPEKTRA Medan adalah perusahaan yang secara rutin melakukan aktivitas regular meeting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel pola komunikasi organisasi terhadap variabel

employee relations.

Pola komunikasi organisasi dalam aktivitas regular meeting dipengaruhi oleh jaringan komunikasi, yaitu jaringan komunikasi formal dan informal. Sedangkan employee relations adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan, dimana kepuasan terhadap lingkungan komunikasi dapat menciptakan saling pengertian (mutual understanding), kerjasama (relationship) serta motivasi diantara pihak manajemen dengan para karyawannya.

Tipe penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional digunakan untuk meneliti hubungan di antara varibel-variabel, dan hubungan dari variabel-variabel itu disebut sebagai korelasi. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan penyebaran angket (quesioner) kepada 44 responden yang terdiri dari 39 pertanyaan. Untuk melakukan analisa data mengenai hubungan antara variabel pada penelitian, menggunakan teknik statistik dengan menggunakan analisa korelasi melalui tabel tunggal dan tabel silang. Teknik statistik yang digunakan dalam analisa korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan alat bantu software SPSS 15.0.

Adapun hipotesis yang diajukan adalah Ha “ Terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi dalam aktivitas regular meeting terhadap employee relations” dan H0 “tidak terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi dalam aktivitas regular meeting terhadap employee relations”.

Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,877 antara variabel pola komunikasi organisasi (X) dan variabel employee relations (Y), yang berarti bahwa hubungan menunjukkan korelasi sangat tinggi/ kuat sekali. Hubungan tersebut juga signifikan pada taraf kepercayaan 95%, dan diperoleh kesimpulan bahwa, pengaruh pola komunikasi organisasi terhadap employee relations sebesar 76,91%, dan sisanya 23,09% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan petunjuk dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini membahas komunikasi dalam organisasi yaitu mengenai pola komunikasi organisasi dalam employee relations. Skripsi ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi terhadap employee relations. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, “tiada gading yang tak retak”, namun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan yang terbaik. Penulis juga merasa skripsi ini belum dapat dikatakan sangar sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan masukan yang dapat memperbaiki kualitas skripsi ini.

Suatu pengalaman yang sangat berharga bagi penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Tentunya dalam proses tersebut penulis banyak menemui kesulitan. Untuk itu penulis sangat ingin mengucapkan terima kasih kepada “individu-individu luar biasa” yang telah memberikan kontribusi dalam skripsi ini.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada, seluruh penyelenggara pendidikan formal di FISIP USU yaitu Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Bapak Drs. Amir Purba, Msi.


(4)

Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Ibu Dra. Dewi K, Msi. Serta kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros dan kakak-kakak yang ada di jurusan yang telah membantu penulis selama kuliah di FISIP USU khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU selama masa perkuliahan, bagian pendidikan, administrasi dan kemahasiswaan serta pihak lainnya yang telah berjasa bagi proses pendidikan di FISIP USU.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dosen pembimbing skripsi penulis yaitu Bapak Drs. Syafruddin Pohan, Msi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu, motivasi dan bimbingannya juga kepada dosen wali penulis selama masa perkuliahan yaitu Dra. Rusni, MA yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan di FISIP USU.

Untuk seluruh keluargaku yaitu kedua orangtuaku tercinta Ayahanda H. Basyaruddin (alm) dan Ibunda Hj. Arniah serta ketiga adikku Aswar Anas, Amsu Nisar dan Eni Efriani juga untuk pamanku Saharuddin Batubara, Anwar Sadat, Sobirin. SH, Palit Pulungan. Penulis mengucapkan terima kasih dan syukur yang tak terhingga atas perhatian yang nyaris tanpa batas dari kalian semuanya, memberikan bimbingan moril dan materil selama penulis menuntut ilmu, karena tanpa kalian semuanya tak mungkin terjadi.

Penulis juga berterima kasih kepada seluruh karyawan PT. FIF yang atas kesediaan waktunya mengisi lembar quesioner. Khususnya kepada pimpinan PT. FIF Cabang SPEKTRA Medan yang selama ini telah memberikan motivasi dan keluangan waktu bagi penulis melanjutkan perkuliahan ke jenjang sarjana.


(5)

Untuk teman-teman senasib-seperjuangan Syaif (Waang), Dedi Rankuti. SH, Andika Syahputra (Poel), Pahri (Bere), Mufti, Riky (Jacob), Budi, Afrizal, Bang Eka, Endi, Dedi, Hadi, Ikbal, Salman, Adlin, dan Gunawan terima kasih atas motivasi yang telah kalian berikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi 2007 lainnya : Poltak, Bang Hari, Aan (Eling), Sahat, Hafis, Bang Jeri Sinaga, Ssos, Sinta, Tinensi, Farha, serta teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dan seluruh rekan-rekan yang telah berpartisipasi sehingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang tak terhingga kepada mereka semua. Amin.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan ilmu pegetahuan pada umumnya, dan khusunya dalam bidang studi Komunikasi Organisasi.

Billahit taufiq wal hidayah,

Medan, Januari 2010


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 8

I.3 Pemabatasan Masalah ... 8

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 9

I.5 Kerangka Teori ... 9

I.6 Kerangka Konsep ... 16

I.7 Operasional Variabel ... 18

1.8 Defenisi Operasional ... 19

I.9 Hipotesis ... 21

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Pengertian Komunikasi ... 22

II.2 Komunikasi Organisasi ... 25


(7)

II.2.2 Model Jaringan Komunikasi ... 38

II.3 Hubungan Karyawan (Employee Relations) ... 41

II.3.1 Teori Kebutuhan Mc. Clelland ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskrifsi Lokasi Penelitian ... 53

III.2 Sejarah ... 53

III.2.1 Visi dan Misi ... 55

III.2.2 Struktur Organisasi ... 56

III.3 Metodologi Penelitian ... 58

III.4 Populasi dan Sampel ... 58

III.4.1 Populasi ... 58

III.4.2 Sampel ... 58

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 59

III.6 Waktu Penelitian ... 60

III.7 Teknik Analisa Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Teknik Pengolahan Data ... 64

IV.2 Analisa Tabel Tunggal ... 65

IV.2.1 Karakteristik Responden ... 65

IV.2.2 Analisa Pola Komunikasi Organisasi ... 68


(8)

IV.3 Analisa Tabel Silang ... 95 IV.4 Pengujian Hipotesa ...103 IV.5 Pembahasan ...106

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan ...110 V.2 Saran ...111 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Operasional Variabel ... 18

Tabel III.1 : Interprestasi nilai r ... 62

Tabel IV.1 : Jenis Kelamin ... 66

Tabel IV.2 : Usia ... 66

Tabel IV.3 : Pendidikan ... 67

Tabel IV.4 : Lama Bekerja ... 67

Tabel IV.5 : Tingkat Keikutsertaan Karyawan Dalam Mengikuti Kegiatan Komunikasi Dalam Aktivitas Regular Meeting ... 69

Tabel IV.6 : Frekuensi Komunikasi dengan Atasan Pada Tempat Bekerja ... 70

Tabel IV.7 : Intensitas Komunikasi Atasan dengan Karyawan Di Luar Jam Kerja ... 70

Tabel IV.8 : Atasan Bersikap Bijaksana dan Tidak Mempermalukan Bawahan Di Depan Publik ... 71

Tabel IV.9 : Atasan Terlihat Memiliki Kepercayaan dan Kejujuran Dalam Menyampaikan Pesan ... 72

Tabel IV.10 : Atasan Selalu Memberikan Konsultasi dan Informasi Mengenai Kebijakan Perusahaan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan Bawahannya ... 72

Tabel IV.11 : Atasan Selalu Memberikan Pesan-Pesan Yang Dapat Memotivasi ... 73

Tabel IV.12 : Setiap Informasi Tentang Pekerjaan Dipandang Cukup Penting Oleh Atasan ... 73

Tabel IV.13 : Karyawan Dapat Memberikan Saran Sebagai Masukan Untuk Pengambilan Keputusan ... 74


(10)

Tabel IV.14 : Atasan Memberikan Peluang Bagi Bawahan Untuk

Menyampaikan Saran-Saran Perbaikan ... 75 Tabel IV.15 : Karyawan Dapat Menyampaikan “Apa Yang Ada Dalam

Pikiran” Kepada Atasan Dengan Terbuka ... 76 Tabel IV.16 : Atasan Mendengarkan Dengan Sikap Terbuka Terhadap

Saran-Saran Dan Laporan Masalah Yang Disampaikan

Bawahan ... 76 Tabel IV.17 : Suasana Terbuka Selalu Mewarnai Hubungan Komunikasi

Antar Sesama Karyawan ... 77 Tabel IV.18 : Karayawan Selalu Memperoleh Informasi Dengan Mudah

Mengenai Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Dari Rekan Sekerja ... 78 Tabel IV.19 : Atasan Selalu Memberikan Evaluasi Pekerjaan ... 79 Tabel IV.20 : Karyawan Selalu Mendapatkan Kesempatan Untuk Saling

Berkomunikasi Dengan Rekan Sekerja ... 79 Tabel IV.21 : Karyawan Dapat Saling Berkonsultasi Membahas Masalah

Mengenai Pekerjaan ... 80 Tabel IV.22 : Karyawan Selalu Mendiskusikan Untuk Menyelesaikan

Konflik Yang Terjadi Diantara Rekan Sekerja ... 81 Tabel IV.23 : Dalam Berkomunikasi Karyawan Selalu Merasakan Adanya

Rasa Saling Pengertian Antar Sesama Karyawan ... 82 Tabel IV.24 : Karyawan Selalu Berkomunikasi Dengan Rekan Sekerja

Untuk Membina Hubungan Interpersonal ... 82 Tabel IV.25 : Karyawan Selalu Berkomunikasi Mengenai Hal-Hal Pribadi

Dengan Rekan Sekerja ... 83 Tabel IV.26 : Intensitas Informasi Yang Bersifat Selentingan (Grafevine)

Diantara Sesama Karyawan ... 84 Tabel IV.27 : Komunikasi Melalui Aktivitas Regular Meeting Memilliki

Pengaruh Terhadap Hubungan Karyawan ... 85 Tabel IV.28 : Pemberian Penghargaan Pada Karyawan Yang


(11)

Tabel IV.29 : Pelaksanaan Promosi Untuk Kenaikan Jabatan ... 87 Tabel IV.30 : Informasi Yang Berkaitan Dengan Pekerjaan ... 87 Tabel IV.31 : Tingkat Kepuasan Terhadap Pesan Yang Disampaikan

Atasan Dapat Membuat Bawahan Merasa Bagian Dari

Perusahaan ... 88 Tabel IV.32 : Tingkat Kepuasan Terhadap Komunikasi Antara Karyawan

Dengan Atasan Atau Dengan Rekan Sekerja ... 89 Tabel IV.33 : Suasana Komunikasi Yang Terbuka Dapat Menumbuhkan

Perasaan Diakui (Sense Of Belonging) Terhadap Karyawan ... 90 Tabel IV.34 : Tingkat Kepuasan Terhadp Penyampaian Informasi Melalui

Media Penyampaian Pesan ... 91 Tabel IV.35 : Tingkat Kepuasan Terhadap Komunikasi Antara Sesama

Rekan Sekerja Selalu Mengalir Bebas ... 91 Tabel IV.36 : Tingkat Kepuasan Terhadap Komunikasi Dengan Rekan

Sekerja Mengenai Desas-Desus Di Lingkungan Kerja ... 92 Tabel IV.37 : Motivasi Yang Diberikan Atasan Dapat Merangsang

Karyawan Untuk Memenuhi Tujuan Organisasi Dan

Berpihak Pada Organisasi ... 93 Tabel IV.38 : Tingkat Kepuasan Terhadap Ketenagan Bekerja

Dilingkungan Kerja ... 94 Tabel IV.39 : Tanggapan Terhadap Situasi Lingkungan Kerja ... 94 Tabel IV.40 : Hubungan Antara Tingkat Keikutsertaan Karyawan Dalam

Mengikuti Aktivitas Regular Meeting Dengan Pengaruh Positif Kegiatan Regular Meeting Terhadap Hubungan

Karyawan ... 95 Tabel IV.41 : Hubungan Antara Frekuensi Komunikasi Dengan Kepuasan

Pelaksanaan Promosi Untuk Kenaikan Jabatan ... 97 Tabel IV.42 : Hubungan Antara Atasan Selalu Memberika Pesan-Pesan

Untuk Memotivasi Dengan Motivasi Yang Diberikan Dapat Merangsang Karyawan Untuk Memenuhi Tujuan Organisasi Dan Berpihak Pada Organisasi ... 98


(12)

Tabel IV.43 : Hubungan Antara Suasana Terbuka Selalu Mewarnai Hubungan Komunikasi Antara Sesama Karyawan Atau Dengan Atasan Dan Susana Komunikasi Yang Terbuka Dapat Menumbuhkan Perassan Diakui

(Sense Of Belonging) Terhadap Karyawan ... 99 Tabel IV.44 : Hubungan Antara Evaluasi Tugas Dengan Pemberian

Penghargaan Kepada Karyawan Yang Menyelesaikan

Tugas Tepat Waktu ...101 Tabel IV.45 : Karyawan Selalu Merasakan Adanya Saling Pengertian

Antara Rekan Sekerja Dalam Berkomunikasi Dengan

Tingkat Situasi Dan Lingkungan Kerja ...102 Tabel IV.47 : Hasil Korelasi Pearson ...105


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pola Komunikasi Organisasi dalam Employee Relations” dengan sub judul studi korelasional tentang hubunngan pola komunikasi organisasi terhadap employee relations PT. FIF Cabang SPEKTRA Medan.

Salah satu bentuk pola komunikasi organisasi yang mengatur hubungan antara perushaan dengan para karyawannya merupakan aktivitas regular meeting. Regular meeting dilakukan antara lain adalah untuk menciptakan hubungan atau komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan karyawannya dalam upaya membina kerjasama dan hubungan yang harmonis diantara keduanya, sehingga dapat membentuk iklim komunikasi yang positif. PT. FIF Cabang SPEKTRA Medan adalah perusahaan yang secara rutin melakukan aktivitas regular meeting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel pola komunikasi organisasi terhadap variabel

employee relations.

Pola komunikasi organisasi dalam aktivitas regular meeting dipengaruhi oleh jaringan komunikasi, yaitu jaringan komunikasi formal dan informal. Sedangkan employee relations adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan, dimana kepuasan terhadap lingkungan komunikasi dapat menciptakan saling pengertian (mutual understanding), kerjasama (relationship) serta motivasi diantara pihak manajemen dengan para karyawannya.

Tipe penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional digunakan untuk meneliti hubungan di antara varibel-variabel, dan hubungan dari variabel-variabel itu disebut sebagai korelasi. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan penyebaran angket (quesioner) kepada 44 responden yang terdiri dari 39 pertanyaan. Untuk melakukan analisa data mengenai hubungan antara variabel pada penelitian, menggunakan teknik statistik dengan menggunakan analisa korelasi melalui tabel tunggal dan tabel silang. Teknik statistik yang digunakan dalam analisa korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan alat bantu software SPSS 15.0.

Adapun hipotesis yang diajukan adalah Ha “ Terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi dalam aktivitas regular meeting terhadap employee relations” dan H0 “tidak terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi dalam aktivitas regular meeting terhadap employee relations”.

Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,877 antara variabel pola komunikasi organisasi (X) dan variabel employee relations (Y), yang berarti bahwa hubungan menunjukkan korelasi sangat tinggi/ kuat sekali. Hubungan tersebut juga signifikan pada taraf kepercayaan 95%, dan diperoleh kesimpulan bahwa, pengaruh pola komunikasi organisasi terhadap employee relations sebesar 76,91%, dan sisanya 23,09% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang berkomunikasi dan berintekrasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja. Manusia sebagai mahluk sosial di dalam memenuhi kebutuhan yang merupakan bagian dari tujuan hidupnya adalah dengan cara bekerja. Menurut Panji Anggoro dan Wiwik Widiyanti (1990:31) kerja adalah aktivitas dasar dan dijadikan bagian essential dari kehidupan manusia dan memberikan status mengikat seorang individu lain serta masyarakat kerja merupakan aktivitas sosial yang memberikan isi dan makna pada kehidupan.

Orang-orang memasuki organisasi tentunya sesuai dengan keinginannya untuk mencapai cita-cita yang tidak dapat dicapainya secara sendiri. Untuk itu, diperlukan peranan komunikasi organisasi dalam mempermudah individu berkomunikasi dan berintekrasi dengan individu lain untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Melalui komunikasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman.

Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit

tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya mencapai tujuan–tujuan tersebut maka dibutuhkan kerjasama yang baik di antara sumber daya yang terdapat dalam organisasi. Salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi adalah karyawan. Karyawan merupakan salah satu anggota organisasi


(15)

yang dapat menentukan keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Tanpa adanya dukungan yang baik dari para karyawan maka organisasi akan sulit dalam mencapai tujuan-tujuannya. Karyawan dapat berkerja dengan baik apabila didalam organisasinya terdapat bentuk hubungan dan komunikasi yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh pihak manajemen dan para karyawan sebagai bawahannya.

Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu, kelompok, maupun dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi memiliki kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana menyampaikan informasi dan menerima informasi merupakan hal yang tidak mudah, dan menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Dalam komunikasi organisasi, aliran informasi merupakan proses yang rumit, karena melibatkan seluruh bagian yang ada dalam organisasi. Informasi tidak hanya mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga sebaliknya dari bawah ke atas dan juga mengalir diantara sesama karyawan.

Untuk membentuk kerjasama yang baik antara organisasi dan para anggota, maka dibutuhkan bentuk hubungan serta komunikasi yang baik antara para anggota organisasi. Hubungan komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu disebut dengan pola komunikasi dalam struktur organisasi. Pola komunikasi dalam struktur organisasi merupakan bentuk interaksi pertukaran pesan antar anggota organisasi, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal. Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi.


(16)

Menurut McNamara, keterampilan mengelola rapat merupakan perjalanan menuju komunikasi yang efektif yang merupakan salah satu prinsip-prinsip pokok komunikasi informal organisasi. Pertemuan-pertemuan dianas yang melibatkan pada staff dan pegawai, baik itu yang diselenggarakan di markas besar maupun di kantor-kantor cabang, dan juga konfrensi tingkat nasional, merupakan acara berkumpul yang bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban, sekaligus untuk menciptakan hubungan yang baik antara pihak manajemen dengan para pegawai. Dalam acara-acara tersebut, berlangsung suatu bentuk pola komunikasi organisasi yang paling efisien, yakni komunikasi tatap muka.

Salah satu bentuk aktivitas komunikasi yang dapat mempertemukan antara karyawan dengan atasannya adalah kegiatan regular meeting yang dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan regular meeting adalah salah satu bentuk dari aktivitas pola komunikasi organisasi yang dilakukan perusahaan untuk membentuk iklim komunikasi yang positif dengan memelihara hubungan yang harmonis antara perusahaan atau pihak manajemen dengan para karyawannya.

Pelaksanaan regular meeting dalam suatu organisasi merupakan sarana teknis atau suatu kegiatan metode komunikasi yang memiliki kekuatan mengelola sumber daya manusia dan lain sebagainya demi pencapaian tujuan organisasi. Kemudian, pada akhirnya hal tersebut bermuara pada peningkatan produktivitas perusahaan baik dilihat secara kuantitas maupun kualitas, bentuk produk-produk barang atau pemberian jasa yang ditawarkan kepada publik sasarannya (konsumen dan customer).


(17)

Pencapain produktivitas itu bukan hanya merupakan hasil kerja keras dari pihak pekerjanya, tetapi juga berkaitan dengan hasil motivasi dan prestasi para pekerja yang bersedia untuk bekerja dengan penuh semangat, memiliki kebanggaan, berdisiplin tinggi, serta mampu mencapai standar kerja yang efisien dan efektif dalam hal pengeluaran tenaga, biaya, waktu dalam berproduksi.

Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri banyak dipengaruhi oleh kegiatan dan fungsi public relation. Dalam fungsi public relations terdapat berbagai macam bentuk hubungan yang dapat dilakukan. Diantaranya yang umum dilakukan adalah, community relations, government relations, consumer relations, investor relations, media relations dan employee relations. Semua bentuk hubungan-hubungan tersebut diatur oleh public relations,

dengan tujuan untuk mencapai pengertian publik (public understanding),

kepercayaan publik (public confidence), dukungan public (public support), dan kerjasama publik (public cooperation). (S.K. Bonar, 1993:55)

Di dalam sebuah organisasi salah satu bentuk hubungan dalam public relations yang mengatur hubungan antara perusahaan dan para karyawannya adalah employee relations. Dengan kata lain employee relations adalah bentuk hubungan yang dilakukan untuk menciptakan komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawannya dalam upaya membina kerjasama dan hubungan yang harmonis di antara keduanya. Employee relations juga bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding),

kerjasama (relationship) serta motivasi diantara pihak manajemen dengan para karyawannya.


(18)

Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations, hubungan publik internal tersebut sama pentingnya dengan masyarakat eksternal, karena kedua bentuk hubungan masyarakat tersebut diumpamakan sebagai dua sisi mata uang yang mempunyai arti sama dan saling terkait erat satu sama lainnya (Ruslan, 2003:222).

Komunikasi ke dalam melalui employee relations diharapkan akan menimbulkan hasil yang positif, yaitu dimana karyawan merasa mendapatkan perlakuan yang adil, ketengan bekerja, perasaan diakui, mendapatkan penghargaan atas hasil kerja dan sebagai penyalur perasaan. Sehingga dapat menciptakan rasa memiliki (sense of belonging).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, bahwa pola komunikasi dalam organisasi pada aktivitas regular meeting bertujuan untuk mencipatakan iklim komunikasi yang dapat membantu mencapai tujuan perusahaan, yaitu iklim komunikasi yang dapat berkembang dengan baik, iklim komunikasi yang dapat meningkatkan saling keterbukaan dan hubungan baik antara pihak manajemen dengan setiap karyawan, iklim komunikasi yang berorientasi pada kepentingan karyawan, dan dapat membangkitkan minat, semangat kerja, produktivitas kerja, motivasi yang mengarahkan pada hubungan karyawan (employee relations) yang positif.

Dalam penelitian ini penulis memilih SPEKTRA (Sumber Pembiayaan Elektronik Astra) Medan sebagai objek penelitian. Alasan-alasan penulis dalam memilih SPEKTRA Medan sebagai objek penelitian adalah, karena SPEKTRA Medan adalah grup perusahaan PT. Astra International Tbk yang secara gencar


(19)

melakukan aktivitas regular meeting dalam lingkungan organisasinya yang tujuannya untuk meningkatkan employee relations yang akan mengahasilkan pelayanan jasa dan produktivitas kerja karyawannya. Aktivitas regular meeting

tersebut berlangsung secara rutin, setidaknya satu kali dalam setiap minggu. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian ini.

Menurut pendapat dari beberapa karyawan melalui hasil wawancara dengan beberapa karyawan PT. FIF SPEKTRA Medan, menyatakan mengenai aktivitas regualar meeting yang selama ini dilakukan, mereka mengatakan bahwa

regualar meeting yang rutin dilakukan memiliki pengaruh positif terhadap hubungan karyawan (employee relations) dalam lingkungan komunikasi organisasi mereka. Karyawan menilai bahwa regular meeting merupakan media yang baik untuk menjalin hubungan baik antara sesama karyawan, atau atasan dengan bawahannya. Melalui regular meeting karyawan juga mendapatkan informasi-informasi penting mengenai pekerjaan ataupun mengenai kebijakan-kebijakan baru dari perusahaan. Disamping itu ada juga karyawan yang menyatakan, bahwa regular meeting yang dilakukan tidak terlalu memiliki dampak positif terhadap hubungan karyawan (employee relations) lingkungan komunikasi organisasi mereka. Kerena mereka menilai bahwa semua pesan-pesan yang disampaikan dalam regular meeting dapat disampaikan melalui media penyampaian lainnya seperti papan pengumuman, dan untuk berinteraksi antar sesama karyawan atau antara atasan dengan bawahan, dapat dilakukan setiap saat tanpa melalui kegiatan regualar meeting.


(20)

Bermula dari melayani pembiayaan leasing sepeda motor khusus sepeda motor HONDA di Indonesia, pada tahun 2007 memulai pembiayaan kredit elektronik untuk karyawan PT. Federal International Finance (PT. FIF) dan karyawan Affiliation Company Astra Group, seperti Astra Daihatsu, Astra Credit Company dan United Tractor. Melihat begitu besar permintaan dari target customer, PT. FIF yang selama ini dikenal sebagai salah satu perusahaan leasing yang hanya mempasilitasi pembiayaan perkreditan sepeda motor dalam Group Astra mulai merambah pembiayaan perkreditan produk-produk elektronik.

Seiring dengan bergesernya waktu, terhitung Agustus 2007, banyak toko elektronik di kota Medan resmi menjadi rekanan PT. FIF dalam memfasilitasi pembiayaan kredit elektronik. Kali ini tidak saja untuk lingkungan karyawan, namun PT. FIF menyatakan resmi untuk pembiayaan produk-produk elektronik dan furniture. Peresmiannya sendiri dilaksanakan 1 November 2007 dengan mengusung nama SPEKTRA.

Tidak terlepas dari reputasi baik yang dimiliki oleh PT. Federal International Finance sebagai suatu organisasi profit atas kualitas produk serta pelayanan jasanya, dan juga berdasarkan fenomena yang telah disebutkan di atas, sehingga penulis merasa perlu melakukan penelitian ini, dan memberikan jawaban atas fenomena tersebut. Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu, dengan mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel dalam penelitian ini, yaitu Hubungan Pola Komunikasi Organisasidalam Employee Relations pada PT. FIF Cabang SPEKTRA Medan.


(21)

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, untuk mengetahui adakah Hubungan antara Pola Komunikasi Organisasi pada aktivitas Regualar Meeting terhadap Employee Relations pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan.

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dibatasi pada Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dalam aktivitas Regualar Meeting dengan Employee Relations pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan.

2. Objek penelitian ini adalah karyawan PT. FIF cabang SPEKTRA Medan. 3. Waktu penelitian dari September-Desember 2009

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui sejauh mana Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dalam aktivitas Regular Meetiing terhadap Employee Relations padaPT. FIF cabang SPEKTRA Medan


(22)

2. Untuk mengetahui bentuk pola komunikasi organisasi yang terjadi dalam aktivitas regular meeting pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan

I.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian, yaitu:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis mengenai kajian komunikasi organisasi sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi

2. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis dalam ilmu komunikasi bidang studi komunikasi organisasi, khususnya mengenai Pola Komunikasi Organisasidan Employee Relations.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif bagi jajaran staf pimpinan dan karyawan PT. FIF cabang SPEKTRA Medan.

I.5 Kerangka Teori

Menurut (Singarimbun, 2006:37) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan posisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan merumuskan hubungan antara konsep. Dengan adanya kerangka konsep teori akan mempermudah peneliti dalam menganalisa masalah penelitian.

Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah : Komunikasi, Komunikasi Organisasi, Pola Kominikasi Organisasi, Hubungan karyawan (Employee Relations).


(23)

I.5.1 Komunikasi

Carl I. Hovland mendefenisikan ilmu komunikasi adalah proses dimana seorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah prilaku orang lain (komunikan), (Efendy, 2002:48). Bernard Berelson dan Garry A dalam karyanya “Human Behavior” mendefenisikan komunikasi adalah penyampaina informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang, kata-kata, gambar-gambar bilangan, grafika dan sebagainya. Kegiatan atau proses penyampaian inilah yang biasa disebut komunikasi (Effendy, 2002:48).

Disini dapat diartikan bahwa komunikasi untuk mengubah prilaku itulah yang menjadi objek studi komunikasi, yakni bagaimana caranya agar seseorang atau sejumlah orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan tertentu atau melakukan tindakan tertentu sesuai dengan yang diinginkan pelaku komunikasi. Harold Lasswell mengemukakan “bahwa cara yang paling tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan, siapa yang menyampaikan pesan, apa yang disampaikan, melalui salauran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2000:18).

Everett M. Rogers mendefenisikan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud utnuk merubah tingkah laku mereka (Cangara, 2000:19). Dari defenisi-defenisi tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia saling pengaruh-mempengaruhi, satu sama lainnya, karena itu jika kita


(24)

berada dalam situasi berkomunikasi maka kita memiliki beberapa persamaan dengan orang lain seperti kesamaan bahasa yang digunakan.

I.5.2 Komunikasi Organisasi

Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan sekerjanya, pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi, dan para penyelia tidak dapat memberikan instruksi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, dan organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi.

Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang saling berubah-ubah (Muhammad, 1995:67). Komunikasi akan selalu terjadi dalam setiap kegiatan organisasi dengan tujuan untuk menciptakan saling pengertian dan kerjasama pada setiap anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace dan Faules, 2005: 32). Salah satu tantangan besar dalam


(25)

komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi.

Jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada aliran informasi. Tantangan dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Untuk menjalankan dan mencapai tujuan tersebut maka dalam organisasi terdapat empat arah formal jaringan komunikasi dan satu arah informal dalam organisasi.

1. Pola komunikasi organisasi

Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit.

Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Terdapat dua macam jaringan komunikasi organisasi (Muhammad, 1995:102), yaitu :

A. Jaringan Komunikasi Formal

Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi


(26)

dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari para manajer kepada karyawannya, pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward communication, horizontal communication dan diagonal communication.

Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan, dimana umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi. ada lima tujuan pokok yaitu :

1. Memberi pengarahan atau instruksi kerja

2. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan 3. Memberi informasi tentang prosedur dan praktik organisasional 4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan

5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

Salah satu kelemahan jaringan komunikasi ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan informasi atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan. Untuk komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat mebantu pencapaian tujuan organisasi. Sementara untuk mencapai keberhasilan komunikasi ke atas ini, para manajer harus memiliki rasa percaya kepada para bawahannya.

Untuk komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Adapun tujuan jaringan komunikasi ini adalah untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberi informasi kepada bagian atau departemen yang


(27)

memiliki kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer suka melakukan tukar menukar informasi dengan paratemanya yang berbeda departemen terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan.

B. Jaringan Komunikasi Informal

Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/ jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringkali kurang akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena biasanya lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar desas-desus.

Di dalam jaringan komunikasi informal ini, tentunya ada berbagai macam informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi yang paling utama atau paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi informal dalam suatu organisasi, yakni: gosip dan rumor.

Pola jaringan komunikasi informal sangat penting bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari sisi individual sering membuat frustasi atau menjengkelkan pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dimana banyak jalur yang harus dimasuki/ dilewati sebelum langsung ke pengambilan keputusan. Dari sisi perusahaan kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi dapat mengambarkan suatu kemungkinan munculnya kesalah pahaman.


(28)

I.5.3 Hubungan karyawan (Empolyee Relation)

Kegiatan sebuah perusahaan untuk memelihara hubungan, khususnya antara pihak atasan dengan para karyawannya merupakan fungsi dari public relations. Hubungan ini dalam rangka kepengawaian secara formal. Employee relations/ public pegawai adalah salah satu internal public yang dijadikan salah satu sasaran dari kegiatan PR, di dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka merupakan suatu potensi yang sangat berarti dalam organisasi, potensi yang mana dapat dikembangkan lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Cultip dan Center (1982:290), pengertian publik internal atau dikenal dengan Employee relations, yaitu sekelompok orang bekerja (karyawan atau pegawai) di dalam suatu organisasi, instansi lembaga atau perusahaan.

Karyawan atau pekerja merupakan asset yang cukup penting dalam perusahaan. Nyatanya karyawan itu sendiri terkait erat dengan status atau kedudukan yang saling berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, mempunyai perbedaan yang cukup mencolok. Misalnya dapat dilihat pada tingkatan kemampuan, pengalaman, pendidikan, pangkat, gaji, usia dan lain sebagainya. Akan tetapi pada prinsipnya karyawan tersebut memiliki keinginan yang sama terhadap pihak pimpinan atau perusahaan yaitu:

1. Ingin mendapatkan perlakuan yang adil dan sama dalam hal kesempatan berkarir dari perusahaan dan meraih prestasi kerja yang maksimal sesuai dengan kemampuan.


(29)

3. Keinginan-keinginan atau perasaan diakui atau dihargai oleh perusahaan atau pimpinan.

4. Mendapatkan penghargaan atas hasil kerja dari perusahaan

5. Keinginan penyaluran perasaan, contohnya seperti penerbitan majalah atau lembaran stensilan yang berfungsi menjembatani hubungan batin antara pimpinan dengan bawahan.(Onong Uchjana Effendy, 1989:145).

Karena perbedaan status dan kedudukan masing-masing tiap individu dalam suatu perusahaan itu dapat menimbulkan permasalahan komunikasi internal antara pihak manajemen dengan para karyawannya. Sementara dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam komunikasi internal pihak meanajemen harus membina hubungan yang baik dengan karyawan untuk membentuk iklim komunikasi organisasi yang positif.

I.6 Kerangka Konsep

Untuk mempermudah menyusun hipotesis dan sekaligus memberikan uraian yang terinci tentang materi yang dirumuskan dalam hipotesis, perlu disusun uraian-uraian yang disebut kerangka konsep. Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional merupakan uaraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai, dapat mengantar peneliti pada perumusan hipotesis. (Nawawi, 1995:33).

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel Bebas (Independen Variabel) yang diwakili oleh X adalah Pola


(30)

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) yang diwakili oleh Y adalah Employee Relations

3. Variabel Antara (Intervening Variabel) Variabel yang diwakili oleh Z adalah variabel yang menghubungkan variabel bebas dan terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responsen.

Berdasarkan variabel-variabel yang telah ditetapkan diatas maka terbentuklah model teoritis atau desain penelitian sebagai berikut :

Model Teoritis

±

Variabel Bebas (X) Pola Komunikasi Organisasi

Variabel Terikat (Y)

Employee Relations

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden


(31)

I.7 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dijelaskan di atas, untuk lebih memudahkan operasionalisasi pemecahan maslah maka perlu dibuat operasionalisasi variabel, sebagai berikut :

Variabel Teoritis Variabel Operasional Varabel Bebas (X)

Pola Komunikasi Organisasi

A. Jaringan Komunikasi Formal 1. Komunikasi ke Bawah

a. Instruksi Kerja b. Rasional c. Informasi d. Balikan e. Ideologi

2. Komunikasi ke Atas

a. Informasi tentang pekerjaan yang sudah ada b. Menawarkan saran dan ide

c. Menyampaikan keluhan d. Keterbukaan hubungan 3. Komunikasi Horizontal

a. Mengkoordinasikan tugas-tugas b. Saling berbagi informasi

c. Memecahkan masalah d. Menyelesaikan konflik

e. Menjamin pemahaman yang sama f. Membina hubungan interpersonal B. Jaringan Komunikasi informal

a. Gossip b. Rumor Variabel Terikat (Y)

Employee Relations

1. Saling pengertian (mutual understanding) 2. Kerjasama (releationsip)

3. Motivasi Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Lama bekerja


(32)

I.8 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, dapat diketahui pengukuran suatu variabel. Dalam penelitian ini, defenisi operasionalnya adalah :

1. Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun informal organisasi. 2. Jaringan komunikasi formal adalah pesan yang mengalir melalui jalan resmi

yang ditentukan leh hierarki resmi organisasi atau fungsi pekerjaan. Ada tiga bentuk utama, yaitu : komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal.

3. Komunikasi ke bawah (downward communication) adalah arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya.

4. Lima tipe komunikasi ke bawah, yaitu :

a. Instruksi Kerja adalah pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya.

b. Rasional adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi. c. Informasi adalah pesan yang dimaksudkan untuk memperkenalkan

bawhan dengan praktek-praktek organisasi, peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain.


(33)

d. Balikan yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya

e. Ideologi adalah pesan yang bertujuan mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.

5. Komunikasi ke atas (Upward Communication) adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.

6. Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi.

7. Jaringan komunikasi informal yaitu bila karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin (Muhammad, 1995 : 124).

8. Employee Relations adalah adalah bentuk hubungan yang dilakukan untuk menciPT.akan komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawannya dalam upaya membina kerjasama dan hubungan yang harmonis di antara keduanya. Employee relations juga bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding), kerjasama (relationship)

serta motivasi diantara pihak manajemen dengan para karyawannya.

9. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain.


(34)

a. Usia adalah lama hidup responden

b. Jenis kelamin adalah penggolongan responden menjadi dua golongan yaitu pria dan wanita.

c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir dari seorang karyawan. d. Lama bekerja adalah lamanya seseorang sudah bekerja di sebuah

perusahaan. I.9 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu yang keandalannya biasanya tidak diketahui, atau hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak (Black & Dean, 2001:109)

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ha : Terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi dalam aktivitas

regular meeting terhadap employee relations

H0 : Tidak terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi dalam aktivitas


(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Menurut Nawawi (1995:40), dalam sebuah penelitian perlu dibuat kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari segi manda penliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Sedangkan Kerlinger menjabarkan pengertian teori sebagai suatu himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, utnuk menjelaskan relasi diantara gejala tersebut (Rakhmat, 1998:6). Berikut merupakan teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

II.1 Pengertian Komunikasi

Kenyataan telah menunjukkan bahwa komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi mahluk sosial, setiap manusia akan melaksanakan kegiatan komunikasi bila ingin mengadakan hubungan dengan pihak lain. Oleh sebab itu, terjadinya komunikasi adalah sebagi konsekuensi hubungan sosial (Effendy, 2002:3).

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin

communication yang bersumber pada kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna. Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain


(36)

untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau prilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2002:4).

Carl. I Hovland mendefenisikan komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) (Effendy, 2002:48). Horold Lasswell menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang sampaikan, melalui jaringan apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2000:18).

Defenisi-definisi yang dikemukakan tersebut tentunya belum mewakili semua defenisi komunikasi yang telah dibuat banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah memperoleh gambaran seperti apa yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja (Cangara, 2000:20).

Karena itu jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat lebih efektif maka dapat digunakan komunikasi yang efektif berarti, bahwa komunikator dan komunikan, dalam hal ini lembaga dan masyarakat sama-sama memiliki pengertian yang sama mengenai sesuatu yaitu kebutuhan dan keinginan dari masyarakat terpenuhi dengan baik.


(37)

Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan diatas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam “bahasa komunikasi” komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan, bisa terdiri dari 1 orang tetapi juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga.

2. Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang yang ditujukan oleh komunikator kepada komunikan.

3. Komunikan adalah orang yang menerima pesan, bisa terdiri dari satu orang atau lebih.

4. Media adalah sarana atau jaringan yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

5. Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan yang berupa sikap dan tingkah laju seseorang (Effendy, 2002:6)

Joseph A. Devito membagi komunikasi atas empat macam, yakni komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi public dan komunikasi massa (Cangara, 2000:29). Seperti telah disinggung di muka, kegiatan humas pada hakekatnya adalah kegiatan komunikasi dan komunikasi yang digunakan pada kegiatan humas ini adalah komunikasi public (Public Communication).

Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang


(38)

cukup mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing. Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontiniu. Dapat di identifikasi siapa yang berbicara dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas. Hal ini disebabkan oleh jumlah khalayak yang relatif besar (Cangara, 2000:34).

Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur (Cangara, 2000:2)

II.2 Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisai sangat penting dan layak untuk dipelajari karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberikan perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan organisasi, baik organisasi kormersial seperti lembaga bisnis dan industri maupun organisasi-organisasi sosial seperti lembaga-lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta.

Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Bahkan studi komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi karir dalam manajemen, pengembangan sumber daya manusia, dan komunikasi perusahaan, dan tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu


(39)

organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun juga, setidak-tidaknya ada satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan pesan.

Secara tradisional (fungsionalis dan objektif) komunikasi organisasi cenderung menekankan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu ”batas organisasional (organizational boundary). Fokus utamanya adalah menerima, menafsirkan dan bertindak berdasarkan informasi dalam suatu konteks. Dimana tekanannya adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Redding dan Sanborn memberikan pengertian bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Kemudian katz dan khan menyatakan bahwa komunikai organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi, dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. (Muhammad, 1995:65)

Komunikasi mendudukkan struktur organisasi dan adaptasinya dengan lingkungan. Bila organisasi merupakan suatu pemroses informasi besar, maka maksud proses komunikasi adalah untuk memperoleh informasi yang tepat bagi orang yang tepat pada saat yang tepat.

Sementara sifat terpenting komunikasi organisasi adalah pencipt.aan pesan, penfasiran dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada


(40)

konsepsi seseorang mengenai organisasi. Bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur atau wadah yang telah ada sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai “suatu substansi nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping dalam suatu wadah”. Dalam pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan dari sistem organisasi.

Organisasi diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan (Gitosudarmo & Sudila, 2000:57). Atau dengan meminjam defenisi dari Goldhaber yang menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling tukar menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah (Muhammad, 1995:67).

II.2.1 Pola komunikasi organisasi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pola komunikasi merupakan suatu sistem penayampaian pesan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti tertentu dan pengoperan langsung untuk mengubah tingkah laku individu yang lain untuk tingkah laku individu yang lain.

Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan dan sistim pesan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan


(41)

untuk perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit.

Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Untuk menjalankan dan mencapai tujuan tersebut maka dalam organisasi terdapat beberapa arah formal dan informal jaringan komunikasi dalam organisasi.

Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam bentuk aktivitas regualar meeting. Dimana pola komunikasi yang terdapat dalam aktivitas regular meeting itu sendiri banyak dipengaruhi oleh jaringan komunikasi. Secara umum pola komunikasi yang terdapat dalam aktivitas regular meeting dikelompokkan menjadi jaringan komunikasi formal dan informal.

Menurut Muhammad (1995:102), jaringan komunikasi yang terdapat dalam organisasi meliputi :


(42)

1. Jaringan Komunikasi Formal

Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hirarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan formal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti struktur organisasi, yaitu:

a. Komunikasi Ke Bawah (Donward Communication)

Pada tingkat ini, arus pesan dan informasi dari pimpinan atau manajer yang berada pada struktur lapisan atau organisasi mengalir keseluruh lapisan bawah organisasi, kepada seluruh pegawai yang berada di bawah struktur organisasi. Secara umum komunikasi kebawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe, yaitu:

1. Intruksi tugas

Yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahannya mengenai apa yang dihapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan itu mungkin bervariasi seperti perintah langsung, deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya. Intruksi tugas yang tepat dan langsung cendrung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman minimal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang kompleks, dimana pegawai diharapkan pertimbangannya, keterampilan dan pengalamannya.


(43)

2. Rasional

Yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi, kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila pimpinan menggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan menganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.

3. Ideologi

Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional, penekananya ada pada tugas dan kaitannya dengan perepektif organisasi. Sedangkan pada ideologi sebaliknya, mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.

4. Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan peraktek-peraktek organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keruntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional, Misalnya handbook bagi pegawai.

5. Balikan

Yaitu pesan berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran


(44)

gaji pegawai yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah memuaskan. Tetapi apabila hasil pekerjaan pegawai kurang baik, balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap pegawai tersebut.

Dalam realitas, ketika organisasi dalam skala relatif kecil karena baru bertumbuh, kesederhanaan struktur, komunikasi, keterlibatan dan keikatan pegawai relatif tinggi. Tetapi manakala telah berkembang makin besar dan kompleks, dimana struktur tugas dan penerapan tekhnologi tinggi yang makin massif, serta tingkat pelayanan produksi barang dan jasa makin bervariasi, meningkat dalam volume dan kuantitas serta kualitas. Secara komunikatif, organisasi cendrung akan mengalami banyak kemunduran yang dirasakan pegawainya.

Persoalan komunikasi yang sering kali muncul pada tingkatan ini, adalah persoalan relavansi dan ketetapan isi pesan dan informasi dimana pesan dan informasi tersebut mengalami disortasi, gangguan, penyaringan (filtering) ataupun arti pesan yang telah dilebih-lebihkan (exaggeration), serta waktu (timing) penyampaian yang tidak tepat. (Muhammad, 1995:110)

b. Komunikasi Ke Atas (Upward Communication)

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkatan yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi. Arus pesan pada tingkatan ini berisikan tentang laporan (harian, mingguan, bulanan dan tahunan), tugas-tugas yang telah diselesaikan, pertanyaan yang tidak


(45)

atau kurang jelas mengenai metode dan prosedur kerja, pertanggung jawaban karyawan kepada pimpinan atau tugas yang dipercayakan padanya.

Tujuan dari komunikasiini adalah untuk memberikan balikan, memberikan sran dan mengejukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap pegawai, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan. Dapat dikatakan, komunikasi pada tingkat ini merupkan sarana atau mekanisme umpan balik (feedback) dari bawahan kepada atasan.

Pada arus komunikasi ke atas juga sering kali mengalami persoalan pada relavansi dan kurasi pesan dan informasi, terutama diantara jaringan organisasi lainnya. Masalah yang dimaksud terutama adalah penyaringan (filtering) dan melebihkan arti pesan (exaggeration). Pegawai cendrung memberikan laporan pada hal-hal yang baik saja mengenai tugas, tanggungjawab ndan mengenai departemennya dan organisasi yang dipahaminya kepada pemimpin.

Sharma (Muhammad, 1995:118) mengatakan beberapa kesulitan untuk mendapatkan informasi dari pegawai mungkin disebabkan oleh beberapa hal diantaranya sebagai berikut :

1. Kecendrungan pegawai untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya. Hasil studi memperlihatkan bahwa pegawai merasa bahwa mereka akan mendapatkan kesukaran bila menyatakan apa yang sebenarnya menurut pikiran mereka. Karena itu cara yang terbaik adalah mengikuti apa yang disampaikan oleh supervesor maupun atasan mereka.


(46)

2. Perasaan pegawai bahwa pimpinan dan supervesor tidak tertarik kepada masalah mereka. Pegawai sering melaporkan bahwa pimpinan mereka tidak perhatian terhadap masalah-masalah mereka.

3. Kurangnya rewards atau penghargaan terhadap pegawai yang berkomunikasi ke atas. Seringkali supervesor dan pimpinan tidak memberikan penghargaan yang nyata kepada pegawai untuk memlihara keterbukaan komunikasi ke atas. 4. Perasaan pegawai bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan

memberikan respon terhadap apa yang dikatakan oleh pegawai. Supervisor terlalu sibuk untuk mendengarkan atau pegawai susah untuk menemuinya.

Sikap seperti ini sangat berbahaya bagi organisasi dalam jangka panjang sebab informasi yang relevan dan akurat sangat diperlukan pimpinan untuk membuat keputusan dan kebijakan yang arif, akurat dan efektif, didasarkan pada informasi yang biasa, tidak relevan dan tidak tepat. Maka besar kemungkinan keputusan yang dibuat tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

Salah satu masalah yang penting adalah bagaimana menciptakan iklim saling percaya, saling menghargai meningkatkan kejujuran dan keakraban antara pimpinan dengan pegawai. Hal ini merupakan bagian dari tugas para eksekutif puncak.

c. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkat otoritasnya didalam organasasi. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan


(47)

masalah, penyelesaian konflik dan saling membagi informasi. Ada beberapa tujuan tertentu dari komunikasi horizontal diantarnya adalah :

1. Mengkoordinasikan tugas-tugas.

2. Saling memberikan informasi untuk perencanaan dan aktifitas-aktifitas.

3. Memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama.

4. Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan antara bagian dengan bagian yang lainnya.

5. Menjamin pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu.

6. Mengembangkan sokongan interpersonal dari temannya.

Kontak interpersonal dalam komunikasi horizontal yang mungkin terjadi dapat berupa rapat-rapat komite, interaksi informal pada waktu jam istirahat, percakapan telepon, memo dan nota, serta aktifitas sosial.

2. Jaringan Komunikasi Informal

Selain jaringan formal, arus pesan dapat melewati jaringan informal yaitu jenis jaringan dalam struktur organisasi yang sebenarnya tidak diikuti secara resmi keberadaanya oleh manajemen. Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin (Muhammad, 1995:124)

Komunikasi informasi cendrung berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang diperoleh dari desas-desus adalah berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang di umumkan oleh pihak pimpinan.


(48)

Informasi ini mengalir ke atas, ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, walaupun ada mungkin sedikit. Informasinya dapat berubah-ubah dan tersembunyi. Namun nyata, oleh karena tuntutan pegawai akan informasi relevan, akurat dan lengkap dalam tempo yang relatif singkat sangat besar dan beragam dalam mutu dan volume sedangkan kebutuhan informasi dimaksud tidak selalu dapat dipuaskan melalui jaringan formal.

Dengan kata lain, jaringan komunikasi informal dalam lingkup organisasi adalah suatu penyebaran pesan-pesan yang pada dasarnya tidak diketahui keabsahannya atau kebenarannya, pesan-pesan yang sudah melampaui aktivitas-aktivitas formal organisasi.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa di dalam jaringan komunikasi informal terdapat bebagai macam informasi yang mengalir. Namun dari semua itu terdapat dua tipe informasi yang mengalir paling utama dan informasi yang sering menjadi pembicaraan dalam organisasi. Adalah:

1. Gosip

Gossip, menurut Trice dan Bayer (1993) adalah “Gossip occurs between friends and associates and contains massages about others these people know and recent.” (Mills, Http://www.bond.ed.au/hss/communication/ANZCA /papers/CmillsPaper%5250.pdf). defenisi tersebut memberikan pengertian bahwa gosip adalah sesuatu yang muncul di kalangan teman-teman atau rekan kerja dan mengandung pesan-pesan tentang orang lain yang mereka tahu atau kenal serta tentang kejadian-kejadian yang baru saja terjadi


(49)

2. Rumor

Secara lebih luas, rumor adalah sebuah cerita yang belum diketahui kebenarannya secara pasti yang terus berdar. Rumor adalah informasi-informasi yang belum diketahui kebenarannya secara pasti yang menyangkut orang-orang atau grup-grup yang dikenal langsung oleh si penyebar informasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Trice dan Bayer (1993) sebagai berikut :

“Incontrast, rumours are about people or groups unknown to the teller.”

(Mills, http://www.bond.edu.au/hss/communication/ANZCA/papers/CMills Paper%2520.pdf). Serta demikian pula dengan defenisi rumor menurut kamus

conciseoxford Dictionary tenth edition tentang rumor, yaitu : “A currently circulating story or report of unverified or doubtful truth.”

Keith Davis dalam bukunya yang berjudul prilaku dalam organisasi

menyatakan empat rantai arus pesan dalam jaringan komunikasi informal yang mungkin dijalankan dalam organisasi yaitu :

a. Single Starand (Tunggal)

Adalah pesan yang mengalir dari seorang A memberi tahu sesuatu kepada B, yang kemudian menceritakan kepada C, dan seterusnya mengikuti arus pesan tersebut.

b. Gosip (semua)

Adalah Seseorang mencari informasi dan memberi tahu setiap orang mengenai informasi yang diperolehnya.


(50)

c. Probability (acak)

Individual tidak membedakan mengenai siapa orang yang menerima informasi. Mereka menceritakan kepada orang secara acak, dan orang ini juga memberi tahu kepada orang lain secra acak.

d. Kelompok

Adalah seorang A menyampaikan informasi kepada beberapa orang tertentu, beberapa diantaranya kemudian memberi tahu beberapa orang tertentu yang lain. (www. gedeiwan.files.wordpress.com)

Jaringan komunikasi informal memiliki kelebihan dan kelemahan yang memberikan dampak kepada organisasi. Adapun kelebihannya adalah dapat berfungsi sebagai papan pengumuman yang menyuarakan kepenatan pegawai, membantu menyalurkan berita yang tidak bisa dikirim lewat jaringan formal, memperlancar proses penyelesaian tugas-tugas pekerjaan dan membantu memperbaiki kehidupan sosial dan organisasi karena pegawai saling berbagi berita selentingan, sehingga satu sama lain menjadi pemain kelompok yang kompak. Sedangkan kelemahannya adalah meskipun akurasi berita bisa 75% sampai 95% kebenaran namun seringkali kesalahan terjadi juga, pegawai terkadang dapat mengubah fakta sesuai kepentingan pribadinya dari pada menyampaikan fakta sebenarnya dan sulit memastikan siapa yang harus bertanggung jawab terhadap fakta selentingan tersebut dimana pesan dikirim secara tidak tepat.

Efek negatif dari grapevine dapat dikontrol oleh pimpinan dengan menjaga jaringan komunikasi formal yang bersifat terbuka, jujur, teliti dan sensitif


(51)

terhadap komunikasi ke atas, ke bawah dan horizontal. Pimpinan dapat memanfaatkan kelebihan jaringan ini untuk menunjang dan melengkapi pesan yang diperlukan, seperti suasana emosi, sentimen dan sikap karyawan terhadap berbagai masalah organisasi dan menajemen yang berkaitan dengan kepentingan pegawai dan keluarganya yang sulit didapat melalui jaringan formal, sehingga pimpinan dapat lebih arif dalam mengambil keputusan.

II.2.2 Model Jaringan Komunikasi

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, organisasi terdiri dari orang-orang yang menduduki suatu posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang-orang-orang tersebut terjadi pertukaran pesan/informasi melalui jaringan komunikasi (communication networking). Suatu jaringan komunikasi akan berbeda dalam sistem dan struktur antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.

Begitu juga peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya, maka hubungan tersebut akan ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam jaringan sistem komunikasinya. Untuk mengetahui model komunikasi dan peranannya dapat dipergunakan analisis jaringan komunikasi dalam upaya membangun hubungan atau koneksi orang-orang atau kelompok tertentu, misalnya hubungan atasan dengan bawahan atau sebaliknya pada sebuah organisasi,”Apa dan bagaimana” model jaringan komunikasi yang dipakai untuk mengatur mekanisme arus informasi, pesan, instruksi dan laporan kerjanya adalah sebagai berikut;


(52)

Rosady Ruslan, (1998:94) mengutip pendapat Stephen P. Robbins dalam bukunya, Organization Behaviour: concepts, controversies and applications.

Second Edition, Prentice-Hall, inc., Englewood Cliffs, New Jersey, (1983), bahwa dalam organisasi pada umumnya dikenal dengan lima model jaringan komuikasi, yaitu:

1. Model Rantai (Chain)

Metode jaringan komunikasi di sini terdapat lima tingkatan dalam jenjang hirarkisnya dan hanya dikenal sebagai system komunikasi arus ke atas (upward) dan kebawah (downward). Artinya model tersebut menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadi suatu penyimpangan. Model ini banyak dianut pada jaringan komunikasi dalam manajemen operasi militer, laporan keuangan (accounting), pembayaran gaji (Payroll) dan lain sebagainya yang bersifat sangat kaku. Hal ini dilakukan demi tercapainya ketelitian tinggi atau pengawasan ketat pada setiap tingkatan yang mewakili devisi/supervisor jenjang hirarkinya (lihat bagan model jaringan komunikasi).

2. Model Roda (Wheel)

Sistem jaringan komunikasi di sini menjadikan semua laporan, instruksi, perintah kerja dan kepengawasan terpusat satu orang yang memimpin dengan empat bawahan atau lebih. Dan tidak terjadi interaksi (komunikasi) antara satu bawahan dengan bawahan yang lain.


(53)

3. Model lingkaran (Circle)

Model jaringan komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota/staf bisa terjadi interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarki tetapi tanpa ada kelanjutannya pada tingkatan yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada setiap level. Misalnya komunikasi terjadi secara interaksi antar sesama bawahan dengan atasannya langsung (komunikasi berjenjang).

4. Model jaringan bebas (All-channel)

Model jaringan komunikasi system ini merupakan pengembangan model lingkaran (Circle). Di dalam model ini semua tingkatan dalam jaringan tersebut dapat melakukan interasksi timal balik tanpa melihat siapa yang menjadi tokoh sentralnya. Semua jaringan komunikasi antar tingkatan jenjang hirarkinya tidak dibatasi dan setiap staf/bawahan bebas melakukan interaksi dengan berbagai pihak/pimpinan atau sebaliknya.

5. Model Huruf”Y

Model jaringan komunikasi dalam organisasi di sini, tidak jauh berbeda dengan model rantai (Chain). Yaitu terdapat empat level jenjang hirarki, satu supervisor mempunyai dua bawahan dan dua atasan yang mungkin berbeda devisi atau department.


(54)

II.3 Hubungan karyawan (Employee Relations)

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa karyawan (pekerja) di dalam sebuah perusahaan merupakan asset yang cukup penting, dan dalam dunia public relations dikenal dengan internal public. Pengertian dari public internal (internal public), menurut Cultip dan Center (1982:290), dapat juga disebut hubungan masyarakat internal atau hubungan kepegawaian (employee relations) yang mempunyai arti sebagai sekelompok orang-orang yang sedang bekerja di suatu organisasi atau perusahaan yang jelas baik secara fungsional, organisasi maupun bidang teknis dan jenis pekerjaan (tugas) yang dihadapinya.

Artinya secara fungsional, tugas dan teknis pekerjaannya, yaitu sudah diatur oleh pihak-pihak manajemen perusahaan siapa yang ditunjuk sebagai pimpinan dan ada pihak lain bertindak sebagai bawahannya, kemudian di tetapkan pula persyaratan-persyaratan dan spesifikasi teknik pekerjaan yang ditentukan secara jelas, teratur, tertib dan rinci. Sehingga ketika sedamg berfungsi maka diharapkan tidak akan terjadi kekacauan atau tumpang tindih antara tugas pekerjaan yang satu dengan yang lainnya, karena setiap individual karyawan sudah ditentukan atau akan mengetahui tentang “apa dan bagaimana” dalam menjalankan pekerjaannya sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya masing-masing.

Perencanaan dan pelaksanaan suatu program informasi komunikasi dan pemeliharaan hubungan karyawan biasanya harus terletak pada seksi hubungan karyawan dari bagian hubungan masyarakatnya (PR). Nasihat serta kerjasama


(55)

manajemen dan staf, pelaksana yang melaksanakan hubungan personalia, karyawan, atau industri, harus diusahakan dalam menentukan tujuan, media, dan pesan dari program komunikasi. Koordinasi yang erat antara seksi hubungan karyawan dengan seluruh staf serta bagian pelaksanaan organisasi adalah penting.

Kegagalan dalam menyajikan informasi kepada karyawan tentang kebijakan dan perkembangan perusahaan yang mempengaruhi kepentingannya, akan menimbulkan kesalah pahaman, desas-desus palsu, dan kecaman. Apabila tidak diberikan informasi tentang hal seperti itu, maka karyawan akan membuat asumsinya sendiri, yang mungkin salah, atau mereka akan mendengarkan sumber dari luar, yang mungkin memberikan informasi yang tidak tepat (H Frazier Moore, 2005:347).

Para karyawan juga ingin menyatakan pendapatnya kepada manajemen tentang pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan hal-hal lain yang mempengaruhi kepentingannya. Pelaksanaan komunikasi dua arah yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan usulan kepada manajemen adalah penting (H Frazier Moore, 1998:5).

Scoot M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom 1982, dalam buku

Effective Public Relations mengatakan, “No organization relationship are as important as those with employee all levels”. Pernyataan tersebut mengatakan bahwa, tidak ada hubungan komunikasi yang lebih penting dari hubungan antar karyawan pada semua tingkatan. Tujuan employee relations adalah untuk mengenal, menyusun, dan kemudian memelihara hubungan yang harmonis antara


(56)

organisasi dengan para karyawannya, yang manfaatnya dapat dirasakan oleh kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.

Sebagaimana bahwa employee relations adalah merupakan salah satu bentuk dari aktivitas internal public relations, maka berkaitan dengan itu Frank Jefkins, (2005:355) mengatakan bahwa, “internal public relations is therefore one of the keys to successful management, requiring open management and closing the gap between the two sides”. Dengan demikian berarti bahwa,

employee relations kemudian menjadi salah satu kunci menuju manajemen sukses, menuntut pengelolaan terbuka dan menutup celah antara menejemen dan karyawan.

Berdasarkan pernyataan dan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Kegiatan sebuah perusahaan untuk memelihara hubungan, khususnya antara manajemen dengan para karyawannya merupakan fungsi dari public relations. Hubungan ini dalam rangka kepegawaian secara formal. Employee relations/ publik pegawai adalah salah satu internal public yang dijadikan salah satu sasaran dari kegiatan PR di dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka merupakan suatu potensi yang sangat berarti dalam organisasi, potensi mana yang dapat dikembangkan lebih baik dari sebelumnya.

Seorang PR haruslah berkomunikasi secara langsung dengan karyawan, ia harus senantiasa mengadakan kontak pribadi (personal contact), misalnya dengan bercakap-cakap dengan mereka sehingga dapat mengetahui kesulitan, keinginan, harapan, dan perasaanya. Menurut Onong Uchyana Effendi (1989:155), bahwa


(57)

untuk menciptakan hubungan baik dengan para pegawai juga dapat dilakukan melalui :

1. Perlakuan yang adil

Adalah hasrat semua karyawan untuk selalu diperlakukan secara adil di kalangan karyawan, tidak saja dalam hubungannya dengan upah, tetapi juga dengan soal-soal lainnya. Tetapi perasaan tersebut hanyalah perasaan pribadi saja, yang sering kali disebabkan informasi yang kurang jelas mengenai soal kepegawaian. Hanya dengan berkomunikasi dengan mereka, kesalah-fahaman akan dapat dihilangkan dan kepercayaan kepada pimpinan kembali dibina. 2. Ketenangan bekerja

Semua karyawan menginginkan bekerja dengan tenang, bukan saja dalam hubungannya dengan pekerjaan, tetapi juga dalam hubungannya dengan keluarga yang ditinggalkannya dirumah. Mereka tidak akan tekun bekerja, jika sebentar-sebentar teringat kepada istrinya atau anaknya yang sedang sakit. Mereka tidak akan tenang bekerja, bila selalu terancam bahaya putaran roda mesin atau terpeleset dari tempat yang tinggi. Mereka tidak akan khusu kepada pekerjaannya apabila sering teringat akan nasibnya di hari tua.

Para karyawan akan tetap giat bekerja, jikalau mengetahui bahwa bagi mereka terdapat :

a. Jaminan, jika mereka dengan keluarganya terjadi musibah. b. Jaminan keamanan bekerja


(58)

4. Perasaan diakui

Pada setiap karyawan terdapat perasaan ingin diakui (sense of belonging) sebagai karyawan yang berharga dan anggota kelompok kerjanya yang terhormat. Hal ini sering bersangkutan dengan kegiatan-kegiatan di luar tugas pekerjaan, seperti olah-raga, kesenian, event-event special dan sebagainya. Sehubungan dengan itu, pihak pimpinan melalui PR perlu mengadakan komunikasi dengan mereka yang merasa dianak-tirikan disebabkan tidak terpilih dalam suatu kegiatan. PR harus mengusahakan agar mereka tidak merasa tidak diakui sebagai karyawan yang berharga.

5. Penghargaan atas hasil kerja

Para karyawan menginginkan agar hasil karyanya diahargai, meskipun sebenarnya adalah kewajiban mereka untuk bekerja segiat-giatnya. Untuk itulah mereka diberi upah. Meskipun demikian, akan selau terpelihara adanya harmoni, bila diadakan cara-cara tertentu sebagai tanda bahwa hasil karya mereka dihargai. Dalam hal ini bisa berbentuk uang, barang dan piagam. 6. Penyalur perasaan

Perasaan tertentu yang menghinggapi para karyawan bisa menghambat kegairahan bekerja. Mereka ingin menyalurkan perasaannya. “Tetapi dengan cara bagaimana?” Sebuah penerbit intern- apakah bentuknya majalah atau lembaran stensilan–akan merupakan medium hubungan batin antara pimpinan dengan karyawan dan antara karyawan dengan karyawan. Penerbitan seperti itu selain dapat memuat usul-usul, pendapat-pendapat, saran-saran, atau hasrat-hasrat para karyawan, juga dapat menyalurkan bakat mereka, seperti


(59)

mengarang, menggambar, membuat foto dan lain-lain. Komunikasi dua arah secara timbal balik dalam kegiatan purel dapat dilaksanakan dengan medium tersebut.

Di lain pihak, PR sebagai penyelenggara majalah dapat melaksanakan tugasnya untuk membina hubungan yang harmonis antara semua pihak. Majalah tersebut selain membuat informasi mengenai kebijaksanaan pimpinan atau peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan perusahaan, juga dapat memuat berita-berita keluarga dikalangan para karyawan, seperti perkawinan, pertunagan, kematian, kepindahan, naik pangkat, acara diwaktu libur, pertandingan olahraga, kejadian-kejadian yang lucu dalam lingkungan pekerjaan atau pengumuman-pengumuman.

