Penambahan Modal Negara ke Dalam Badan Usaha Milik Negara

Ketentuan ini memberikan kepastian mengenai pengalihan kepemilikan saham dari pemilik lama kepada pemilik yang baru. Meskipun undang-undang menyatakan bahwa kepemilikan atas suatu kebendaan beralih pada saat penyerahan kebendaan dilakukan, namun karena ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata masih memungkinkan dibatalkannya suatu perjanjian jual beli demikian dalam hal salah satu pihak cidera janji untuk tidak memberikan pelunasan pembayaran atas kebendaan saham yang dibeli, maka sesungguhnya kepastian hukum mengenai hal tersebut belum ada. Namun dengan diterapkannya jangka waktu 30 hari diharapkan kepastian hukum akan lebih dapat tercipta. 47 Jika kemudian Perseroan tidak dapat menjamin kelayakan harga penjualan dan pelaksanaan pembayaran dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, maka pemegang saham mempunyai hak untuk penawaran dan melaksanakan penjualan saham yang ditawarkan tersebut kepada karyawan, mendahului penawaran kepada pihak ketiga, sesuai Pasal 43 UU PT. 48

C. Penambahan Modal Negara ke Dalam Badan Usaha Milik Negara

Penambahan penyertaan modal negara PMN kepada BUMN dimaksudkan untuk memperbaiki struktur permodalan BUMN danatau meningkatkan kapasitas usaha BUMN. Pada Tahun 2006, telah dilaksanakan penambahan dana penyertaan modal Negara PMN kepada 14 BUMN dengan nilai sebesar Rp1.972 Miliar. Pada tahun 2007, sebesar Rp 2,7 triliun digunakan 47 UU PT Nomor 40 Tahun 2007, Op.Cit, Pasal 58 48 Ahmad Yani Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis, Perseroan Terbatas, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000, hal. 70 Universitas Sumatera Utara untuk tambahan penyertaan modal negara pada 9 BUMN yang mencakup Perum SPU, PT Askrindo dalam rangka pelaksanaan Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, PT Kereta Api Indonesia guna pembayaran Past Service Liability PSL, sisa tambahan PMN diberikan dalam rangka restrkturisasipenyehatan 6 BUMN lainnya. 49 1 Penambahan penyertaan modal Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c yaitu penambahan penyertaan modal Negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas yang di dalamnya telah terdapat saham milik Negara, diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan berdasarkan hasil kajian bersama dengan Menteri BUMN. Tata cara penambahan penyertaan modal Negara terdapat dalam Pasal 14 PP Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas yaitu : 2 Penambahan penyertaan modal Negara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan atas inisiatif Menteri Keuangan, Menteri Teknis, dan Menteri BUMN. 3 Pengkajian bersama atas rencana penambahan penyertaan modal Negara sebaimana dimaksud pada ayat 1 dikoordinasikan oleh Menteri. 49 http:pbmkn.perbendaharaan.go.idArtikel003.htm, Tanggal akses 5 Februari 2010 Universitas Sumatera Utara 4 Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat pula mengikutsertakan Menteri Teknis dan atau Menteri lain dan atau pimpinan instansi lain yang dianggap perlu dan atau menggunakan konsultan independen. Apabila berdasarkan hasil pengkajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 menyatakan bahwa rencana penambahan penyertaan modal Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c tersebut layak dilakukan, maka Menteri Keuangan menyampaikan usul penambahan penyertaan modal Negara dimaksud kepada Presiden untuk mendapat persetujuan. Selanjutnya, pelaksanaan penambahan penyertaan modal Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c setelah diterbitkannya peraturan pemerintah, dilakukan oleh Menteri BUMN dan Menteri Keuangan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan lingkup bidang tugas masing-masing dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang- undangan.

D. Pengurangan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara