Penatausahaan Penyertaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara

D. Penatausahaan Penyertaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara

Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan didasarkan pada informasi dan data yang tersedia. Informasi dan data tersebut harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dimaksudkan dalam rangka menjamin agar kebijakan yang diambil benar-benar dapat menjadi alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Dalam rangka menjamin ketersediaan informasi dan data yang diperlukan tersebut, maka perlu dirumuskan suatu sistem penatausahaan dan dokumentasi data yang baik. 61 Penatausahaan penyertaan modal Negara adalah pencatatan dalam rangka pengadministrasian untuk mengetahui besarnya penyertaan Negara dalam BUMN dan Perseroan Terbatas. Kegiatan penatausahaan dilakukan terhadap penyertaan modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. 62 61 http: pbmkn.perbendaharaan.go.idArtikel003.htm, Tanggal akses 17 Februari 2010 62 PP Nomor 44 Tahun 2005, Op. Cit, Pasal 1 angka 8 Kegiatan penatausahaan ini meliputi : 1. Menghimpun data PMN pada BUMN, Perseroan Terbatas yang diperoleh dari institusi terkait, meliputi Kementerian Negara BUMN, BUMN, dan institusi penerbit dokumen legal PMN, khususnya dari Sekretariat Negara . Universitas Sumatera Utara 2. Mencatat data penyertaan modal Negara pada BUMN, dan Perseroan Terbatas berdasarkan sistem pencatatan yang dengan menggunaan database system yang tersedia melalui media format isian data PMN; 3. Menyajikan laporan mengenai penyertaan modal Negara pada BUMN, Perseroan Terbatas, sebagai out put atas database system yang ada untuk disajikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penatausahaan penyertaan modal Negara dimaksudkan dalam rangka tertib administrasi penyertaan modal Negara. Penatausahaan Penyertaan Modal Negara ditujukan untuk menyediakan informasi tentang nilai penyertaan modal Negara beserta dokumen pendukungnya pada BUMN. Metode Pencatatan penatausahaan penyertaan modal Negara : 63 Pengertian dari Nilai Ekuitas dalam penatausahaan PMN adalah pencatatan besarnya penyertaan modal negara yang nilainya didasarkan pada hasil 1. Nilai Nominal Pengertian dari Nilai Nominal dalam penatausahaan PMN adalah pencatatan besarnya penyertaan modal Negara yang dikonversi ke modal saham. Arti dari dikonversi dalam pengertian ini adalah besarnya PMN yang telah dicatat pada modal disetor sesuai Neraca BUMN yang bersangkutan. 2. Nilai Ekuitas 63 Harian Kompas, Rabu 13 Januari 2010 Universitas Sumatera Utara perkalian prosentase kepemilikan pemerintah dengan total ekuitasmodal pada Neraca BUMN bersangkutan. 3. Nilai Riil Pengertian Nilai Riil dalam penatausahaan PMN adalah pencatatan besarnya penyertaan modal negara yang nilainya didasarkan pada dokumen legal berkenaan, baik yang telah dikonversi ke modal saham maupun yang belum dikonversi ke modal saham. Metode ini digunakan untuk kepentingan tugas Pemerintah dibidang penatausahaan PMN yang bukan saja didasarkan pada nilai yang sudah dikonversi pada modal saham tetapi termasuk yang belum dikonversi, mengingat perlu adanya pengakuan terhadap beberapa PMN yang belum dikonversi oleh BUMN yang bersangkutan. Dokumen legal penatausahaan penyertaan modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara : 64 Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN menyebutkan dua sumber dana penyertaan modal Negara yaitu sumber yang belum dipisahkan dari APBN dan sumber yang merupakan konsekuensi kepemilikan pemerintah pada BUMN, yakni nilai lebih kekayaan negara yang telah dipisahkan pada BUMN. 64 http:www.depkeu.go.idwebpknindex.php?option=com decomantask=cat viewgid=28Itemid=17, Tanggal akses 18 Februari 2010 Universitas Sumatera Utara Penyertaan Modal Negara yang bersumber dari kekayaan Negara yang belum dipisahkan dari APBN harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan penyertaan modal Negara yang bersumber dari nilai lebih kekayaan Negara yang telah dipisahkan pada BUMN berkenaan cukup ditetapkan dalam keputusah RUPS. Berdasarkan uraian tersebut, dokumen legal penyertaan modal Negara sebagai data masukan dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Peraturan Pemerintah ; 2. Akta Rapat Umum Pemegang Saham; 3. Lainnya, misalnya keputusansurat Menteri sebagai tindak lanjut atas Peraturan Pemerintah tentang Penyertaan Modal Negara; Kondisi pelaksanaan tugas dan fungsi penatausahaan penyertaan modal negara PMN pada Direktorat Pembinaan Kekayaan Negara PKN hingga saat ini belum seperti yang diharapkan. Hal ini tampak dari aktivitas pemerintah dalam rangka pembinaan Badan Usaha Milik Negara BUMN masih belum optimal. Pada saat ini Direktorat PKN merupakan unit Departemen Keuangan yang memiliki justifikasi hukum sebagai penyedia informasi dan data tentang PMN. Oleh karena itu, hal terpenting yang harus segera disiapkan adalah suatu sistem penatausahaan PMN dalam suatu ketentuan teknis yang baik. Dengan demikian, Direktorat PKN diharapkan akan lebih banyak berperan dalam rangka pembinaan Universitas Sumatera Utara BUMN maupun penyusunan neraca pemerintah sebagai wujud pelaksanaan tertib administrasi pengelolaan kekayaan negara. Pelaksanaan tugas dan fungsi penatausahaan PMN sejalan dengan usaha pendirian Perusahaan-perusahaan Negara atau sekarang dikenal dengan Badan Usaha Milik Negara. Instansi atau unit yang menangani tugas dan fungsi tersebut telah mengalami beberapa perubahanpergantian. Hal ini disebabkan adanya perubahan dan perkembangan struktur kabinet di pemerintahan. Pada tahap awal kebijakan pemerintah untuk mendirikan BUMN, pembinaan atas BUMN ada pada departemen yang menangani sektor di mana BUMN tersebut beroperasi. Dalam perkembangannya sampai saat ini, pembinaan atas BUMN dipusatkan pada suatu instansi tertentu. Pada periode tertentu pembinaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan, pada periode yang lain dilakukan oleh Kementerian Negara BUMN. Tugas dan Kewenangan Pembinaan BUMN melekat pada kedudukan pemerintah sebagai pemegang saham dan atau pemilik modal pada BUMN. Tugas dan fungsi penatausahaan PMN merupakan konsekuensi kepemilikan modal pemerintah pada BUMN. Dalam perkembangan pelaksanaannya mengalami beberapa perubahan atau pergantian instansiunit yang menanganinya. Hal ini akibat adanya perubahanpergantian instansiunit yang melakukan pembinaan BUMN. Namun, sejak tahun 2001 yaitu dengan terbentuknya Kabinet Gotong Royong, tugas dan fungsi penatausahaan PMN terpisah dengan tugas dan fungsi pembinaan Badan Usaha Milik Negara. Tugas Universitas Sumatera Utara dan fungsi Pembinaan Badan Usaha Milik Negara ada pada Kementerian BUMN, sedangkan tugas dan fungsi penatausahaan PMN ada pada Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran PKN . 65 Sebagai tindak lanjut terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2001 tersebut, Menteri Keuangan menerbitkan Surat nomor SR-206 MK.12001 tanggal 20 Desember 2001 tentang Penugasan kepada Unit-unit Organisasi di Lingkungan Departemen Keuangan Dalam Rangka Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 63 dan 64 tahun 2001. Berdasarkan ketentuan tersebut, tugas dan fungsi penatausahaan penyertaan modal negara didelegasikan kepada Direktorat Pembinaan Kekayaan Negara. Ketentuan ini dipertegas dengan Hal ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2001 tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan PERSERO, Perusahaan Umum PERUM, dan Perusahaan Jawatan PERJAN kepada Menteri Negara BUMN. Dalam tahun 2003 dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, maka Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2001 tersebut dengan materi sama diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan PERSERO, Perusahaan Umum PERUM, dan Perusahaan Jawatan PERJAN kepada Menteri Negara BUMN. 65 Ibid Universitas Sumatera Utara Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316KMK.012002 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2KMK.012001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan. 66 Pada saat awal-awal pelaksanaan tugas dimaksud oleh Direktorat PKN tidak ada serah terima hasil pelaksanan tugas dimaksud oleh instansiunit yang sebelumnya menangani tugas tersebut. Menyikapi permasalahan tersebut, Direktorat PKN telah melakukan pengumpulan dokumen hukum atas penyertaan modal negara yang pernah diterbitkan untuk dilakukan penatausahaannya. Proses ini dilaksanakan dengan melalui koordinasi dengan pihak Kementerian BUMN dan BUMN yang bersangkutan. Direktorat PKN juga melakukan koordinasi dengan instansi yang terkait dengan terbitnya dokumen-dokumen hukum atas PMN yaitu Sekretariat Negara. Selain dokumen-dokumen yang berhasil dikumpulkan dari kegiatan dimaksud, Direktorat PKN juga mulai banyak menerima dokumen dan data tentang penyertaan modal negara yang baru terbit dari instansi-instansi terkait. 67 Dokumen-dokumen yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan dan dikelompokkan sesuai BUMN masing-masing. Setelah itu, dilakukan analisa atas dokumen-dokumen tersebut dan kemudian dilakukan rekonsiliasi data dengan laporan keuangan BUMN bersangkutan. Dalam pelaksanakan rangkaian proses kegiatan dimaksud ada beberapa permasalahan yang menjadi kendala, antara lain sebagai berikut : 66 http:pbkl.bumn.go.idindexprofilid3, Tanggal akses 3 Februari 2010 67 http:www.ipotindonesia.com.php?page=detailid=327249, Tanggal akses 16 Februari 2010 Universitas Sumatera Utara 1. Belum adanya ketentuan teknis yang mengatur tata cara penatausahaan penyertaan modal negara; 2. Terbatasnya data dan dokumen hukum penyertaan modal Negara sesuai ketentuan yang berlaku; 3. Terbatasnya sumber daya manusia yang memadahi untuk pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut. Fungsi penatausahaan kekayaan negara yang dipisahkan merupakan konsekuensi kepemilikan modal Pemerintah pada Badan Usaha Milik Negara. Fungsi penatausahaan kekayaan negara yang dipisahkan dalam pembahasannya lebih dikenal dengan penatausahaan PMN pada BUMN. Berdasarkan Undang- undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN bentuk BUMN ada 2 dua yaitu PERSERO Perusahaan Perseroan dan PERUM Perusahaan Umum. Kedudukan pemerintah selaku pemegang saham merupakan cerminan kepemilikan modal pemerintah pada PERSERO, sedangkan kedudukan pemerintah sebagai pemilik modal merupakan cerminan kepemilikan pemerintah pada PERUM. Secara tersurat, maksud dan tujuan pelaksanaan penatausahaan PMN tidak tercantum dalam undang-undang tersebut. Namun, berdasarkan uraian dalam paragraf ini, secara tersirat maksud dan tujuan pelaksanaan penatausahaan PMN adalah dalam rangka aktivitas pemerintah dalam pembinaan BUMN. Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 pemerintah wajib menyusun laporan keuangan yang harus dipertanggungjawabkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Laporan Keuangan Universitas Sumatera Utara tersebut terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan catatan atas laporan keuangan. Pada saat ini program pelaksanaan atas ketentuan tersebut telah dan sedang dilakukan oleh Departemen Keuangan. Kekayaan Negara yang dipisahkan pada BUMN merupakan salah satu aktiva yang harus tercatat dalam neraca pemerintah tersebut. Dalam ketentuan yang lain, yaitu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 juga tidak dijelaskan maksud dan tujuan penatausahaan PMN. Namun, kondisi yang seharusnya tercipta dalam pelaksanaan tugas penatausahaan PMN adalah terjaminya ketersediaan data. Dengan demikian diharapkan hasil penatausahaan PMN dapat berperan dalam rangka pembinaan BUMN maupun dalam rangka penyusunan neraca pemerintah sebagai wujud tertib adminstrasi pengelolaan kekayaan negara. 68 Sebagaimana diketahui bahwa ketentuan teknis merupakan hal yang pokok sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas. Di samping itu, ketentuan teknis Sampai saat ini ketentuan teknis yang mengatur tata cara penatausahaan penyertaan modal Negara belum ada. Dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN disebutkan pada pasal 4 ayat 6 sebagai berikut : “ Tata cara penyertaan modal Negara dan penatausahaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah” Namun, sampai saat ini Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan dimaksud belum diterbitkan. 68 Harian Tempo, Senin 1 Februari 2010 Universitas Sumatera Utara juga sebagai alat ukur tingkat keberhasilan dalam menjalankan tugas. Berdasarkan ketentuan teknis dapat diperoleh informasi-informasi yang diperlukan, sumber informasi, dan hasil yang harus tertuang dalam bentuk laporankertas kerja. Bagi Direktorat PKN, hal ini merupakan tantangan yang baru. Tugas dan fungsi penatausahaan PMN memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tugas pokok yang sudah dilakukan Direktorat PKN. Di samping itu, pelimpahan tugas baru tersebut tanpa disertai ketentuan pelaksanaan atau minimal referensi atas pelaksanaan tugas dari unitinstansi sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan sebagai akibat tidak tersedianya ketentuan teknis dimaksud adalah tidak seragamnya pelaksanaan tugas antara unit teknis pada Direktorat PKN. Kedua, Direktorat PKN juga tidak memiliki justifikasi untuk meminta data karena belum diatur mekanisme kerja di antara pihak-pihak yang terkait dalam proses PMN. Ketiga, para pegawai pelaksana teknis mengalami kesulitan untuk menindaklanjuti adanya dokumen-dokumen hukum tentang PMN yang diterima Direktorat PKN. Padahal, aktivitas ini semakin banyak dijumpai dalam pelaksanan tugas rutin pada Direktorat PKN. Pada akhirnya, Direktorat PKN tidak dapat menyediakan informasi tentang PMN dengan cepat dan akurat. Namun, dalam hal ini terdapat juga kendala dalam pelaksanaan penatausahaan penyertaan modal Negara pada BUMN yaitu : 1. Dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 19 tentang BUMN antara lain disebutkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Ayat 