BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian tentang Aspek Hukum Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara maka, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Keberadaan BUMN di Indonesia, berkaitan erat dengan amanat Pasal 33
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya ayat 2 dan 3
.
Dalam Pasal tersebut penguasaan Negara penting agar kesejahteraan rakyat dapat tercapai dan masyarakat dapat menikmati sumber-sumber
kekayaan yang tesedia dari air, bumi dan ruang angkasa. Penguasaan negara tercermin dalam Pasal 1 angka 1 UU Nomor 19 Tahun 2003
Tentang BUMN yang menyatakan bahwa Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan
.
Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan
Usaha Milik Negara, dimana bentuk BUMN terbagi menjadi 2 dua yaitu Perusahaan Perseroan Persero dan Perusahaan Umum Perum.Dimana
keduanya mempunyai tujuan masing-masing dan organ yang menjalankan pengurusan perusahaan. Tentang pengurusan BUMN diatur dalam PP
Universitas Sumatera Utara
Nomor 45 Tahun 2005 tepatnya dalam Pasal 1 angka 12 bahwa Pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi, yang dalam melaksanakan
tugasnya harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perUndang-Undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip good
corporate governance yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran. Mengenai pelaksanaan good
corporate governance diatur dalam Kepmen BUMN No.117M- MBU2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada
BUMN. 2.
Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Untuk modal Perum dapat dilihat dalam UU Nomor 19 Tahun
1960 jo PP Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Perum. Dalam UU ini jo PP Nomor 13 Tahun 1998 disebutkan bahwa modal dari Perum
keseluruhannya adalah berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi dalam saham. Untuk BUMN yang berbentuk Persero tentang
modal dan sahamnya selain diatur dalam PP Nomor 45 Tahun 2001 Tentang Persero. Selain yang diatur dalam PP tersebut tentang modal dan
saham Persero tetap sama dengan apa yang diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dimana modal Perseroan terdiri
dari modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Batas minimal modal dasar adalah 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah kurang dari itu
tidak dibenarkan tetapi lebih dari itu tidak dilarang. Modal ditempatkan paling sedikit 25 dua puluh lima persen dari modal dasar, harus
Universitas Sumatera Utara
ditempatkan. Modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar
Perseroan. Mengenai saham maupun jenis-jenis saham Perseroan juga tedapat dalam UU PT Nomor 40 Tahun 2007 dimana saham Perseroan
tediri atas saham biasa, saham preferen, saham atas tunjuk dan saham atas nama. Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu
Perseroan Perseoan Terbatas. 3.
Penyertaan Modal Negara dan penatausahaan modal Negara pada BUMN diatur dalam PP Nomor 44 Tahun 2005. Penyertaan modal Negara adalah
pemisahan kekayaan Negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai
modal BUMN danatau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi. Setelah Negara melakukan penyertaan modalnya pada BUMN
maka harus dilakukan Penatausahaan modal Negara pada BUMN. Penatausahaan penyertaan modal Negara adalah pencatatan dalam rangka
pengadministrasian untuk mengetahui besarnya penyertaan Negara dalam BUMN dan Perseroan Terbatas. Penatausahaan Penyertaan Modal Negara
ditujukan untuk menyediakan informasi tentang nilai penyertaan modal Negara beserta dokumen pendukungnya pada BUMN. Fungsi penatausahaan
kekayaan negara yang dipisahkan merupakan konsekuensi kepemilikan modal Pemerintah pada Badan Usaha Milik Negara. Penatausahaan penyertaan
modal Negara pada BUMN dilakukan dalam rangka aktivitas pemerintah dalam pembinaan BUMN. Sistem penatausahaan PMN pada BUMN
Universitas Sumatera Utara
dimaksud perlu dituangkan dan ditetapkan dalam suatu perangkat hukum yang bersifat mengikat, misalnya dengan Peraturan Pemerintah atau minimal
Keputusan Menteri Keuangan.
A. Saran