Dalam melaksanakan employee relations, seorang PR harus banyak melihat dan mendengarkan para karyawan. Kegiatan ini bisa menimbulkan banyak inisiatif pula. Mungkin pada PR muncul inisiatif mengadakan Mushola, menyelenggarakan kantin, membentuk perkumpulan kesenian, mengadakan pertandingan olahraga dan sebagainya.

Hanya dengan komunikasi antar pesona dengan para karyawan, PR dapat menyelami perasaan mereka. Dan dengan komunikasi pula dapat dibina hubungan yang harmonis.

Sedangkan menurut Rosady Ruslan (2003:259), bahwa program kegiatan

employee relations dalam perusahaan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk program kegiatan yang didalamnya terdapat jaringan komunikasi baik


(1)

10.Apakah atasan selalu memberikan konsultasi dan informasi mengenai kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pekerjaan bawahannya?

1. Sering sekali 3. Jarang 12 2. Sering 4. Jarang sekali

11.Apakah atasan selalu memberikan pesan-pesan untuk memotivasi bawahan? 1. Sering sekali 3. Jarang 13 2. Sering 4. Jarang sekali

12.Apakah setiap informasi tentang pekerjaan yang diterima dari bawahan dipandang cukup penting oleh atasan?

1. Sering sekali 3. Jarang 14 2. Sering 4. Jarang sekali

13.Apakah karyawan dapat memberikan saran sebagai masukan untuk pengambilan suatu keputusan oleh atasan?

1. Sering sekali 3. Jarang 15 2. Sering 4. Jarang sekali

14.Apakah atasan selalu memberikan peluang bagi bawahan untuk menyampaikan saran-saran perbaikan?

1. Sering sekali 3. Jarang 16 2. Sering 4. Jarang sekali

15.Apakah karyawan dapat menyampaikan “apa yang ada dalam pikiran” kepada atasan dengan terbuka?

1. Sering sekali 3. Jarang 17 2. Sering 4. Jarang sekali


(2)

16.Apakah atasan mendengarkan dengan sikap terbuka terhadap saran-saran dan laporan masalah yang disampaikan bawahan?

1. Sering sekali 3. Jarang 18 2. Sering 4. Jarang sekali

17.Apakah suasana yang terbuka selalu mewarnai hubungan komunikasi dari bawahan ke atasan?

1. Sering sekali 3. Jarang 19 2. Sering 4. Jarang sekali

18.Apakah karyawan selalu memperoleh informasi dengan mudah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dari rekan sekerja?

1. Sering sekali 3. Jarang 20 2. Sering 4. Jarang sekali

19.Apakah atasan selalu memberikan evaluasi pekerjaan terhadap karyawan? 1. Sering sekali 3. Jarang 21 2. Sering 4. Jarang sekali

20.Apakah karyawan selalu mendapatkan kesempatan untuk saling berkomunikasi dengan rekan sekerja?

1. Sering sekali 3. Jarang 22 2. Sering 4. Jarang sekali

21.Apakah karyawan dan rekan sekerja dapat saling berkonsultasi membahas masalah mengenai pekerjaan?


(3)

22.Apakah karyawan selalu mendiskusikan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi diantara rekan sekerja anda?

1. Sering sekali 3. Jarang 24 2. Sering 4. Jarang sekali

23.Apakah karyawan selalu merasakan adanya rasa saling pengertian antar sesama rekan sekerja dalam berkomunikasi?

1. Sering sekali 3. Jarang 25 2. Sering 4. Jarang sekali

24.Apakah kayawan selalu berkomunikasi dengan rekan sekerja untuk membina hubungan interpersonal yang baik?

1. Sering sekali 3. Jarang 26 2. Sering 4. Jarang sekali

25.Apakah karyawan selalu berkomunikasi mengenai hal-hal pribadi dengan rekan sekerja?

1. Sering sekali 3. Jarang 27 2. Sering 4. Jarang sekali

26.Bagaimana intensitas informasi yang bersifat selentingan atau gravefine terjadi diantara sesama karyawan?

1. Sering sekali 3. Jarang 28 2. Sering 4. Jarang sekali


(4)

III. Variabel Terikat (Employee Realtions)

27.Menurut anda apakah kegiatan komunikasi melalui aktivitas regular meeting memiliki pengaruh positif terhadap hubungan karyawan (employee relations)? 1. Sangat pernah 3. Kurang pernah 29 2. Pernah 4. Tidak pernah

28.Pernahkah atasan memberikan penghargaan terhadap karyawan yang menyelesaikan tugas tepat waktu?

1. Sangat pernah 3. Kurang pernah 30 2. Pernah 4. Tidak pernah

29.Apakah karyawan puas terhadap pelaksanaan pelaksanaan promosi untuk kenaikan jabatan?

1. Sangat puas 3. Kurang puas 31 2. Puas 4. Tidak puas

30.Apakah karyawan puas dalam menerima informasi berkaitan dengan pekerjaan?

1. Sangat puas 3. Kurang puas 32 2. Puas 4. Tidak puas

31.Apakah karyawan puas terhadap pesan-pesan yang disampaikan atasan dapat membuat bawahan merasa telah menjadi bagian penting bagi perusahaan? 1. Sangat puas 3. Kurang puas 33 2. Puas 4. Tidak puas


(5)

32.Apakah karyawan puas terhadap komunikasi antara karyawan dengan atasan atau dengan rekan sekerja memliki pengaruh terhadap komitmen karyawan dan tujuan berkinerja tinggi?

1. Sangat puas 3. Kurang puas 34 2. Puas 4. Tidak puas

33.Apakah suasana komunikasi yang terbuka dapat menumbuhkan perasaan diakui (sense of belonging) terhadap karyawan?

1. Sangat dapat 3. Kurang dapat 35 2. Dapat 4. Tidak dapat

34.Apakah karyawan puas terhadap informasi yang disampaikan melalui media penyampain pesan, dapat dimengerti dengan jelas?

1. Sangat puas 3. Kurang puas 36 2. Puas 4. Tidak puas

35.Apakah karyawana puas terhadap komunikasi antara sesama rekan sekerja selalu mengalir bebas?

1. Sangat puas 3. Kurang puas 37 2. Puas 4. Tidak puas

36.Apakah karyawan puas terhadap komunikasi dengan rekan sekerja mengenai desas-desus dalam lingkungan kerja?

1. Sangat puas 3. Kurang puas 38 2. Puas 4. Tidak puas


(6)

37.Menurut anda apakah motivasi yang diberikan atasan dapat merangsang karyawan untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak pada organisasi?

1. Sangat pernah 3. Kurang pernah 39 2. Pernah 4. Tidak pernah

38.Apakah anda merasa puas terhadap ketenangan bekerja dilingkungan kerja anda?

1. Sangat puas 3. Kurang puas 40 2. Puas 4. Tidak puas

39.Bagaimana tanggapan anda terhadap situasi dan kondisi lingkungan kerja ditempat anda bekerja?

1. Sangat mendukung 3. Kurang mendukung 41 2. Mendukung 4. Tidak mendukung


Dokumen yang terkait

Employee Relations Terhadap Kepuasan Komunikasi Pegawai (Studi Korelasional Tentang Employee Relations terhadap Kepuasan Komunikasi Pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provivinsi Sumatera Utara)

1 81 108

Employee Relations dan Kepuasan Kerja

7 80 114

Peran Komunikasi Organisasi Dalam Membangun Efektivitas kerja karyawan Sales Marketing FIF cabang SPEKTRA Medan (Studi Korelasi Tentang Peran Komunikasi Organisasi dalam Membangun Efektivitas Kerja Karyawan Sales Marketing FIF cabang Spektra Medan)

1 39 138

Kegiatan Employee Relations Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Tentang Kegiatan Employee Relations dan Kepuasan Kerja Karyawan di PT. CIMB NIAGA Tbk Jl. Pemuda No. 14 Medan)

3 48 87

AKTIVITAS KOMUNIKASI EMPLOYEE RELATIONS PADA ORGANISASI BISNIS YANG DITERAPKAN PADA KONSEP MALL DENGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI EMPLOYEE RELATIONS PADA ORGANISASI BISNIS YANG DITERAPKAN PADA KONSEP MALL DENGAN DEPARTEMEN STORE ( Analisis Perbandingan antara

0 2 15

PERAN KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM HUBUNGAN INTERNAL PERUSAHAAN FIF SPEKTRA Peran Komunikasi Organisasi Dalam Hubungan Internal Perusahaan Fif Spektra (Studi Deskriptif Kualitatif Hubungan Internal Perusahaan Federal Internasional Finance (FIF) Spektra Ca

0 2 14

PENDAHULUAN Peran Komunikasi Organisasi Dalam Hubungan Internal Perusahaan Fif Spektra (Studi Deskriptif Kualitatif Hubungan Internal Perusahaan Federal Internasional Finance (FIF) Spektra Cabang Solo Periode 2013/2014).

1 10 32

STRATEGI EMPLOYEE RELATIONS DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN Strategi Employee Relations Dalam Meningkatkan Loyalitas Dan Motivasi Kerja Karyawan (Studi Kasus Strategi Employee Relations Di Pt. Baja Kurnia Klaten Tahun 2011).

0 0 16

POLA KOMUNIKASI ORGANISASI amatir DAN

1 1 31

EMPLOYEE RELATIONS DAN KEPUASAN KOMUNIKASI (Studi Korelasional Kegiatan Employee Relations dalam Bentuk Rapat Rutin dan Kepuasan Komunikasi Karyawan PT INALUM di Kuala Tanjung)

0 0 15