2 “ Penyertaan modal negara dalam rangka pendirian dan penyertaan pada BUMN bersumber dari : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Kapitalisas cadangan; c. c. Sumber lainnya; Ayat 4 “ Setiap perubahan penyertaan modal negara sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, baik berupa penambahan maupun pengurangan, termasuk perubahan struktur kepemilikan negara atas saham Persero atau perseroan terbatas, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah” Ayat 5 “ Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 bagi penambahan penyertaan modal negara yang berasal dari kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya” Dalam penjelasan ayat 5 “ Penambahan penyertaan dari kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya cukup dengan Keputusan RUPSMenteri dan dilaporkan kepada Menteri Keuangan karena pada prinsipnya kekayaan negara tersebut telah terpisah dari Anggaran Pendapat dan Belanja Negara” Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian atas dokumen-dokumen hukum PMN dan laporan keuangan BUMN bersangkutan banyak ditemukan permasalahan. Pertama, tidak lengkapnya dokumen hukum PMN, walaupun telah dilakukan inventarisasi dokumen pada setiap BUMN. Kedua, terdapatnya dokumen hukum, misalnya, peraturan pemerintah tentang PMN yang nilai penyertaannya ditetapkan dengan dokumen lainnya, biasanya, Keputusan Menteri Universitas Sumatera Utara Keuangan. Hal ini tentunya akan menyulitkan apabila salah satu dokumen tidak diketemukan. Dari sisi pembukuan pada BUMN bersangkutan, yaitu dilihat dari laporan keuangannya juga ditemukan permasalahan. Pada beberapa BUMN, nilai modal pemerintah tidak didukung dengan dokumen hukum sesuai ketentuan tersebut di atas. Pada sebagian besar dokumen hukum yang telah terbit lebih bersifat formalitas, yakni pemutihan terhadap modal pemerintah yang secara riil telah masuk dalam struktur modal BUMN bersangkutan. Beberapa permasalahan ini tentunya perlu dipertimbangkan dalam rangka penyusunan sistem penatausahaan PMN. 2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia Hal yang paling penting dalam pelaksanaan tugas dalam suatu instansi adalah sumber daya manusia. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tugas penatausahaan PMN memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tugas pokok yang telah ada pada Direktorat PKN. Dengan demikian, para pejabat dan pegawai pada Direktorat PKN perlu melakukan penyesuaian dengan tugas baru dimaksud. Terkait dengan pelaksanaan teknis fungsi penatausahaan PMN diperlukan beberapa disiplin ilmu antara lain hukum: terutama hukum perusahaan, ekonomi : terutama akuntansi, pengetahuan tentang pasar modal, serta administrasi. Di samping itu, diperlukan pegawai yang benar-benar memahami tertib administrasi Universitas Sumatera Utara pengelolaan kekayaan negara. Untuk itu, perlu adanya rekonsiliasi dengan data modal negara yang tercantum dalam laporan keuangan masing-masing BUMN. Di samping itu, juga diperlukan penelitian atas dokumen-dokumen hukum terkait dengan modal perusahaan misalnya Risalah Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, dokumen pengesahan dari Departemen Kehakiman, dokumen prospektus, dan lain-lain. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang memadahi baik dalam kuantitas maupun kualitas. Dalam rangka penyusunan sistem penatausahaan PMN, hal yang paling penting pada saat ini adalah adanya sistem penatausahaan PMN dengan menitik beratkan dari sudut pandang tertib administrasi pengelolaan kekayaan negara. Modal negara pada BUMN merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapat dan Belanja Negara. Persyaratan-persyaratan administratif dan legal atas PMN pada BUMN sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu Undang- undang Nomor 19 tahun 2003. Sistem penatausahaan PMN pada BUMN dimaksud perlu dituangkan dan ditetapkan dalam suatu perangkat hukum yang bersifat mengikat, misalnya dengan Peraturan Pemerintah atau minimal Keputusan Menteri Keuangan. Dalam ketentuan teknis dimaksud perlu diatur mekanisme kerja penatausahaan pada Direktorat PKN, juga perlu ditetapkan unit teknis sebagai pusat pengolahan data. Kemudian diatur mekanisme kerja antara unit pengolah data dimaksud dengan unit teknis yang menangani kebijakan atas tertib administrasi kekayaan negara. Di samping itu, perlu diatur juga mekanisme kerja dengan instansiunit yang Universitas Sumatera Utara memiliki kewenangan atau terkait dengan terbitnya dokumen hukum atas PMN. Hal ini untuk menjamin tersedianya data dengan baik dan akurat. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan